khawatir. eaaa

375 24 1
                                    

Rowan baru menyadari jika bulan telah membawa malam, dia baru beranjak dari meja kerjanya dan meninggalkan beberapa kertas di sana.

Merasa perutnya perlu di isi dia memanggil Maria untuk membuatkannya makan malam. Rowan berjalan ke meja makan, sembari menunggu Maria membawakan makanan pria itu memanggil Edith untuk mengajak makan bersama.

Rasanya agak aneh mengajak anak itu makan bersama, karena sejak anak itu lahir Rowan belum pernah makan berdua dengannya. Samasekali belum pernah.

Dia jadi berpikir betapa kejamnya dia pada anak itu. Mungkin Ajax benar bahwa dirinya ini adalah ayah yang buruk.

"Meredith." panggilnya untuk kesekian kali, tapi gadis itu belum juga mengeluarkan batang hidungnya.

Sampai Maria selesai menyiapkan makanan di meja, Edith belum juga keluar dari kamar. Rowan menyuruh Maria untuk menghampiri gadis itu ke kamarnya, siapa tahu gadis itu sedang tidur.

Setelah beberapa saat Maria datang dengan tergopoh-gopoh. "Tuan, Edith tidak ada di kamarnya."

Berlawanan dengan reaksi Maria yang mengetahui Edith tidak ada di rumah, Rowan justru tampak tenang. Dari raut wajahnya, dia seperti mengira-ngira keberadaan Edith.

"Dia biasanya main di loteng, atau main di belakang rumah. Cobalah cari di sekitar rumah, anak itu tidak akan main terlalu jauh."

"Tapi tuan, Edith bukan anak kecil lagi, dia anak yang beranjak remaja dan dia sudah meninggalkan kebiasaan lamanya. Dia sering pergi keluar rumah, bahkan saya pernah memergokinya pulang larut malam."

"Apa!? Pulang larut malam?" Rowan berdiri dengan ekspresi terkejut. "Apa kau tau dia sering pergi ke mana?"

"Dulu dia sering bermain di rumah temannya, tapi akhir-akhir ini saya tidak tahu dia selalu pergi ke mana."

"Akhir-akhir ini?" ulang Rowan.

"Iya, sekitar dua atau tiga bulan yang lalu setelah dia sadar dari pingsannya selama tiga hari, Edith mulai bertingkah aneh."

Rowan terpaku, dia bahkan tidak tahu jika Edith pernah mengalami pingsan selama tiga hari lamanya. Dia hanya tahu kakinya patah karena terjatuh dari pohon. Ternyata Rowan tidak tahu banyak hal tentang putrinya.

Dia ingin menanyakan banyak hal tentang putrinya pada Maria tapi situasinya tidak tepat untuk melakukan tanya jawab, dia harus mencari Edith segera.

"Menurutmu kemana dia pergi?"

"Saya tidak tahu tapi Ajax mungkin tahu."

Ajax, ya. Sejujurnya dia masih merasa kesal dengannya karena berani mengatakan ingin membawa putrinya pergi, tapi demi menemukan Meredith secepatnya dia langsung menghubungi pria itu.

Mengetahui Edith tidak pulang malam ini Ajax semakin khawatir pada gadis itu, dia segera memakan baju hangatnya setelah Rowan menelpon tadi.

Dan pergi ke tempat yang mungkin Edith datangi, akan tetapi tidak seorangpun tahu keberadaan gadis itu saat dia bertanya. Dari temannya hingga gurunya.

Saat akan pergi ke rumah salah satu teman Edith yang belum dia datangi, tak sengaja dia bertemu Rowan.

"Kau sudah mencari ke tempat lain?" Rowan bertanya lebih dulu saat keduanya mendatangi kediaman teman Edith.

"Sudah semuanya, tapi mereka tidak mengetahui apapun." jawab Ajax seraya menghela nafas. Ada bulir keringat di pelipisnya bertanda dia cukup kelelahan.

Rowan mengetuk pintu, tak lama seorang wanita membukanya. Air mukanya tampak kaget melihat dua pria tampan di depannya.

"Iya ada apa?"

Ayahku ternyata duke!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang