Naik kelas..
Sama dengan naik tingkat..
Semua naik kelas di sekolahku, anak kelas 10 naik ke kelas 11 lalu anak kelas 11 naik ke kelas 12 dan anak SMP kelas 9 mendaftarkan diri ke sekolah favorit mereka. Aku teringat bahwa dulu pernah berusaha hingga masuk rumah sakit karena ingin mengubah angka agar masuk ke SMA favorit tapi nyatanya orang tua lebih menyuruh ke SMK terdekat, siapa yang tidak kecewa?"Kita harus satu sekolah lagi!"
"Apapun keadaannya, kita harus disekolah yang sama"
"Gak boleh pisah yaa"
Kata-kata itu selalu kuingat hingga saat ini, namun pada akhirnya kita terpisah oleh seleksi alam.
"Aku keterima di SMKN.."
"Aku juga keterima di SMAN.."
"Ohh aku daftar di SMA.."
"Kita bertiga gak boleh pisah"
"Hm jangan sampai Miskomunikasi"
"Healing keluar kalo mau cerita"
"Gass"
"Kuy"
Sahabat yang dipertemukan oleh SMP ialah seseorang yang tidak hanya hadir tapi mereka juga akan menemani apapun keadaannya, memang benar sebuah persahabatan yang terjalin dengan seseorang waktu jenjang SMP itu bertahan lama.
Sekarang sudah berbeda
Sangat hampa
Kebanyakan menyendiri juga
Apakah itu salahku?Sudah berusaha untuk mencari teman tapi mereka tidak pernah mencariku saat aku tak disisi mereka, semenjak itu aku sadar bahwa seseorang yang kuinginkan ada mereka dan bukan orang baru. Sampai sekarang diri ini belum menemukan sosok yang bisa menggantikan mereka, apapun tetap saja berbeda.
Aku sadar sudah menjadi senior dari junior yang keterima di sekolah ku, semakin berat tugas ku dan tanggung jawabku. Tak ada yang tau apa masalah hidup seseorang tapi seseorang selalu punya masalah dalam hidupnya termasuk diriku, masalahnya adalah penerus. Ya penerus siapa yang akan melanjutkan, membawa nama baik ekstrakurikuler yang ku ikuti menuju kejayaan yang diinginkan. Memang sulit tapi namanya hidup, apapun pasti kita sendiri yang perlu bertanggung jawab entah itu martabat atau harga diri. Tapi hidup tidak hanya ada permasalahan namun juga hiburan, kadang roda tidak selalu di bawah, bisa berubah di atas karena berputar begitu pula kehidupan. Akan ada hal baik atau cobaan agar lebih tabah lagi.
Ini dimulai dari hari Jum'at, waktu acara Pramuka yang sedari tadi berjalan. Saat apel dimulai tidak ada keanehan tapi waktu mau selesai apel penutupan terdapat keanehan, ada satu Junior yang sedari tadi melihat ke belakang namun dengan reflek aku juga menengok belakang ternyata tidak ada orang lalu kulihat lagi junior itu masih menolehkan kepalanya ke belakang saat kulihat teman disebelah ku ternyata temanku tidak melihat junior itu, jadi ku paksa untuk melihat mata junior itu ternyata terarah padaku. Dengan cepat ujung bibir Junior itu terangkat hingga membuat matanya berbentuk bulan sabit
"Wah gak beres anak ini"
"Duh senyumnya ngarah ke aku"
"Hadeh gak boleh kepedean"
"Udah aku pindah deh" ujarku dalam hati
Aku memindahkan posisiku ke samping barisan agar tidak terlihat oleh junior itu, tapi kenapa malah berjinjit hingga keluar barisan kelasnya hanya ingin mencari keberadaan ku?
Bukankah itu aneh?Temanku bergrumbul untuk melihat hadiah sudah mau dibagikan karena tadi ada lomba, mereka membuatku risih jadi diriku pindah kesebelasan kiri pohon karena ingin menghindari eye contact dari junior tadi. Bukannya gak kelihatan tapi Junior berulah dengan memiringkan tubuhnya seperti mencuri perhatian ku ajar diriku melihatnya, Ya itu cuma asumsi jadi kucuekin.
Bukannya berhenti eh menghadap ke arahku lalu melambai-lambaikan tangannya dengan tinggi agar aku melihatnya, setelah kulihat malah junior itu menutup muka dengan kedua tangan lalu membuka telapak tangan dari mukanya dengan tersenyum lebar. Apakah dirinya menggodaku? Tapi kenapa dengan cara seperti menghibur anak balita?
Bagaimana yang tidak ketawa? Junior itu menghibur atau apa? Kenapa dengan cara seperti itu? Aku sudah memasang muka datar dari pagi, kenapa urat-urat diwajah seperti tidak kuat menahan rasa itu? Rasa yang ingin tersenyum lebar hingga ingin berteriak, rasa apa itu? Kenapa aku mengalaminya?
"Ya Allah"
Dengan cepat aku berbalik badan lalu pergi menjauh dari barisan Junior laki-laki, aku memilih di samping barisan Junior perempuan karena paling banyak mendapat juara adalah anggota regu perempuan daripada laki-laki.
"Kak pulangnya kapan?" tanya adik kelas dengan baju SMK yang batu jadi
"Jangan ramai, nanti pulangnya lama"
"Siap kak"
Cukup lama ternyata, hingga sore tiba. Pramuka selesai tandanya waktunya mengerjakan tugas yaitu jaga keamanan, teringat senyuman itu membuat jalanku semakin cepat.
"Aku sepertinya gila"
"Sekiranya aku gak boleh senyum agar tidak dikira gila beneran" ujarku dengan menghembuskan nafas berat
Tidak butuh waktu lama..
"Hei itu" anak laki-laki menuntun sepeda menunjukku
Aku mengangkat alisku, ternyata belakang anak itu ada junior yang aneh itu
"Bay bay, pulang dulu ya" ujar junior
"Ih kok gak denger"
"BAY BAY.." lanjutnya dengan nada keras yang membuatku tidak bisa menahan ujung bibir ku untuk tidak terangkat
"Aish shibal.."
"Malu.." ujarku dengan menutupi wajah menggunakan kedua tangan
Moodku buruk karena ada masalah, pulang dengan kecepatan diatas 60 adalah solusinya. Tidak tau kenapa mengapa terlintas senyuman Junior itu?
"Aku aneh lagi?"
"Tuhan cukup waktu itu"
"Aku tidak ingin merasakannya lagi"
"Kumohon" ujarku dengan melihat langit yang berwarna merah, tanpa ada sedikitpun bundaran bersinar.
Sampai rumah diri ini disambut oleh suara merdu hewan berbulu, dengan suasana tenang aku teringat lagi senyuman itu. Sepertinya aku perlu di bawa ke psikiater atau psikolog yang bisa membantuku menghilangkan rasa aneh sekarang ini.
"Siapa si nama Junior itu?"
"Awas aja"
"Gak mau tau, aku harus tau siapa namanya!"
Sampai disini dulu ceritanya, mau aktivitas yang lain dulu yaa..
Rasa apa sih yang dirasakan?
Kenapa kok aneh gitu?
Sangar banget!Terimakasih telah membaca ❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Karen & Dunianya
No Ficción"Ibuku pernah membuat ayam kremes, but not chicken" ujar Karen. "Ha? Maksudnya?" Cetus Mala. ㅤSebuah kekonyolan yang Karen ceritakan kepada temannya yang selalu membuat teman-temannya tertawa keheranan. "Ayo rek siapa yang mau ke KUA! Ayo ke KUA La"...