beraksi!

518 34 0
                                    

Rowan tengah membaca catatan pengeluaran di kamar sekaligus tempat kerjanya. Meja yang menghadap jendela membuat dia tak mudah jenuh kala harus mengurus pekerjaannya.

Dari jendelanya, Rowan bisa melihat kolam kecil yang di tumbuhi bunga-bunga di sekelilingnya. Yang sebenarnya kolam lama yang Rowan rombak setelah kepergian istrinya.

Dulu Sofie menginginkan kolam berisi ikan dengan bunga teratai di atas kolam, lalu batu-batu besar di sisinya dan bunga-bunga indah yang mengelilinginya. Namun karena kesibukannya sebagai saudagar saat itu, dia tak sempat membuatkannya.

Saat sedang tenangnya membaca catatan yang teratur, pintu kamar Rowan di ketuk. Melihat pintu tak terkunci Rowan menyuruh seseorang itu masuk.

Maria dengan pakaian yang agak basah, seakan panik, muncul. "Tuan tolong..." Entah karena panik atau habis berlari, nafas wanita itu tersengal.

"Ada apa? Apa yang kau butuhkan?" Rowan mendorong kursinya dan beranjak mendekati Maria.

"Edith pergi ke hutan, saya sudah mencegahnya tapi dia tetap pergi."

"Biarkan saja, dia sudah besar. Tidak perlu repot begitu."

Mendengar respon yang tampak biasa saja itu Maria tak terlalu kaget, dia melengos begitu saja tanpa banyak bicara dan Rowan langsung menutup pintunya setelah kepergian wanita itu.

Satu-satunya harapan Maria adalah Ajax, tapi pria itu selalu berpergian jauh karena pekerjaannya dan dia harus meminta bantuan orang lain.

Seorang guru laki-laki dari cucunya dan menantunya itu bersedia membantu menyusul Edith yang masuk ke hutan. Mereka bertiga masuk ke dalam dan berteriak memanggil Edith.

Setelah kurang lebih setengah jam, Edith muncul sambil menggendong karung di punggungnya. Maria menghampiri dan kedua pria itu juga menghampirinya.

"Aduh bibi aku'kan sudah bilang jangan menyusulku ke hutan." Dia meletakkan dengan kasar karung yang berisi sesuatu yang berat itu.

Pria yang menjadi guru terkejut saat melihatnya, menantu Maria juga terkejut saat melihat hal yang sama.

"Itu rusa, aku habis berburu," ucapnya sekedar memberi tahu. Edith seakan mengabaikan keterkejutan ketiga orang di sana.

"Tolong bawakan ini sampai ke rumah, nanti kalian dapat bagian." Edith seolah tak membiarkan mereka bertanya dan berjalan dengan kedua tangan yang berlumuran darah.

Sampai di depan rumah Edith, karung besar itu di letakan tepat di depan pintu. Ada bercak darah yang keluar dari karung membuat permukaan yang terbuat dari batu bata itu ternodai.

Pintu terbuka, Rowan terkejut saat ada karung berdarah di depan pintunya. Dia melihat di depan ada Edith dengan tangan berdarah sambil menatapnya, terkesan aneh karena anak itu selalu tak berani menatapnya lama-lama.

Dia lalu beralih pada Maria dan dua pria di sisinya.

"Apa-apaan ini? Apa kalian sedang menerorku?!"

Belum sempat Maria bicara Edith sudah lebih dulu bersuara.

"Aku yang melakukannya. Asal kau tau berburu itu menyenangkan, sekali-kali kau juga harus melakukannya." Perkataan Edith membuat semua orang terkejut, karena perkataannya terkesan tak sopan di ucapkan anak seusianya.

.....

Ke esokan paginya Rowan di kejutkan oleh Edith yang mendobrak pintunya saat sedang berdiskusi dengan Ajax.

"Hei pria tua berikan aku uang!" Rowan dan tentu saja Ajax terheran dengan perilaku tiba-tiba Edith.

Gadis itu datang seakan mau memalak mereka. Sambil menadahkan tangan ke depan dia menghampiri Rowan yang tak bergeming di tempatnya.

Ayahku ternyata duke!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang