Marcel tanpa sengaja menjatuhkan kunci mobil nya. Hal itu menimbulkan suara, yang membuat Dokter Hakam dan juga Chandra langsung menolehkan kepalanya. Marcel terlihat canggung. Sungguh ia tidak bermaksud untuk menguping pembicaraan keduanya.
"Maaf, sungguh aku tidak bermaksud menguping" ucap Marcel. Chandra dan Dokter Hakam pun langsung menganggukkan kepalanya. Tidak lama Chandra pun langsung menoleh ke arah Matteo. "Om mohon jangan sebarkan apa yang kamu dengar hari ini. Om tidak mau Alsena menjadi bahan perbincangan apalagi sampai di bully" ucap Chandra.
Bagaimana pun apa yang tadi dibicarakan oleh dirinya dan juga Dokter Hakam adalah suatu hal yang tidak wajar. Dan di luar nalar manusia, ia tidak ingin Alsena dihina aneh. Ataupun disebut pembohong karena bisa melihat apa yang tidak bisa di lihat manusia normal.
"Om tidak perlu khawatir, Matteo tidak akan membicarakan hal ini" ucap Matteo. Hal itu membuat Chandra pun menjadi tenang.
Dokter Hakam pun tampak ingin berbicara dengan Marcel dan juga Chandra. Ia terlihat mengkode Marcel. Marcel yang paham pun langsung menatap kearah Matteo. "Teo, kamu bisa temani dulu Alsena" ucap Marcel yang terdengar seperti sebuah perintah.
Matteo pun hanya menganggukkan kepalanya, setelah itu ia pun langsung pergi dari sana. Setelah kepergian Matteo, Dokter Hakam pun langsung menatap kearah keduanya.
"Chandra, Lo tahu kan Marcel punya koneksi ke rumah sakit luar negeri. Lo bisa minta bantuan dia" jelas Dokter Hakam. Marcel terlihat kebingungan, ia sama sekali tidak paham apa yang di maksud Dokter Hakam.
"Bantuan apa?" tanya Marcel. "Bisa tolong mencari jantung yang cocok untuk Alsena" ucap Dokter Hakam. Chandra tampak tidak setuju, ia tampak tidak menerima ucapan Dokter Hakam.
"Aku tidak pernah setuju dengan tindakan operasi " ucap Chandra dengan cepat. Pasalnya resiko operasi pun sangat besar. Ia sangat takut kehilangan Putri satu-satunya itu.
"Chandra Lo tahu sendiri keadaan Alsena. Dia ga akan bisa bertahan, kondisinya semakin hari semakin memburuk" jelas Dokter Hakam. Ia sangat berharap pasien kecilnya itu bisa segera sembuh.
Ia merasa kasihan karena kondisinya Alsena tidak bisa seperti remaja pada umumnya. Ia tidak diperbolehkan melakukan olahraga yang berat. Tidak boleh kecepean, bahkan makanan nya pun harus diatur.
Belum lagi jika kambuh, ia harus di bawa kerumah sakit. Obat-obatan nya pun harus di minum setiap hari. Ia menyarankan tindakan operasi kepada pasiennya. Karena menurut nya itulah yang terbaik.
Marcel memahami pikiran Chandra, itulah sebabnya dia tidak banyak berkomentar. "Chandra aku akan mencoba mencari nya terlebih dahulu. Namun keputusan akhirnya ada ditangan kamu"ucap Marcel.
Dokter Hakam pun sama, ia menyerahkan semua keputusan nya kepada Chandra. Chandra merupakan wali dari Alsena. Tentu saja ia tidak akan bisa melakukan tindakan operasi tanpa persetujuan dari Chandra.
**********
Matteo pun dengan perlahan membuka pintu ruang rawat milik Alsena. Ia pun merasa bersalah melihat Alsena yang saat ini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Banyak alat medis yang menempel di tubuhnya.
Bibirnya yang pucat, dan matanya yang terpejam. Terlihat sangat damai dalam tidurnya, saking damainya sepertinya ia tidak ingin terbangun.
Matteo pun semakin mendekat kearah Alsena. Ia menggenggam tangan Alsena. "Maaf" ucap nya pelan. Ia berharap kondisi Alsena segera pulih.
"Kamu perempuan kuat, aku yakin kamu bisa sembuh" ucap Matteo. Ia mengetahui kondisi Alsena dari Marcel. Di depan nya Alsena tidak pernah terlihat kesakitan. Ia selalu menyembunyikan rasa sakitnya.
Tidak lama pintu ruang rawat Alsena pun terbuka. Matteo pun langsung melepaskan genggaman tangannya. Ia pun bergerak gelisah, ia takut ketahuan sudah lancang memegang tangan Alsena.
Namun ia bisa bernafas lega, karena ketika pria paruh baya itu tampaknya tidak mengetahui jika ia habis menggenggam tangan Alsena. Marcel pun langsung menatap Putra nya.
Sebagai seorang Ayah, dan juga seorang laki-laki Marcel sangat mengetahui tatapan Matteo kepada Alsena. Terlihat pancaran cinta, apakah anaknya ini mencintai Putri sahabatnya. Namun ia akan membiarkan Putra nya itu.
Marcel pun langsung menatap kearah Matteo yang saat ini menatap Alsena. "Matteo mari kita pulang, ini sudah larut. Dan sepertinya jam besuk pun sudah habis" ucap Marcel.
Tanpa banyak kata Matteo pun menuruti permintaan dari Marcel. Sebelum pergi ia sempat berpamitan terlebih dahulu kepada Dokter Hakam dan juga Chandra.
**********
Hari-hari pun berlalu, tidak terasa sudah seminggu. Namun saat ini kondisi Alsena masih sama. Mata cantiknya sepertinya enggan untuk terbuka. Setiap harinya Inggit, Rendi dan juga Matteo datang untuk menjenguknya.
Hingga keesokan harinya mereka bertiga mendapatkan kabar jika Alsena sudah terbangun dari koma nya. Namun entah mengapa ketiganya di larang masuk oleh Chandra.
Alasannya Chandra melarang mereka karena ia tidak ingin mereka melihat kondisi Alsena saat ini. Alsena terus menerus melamun, bahkan Alsena meminta agar tidak ada yang menemuinya.
Flashback on.
Chandra saat ini sudah tapi menggunakan setelan jas berwarna hitam. Tidak lupa kemeja putih yang dipakai nya. Hari ini ia akan menghadiri meeting.
"Nak sampai kamu akan tertidur terus seperti ini" ucap Chandra. Ia pun mengelus dahi Alsena. Setelah itu handphone Chandra pun berbunyi. Ternyata yang menelepon nya adalah sekretaris nya.
Sekretaris nya membahas beberapa hal tentang meeting kali ini. Namun Chandra pun langsung dibuat terkejut dengan teriakan Alsena. Ia pun langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
Ketika masuk kedalam ruang rawat Alsena ia melihat infus yang dipakai Alsena sudah terlepas. Bahkan ia juga melihat ada pecahan gelas. Sepertinya ini disebabkan oleh Alsena.
Ia melihat Alsena yang saat ini tengah meringkuk di atas brankar. Ia menjambak rambutnya sendiri dengan keras. Ia terus saja menggunakan kata tidak terus menerus.
Chandra pun merasa sedih melihat kondisi mental Alsena saat ini. Chandra langsung berlari dan langsung memeluk tubuh Putri nya itu. "Ayah disini, Sena jangan takut ya" ucap Chandra.
Mendapatkan pelukan dari Chandra membuat tangis Alsena pun langsung pecah. "Ayah Sena lihat dia, dua kali Sena melihat kejadian nya Ayah" ucap Alsena sesenggukan.
"Alsena takut Ayah, tangan ini membuat Alsena bisa melihat kejadian itu. Sena ga mau ketemu orang lain Ayah. Sena takut orang itu kenapa-kenapa karena Sena" ucap Alsena.
Chandra pun langsung menganggukkan kepalanya. "Kamu tenang ya, Ayah pastikan ga ada orang lain selain Ayah dan Dokter Hakam" ucap Chandra.
Flashback off.
***************
Declairs
Minggu, 13 November 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Liontin
Teen FictionAlsena, seorang gadis cantik dan ramah. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan di suatu SMA yang berada di kota A. Ketika itu diadakan study tour kesebuah kota yang berada di negara B. Disana ia mampir kesebuah toko barang antik. Dia membeli sebuah...