DELAPAN : Hello Kitty

484 126 2
                                    

"Cowok memang pintar berakting ya? Dia bisa meratukan kita padahal enggak ada rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cowok memang pintar berakting ya? Dia bisa meratukan kita padahal enggak ada rasa."

»» ««

Aku penasaran bagaimana bisa Subjek Angin berpindah-pindah tempat dengan kecepatan yang tak dikontrol oleh alam. Justru alamlah yang berada di bawah kekuasaan mereka, seperti dedaunan pohon yang bergoyang dan terjatuh, atau jajaran pakaian makhluk hidup berkaki dua yang terbang dari tali jemuran.

Semua itu terkadang menjadi pertanyaan hampa yang singkat ketika aku masih menjadi Subjek Hujan. Namun sekarang, aku tak menyangka bahwa perpindahan cepat dari Subjek Angin bisa kurasakan saat berada di belakang Janardana, lebih tepatnya sewaktu naik ke atas motor.

Kami meluncur di lintasan jalan kosong yang begitu panas, bahkan puncak kepalaku seperti dihinggapi oleh Subjek Api. Tapi aku tak keberatan, rasanya menyenangkan dan menggairahkan. Berulang kali aku tertawa di belakangnya, entah apa yang dipikirkan Janardana mengenai ekspresi kampunganku, bahagia itu simpel dan inilah rasanya.

Aku merentangkan tangan tanpa takut terpelanting, saat Janardana menyadari hal tersebut, dia menurunkan kecepatan dan aku semakin menikmatinya. "KENAPA SERU BANGET?!" Aku teriak melawan angin, menghalau suara berisik yang ditimbulkan oleh motornya, juga mencoba berdiri hingga Janardana berhenti.

"Ngapain?" Dia tanya ketika aku memegang bahunya dengan kuat, dia berhenti terlalu tiba-tiba. "Gue tau lo doyan cari mati, tapi jangan mati di dekat gue!" katanya.

Aku agak rancu dengan ceramah itu, justru masih berusaha untuk mencapai keinginanku hingga benar-benar berdiri dan melihat dunia. Senyumku melebar dengan napas tak teratur, lalu memperhatikan jalanan yang sepi di mana hanya ada kami saja ternyata. "Ke mana makhluk hidup yang lain?" tanyanya, sambil meletakkan tangan di atas helm Janardana yang ternyata terasa panas sekali.

"Duduk benar-benar!" Janardana memukul kakiku yang sebelah kiri.

"Ayo jalan!" Dan aku balas memukul puncak helmnya.

"Jangan gila!"

"Sebentar aja."

Janardana geleng-geleng kepala, pasti dia menyesal sudah memungutku sebagai seorang penumpang. Namun dia tidak berniat juga untuk menurunkanku di pinggir jalan. "Pegang bahu gue," katanya.

"Siap!" Aku menepuknya dua kali, lalu merasakan kesenangan yang mulai meningkat semenjak motor dinyalakan, dijalankan, dan juga dengan kecepatan yang distandarkan.

"Wuhuuuuuu! Laju lagi lajuuuu!"

Aku benar-benar menikmati dunia sebagai makhluk hidup berkaki dua. Aku senang menjadi salah satu manusia yang merasakan sensasi sederhana begini. Dan aku tidak menyesal karena berada di dalam tubuh Orlanatha.

"Kita masuk kawasan kota, jangan berdiri lagi!" Janardana bilang begitu saat para pengguna jalan tampak ramai di depan kami, ada simpang tiga, dan kami memilih ke arah kiri di mana posisiku sudah kembali duduk.

SUBJEK : Transmigrasi OrlanathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang