Chapter 10

5 1 0
                                    

Berita tentang kematian kakak kelas mereka tentu saja menjadi perbincangan hangat. Beberapa dari mereka pun penasaran dengan orang yang menjadi pelaku pembunuhan itu.

Inggit pun juga sama menerka-nerka siapa dalang dari pembunuhan ini. Ia pun langsung teringat dengan Alsena, ia yakin pasti Alsena tahu siapa pelakunya.

Namun apakah Alsena akan merasa senang jika Inggit menanyakan pelakunya kepada Alsena. Apalagi ia sudah melihat bagaimana syok nya Alsena tentang kejadian itu.

Inggit pun langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan menanyakan atau mengungkit peristiwa itu dihadapan Alsena. Ia tidak ingin membuat trauma Alsena kembali.

Inggit pun sibuk dengan pikirannya sendiri. Bahkan ia tidak menyadari di tatap oleh Daren. Ia juga tidak menyadari jika ada pria yang akan mengejutkan dirinya. "Dorr!" ucap pria itu.

Tentu saja Inggit yang sedang melamun pun langsung terkejut. Bahkan ia malah berucap kasar. "Anjin*!" ucap nya ketika terkejut.

Inggit pun langsung menatap sang pelaku dengan berang. "Didi!" pekik Inggit kesal. Ia pun langsung melepaskan sepatunya, orang yang di panggil Didi pun langsung berlari melihat Inggit yang sudah siap memukul nya dengan sepatu.

Akhirnya aksi kejar-kejaran pun tidak bisa terelakkan. Keduanya sibuk berlari di dalam kelas. Bahkan mereka pun sempat terkena tegur teman sekelas mereka karena sudah menyenggol atau membuat barang di meja jatuh.

Hingga pria yang di panggil Didi itu pun langsung bersembunyi di balik tubuh Daren. Entah mengapa melihat Daren ia menjadi sedikit sungkan. Inggit langsung menatap tajam ke arah pria itu.

"Awas aja Lo!" ucap Inggit. Setelah itu Inggit pun langsung kembali ketempat duduknya. Sementara pria itu pun langsung menghela nafasnya lega. Ia sangat beruntung karena menjadikan Daren tameng untuknya.

"Thanks ya, Lo hebat banget bisa buat orang se-Reog Inggit jadi diam hanya lihat wajah Lo" ucap Rendi, atau pria yang kerap di sapa Didi. Sebenarnya hanya Alsena dan juga Inggit saja yang memanggil nya dengan sebutan itu.

Rendi merupakan teman dari Inggit juga Alsena. Rendi dekat dengan keduanya ketika mereka memasuki bangku SMP. Pertemanan mereka terjalin dengan sangat baik.

Rendi merupakan cowok berkulit sawo matang yang memiliki senyum yang manis. Ketika ia tersenyum lesung pipinya akan langsung terlihat.

Alasan Rendi berteman dengan kedua wanita itu karena ia dijauhi oleh teman laki-laki seusianya nya. Alasannya sederhana karena Rendi sangat suka sekali memasak.

Sebagian teman laki-laki nya beranggapan jika yang memasak itu seperti wanita. Ia sering di olok-olok karena menyukai memasak.

Padahal di jaman sekarang koki bukan hanya perempuan saja. Tetapi laki-laki juga banyak. Dan kalian bisa lihat kemampuan memasak Daren yang berada di atas rata-rata. Ia sering ijin tidak masuk sekolah karena harus mengikuti lomba memasak.

Di tambah lagi Rendi tidak suka bermain bola. Ia tidak menyukai olahraga sepak bola, karena badannya akan kotor. Rendi adalah penyuka kebersihan garis keras. Hal itu lah yang membuat nya di jauhi oleh teman laki-laki nya.

Tidak berapa lama Rendi pun langsung menghampiri Inggit. Dapat terlihat Inggit yang terus mencueki Rendi. "Inggit gue minta maaf, Lo jangan marah dong" ucap Daren membujuk Inggit.

Namun Inggit tetap saja pada pendiriannya. Ia terus mendiami Rendi, Rendi pun langsung tersenyum. "Gue traktir bakso mercon deh" tawar Rendi. Inggit yang mendapatkan tawaran menggiurkan dari Rendi pun langsung tersenyum lebar. "Oke gue maafin, tapi janji ya weekend nanti Lo traktir gue sama Sena" ucap Inggit antusias.

"Iya gue janji" jawab Rendi. Lalu Rendi pun langsung mengingat kembali Alsena. "Ngomong-ngomong kemana Alsena?" lanjut nya bertanya. Mendengar pertanyaan dari Rendi, bahu Inggit pun langsung melemas.

"Alsena syok berat, dan Lo tahu sendiri kelanjutannya. Tubuhnya ngedrop dan di rawat di rumah sakit karena terlalu syok!" jawab Inggit. Rendi pun menghela nafas nya, ia sudah mengetahui penyakit yang di idap oleh temannya yang satu itu.

"Udah Lo jangan khawatir, nanti pulang sekolah kita jenguk Sena" ucap Rendi yang langsung diangguki oleh Inggit.

Melihat kedekatan Inggit dengan pria yang bernama Rendi entah mengapa membuat hati Daren terasa panas. Daren pun langsung berdecih melihat keduanya. Sementara Matteo ia pun bisa melihat jika saat ini Daren tampak tidak suka melihat kedekatan keduanya.

Matteo mengabaikan Daren, ia lebih tertarik mendengar kan pembicaraan kedua teman itu mengenai Alsena. Jujur ia merasa khawatir, apalagi ia juga belum tahu kabar terbaru tentang Alsena.

**********

Ruang rawat Alsena.

Alsena saat ini sedang merasa bosan. Bahkan ia sudah menendang selimut yang menutupi kakinya, hingga selimut itu jatuh kelantai.

Ia pun bersiap untuk pergi, namun kedatangan dokter Hakam juga para perawat membuat niatnya ia urungkan.

"Hey gadis nakal, mau kemana kamu!" ucap dokter Hakam dengan nada tengilnya. Alsena menatap dokter Hakam dengan tajam. Meski tatapannya matanya tidak terlihat menakutkan sama sekali. Dokter Hakam langsung tertawa melihat Alsena yang tampak kesal terhadap nya.

Mendengar tawa dari dokter Hakam membuat Alsena ingin menangis. "Kalo om cuma mau tertawa, lebih baik om pergi saja!" ucap Alsena dengan ketus. Setelah nya ia pun langsung membuang mukanya kearah lain.

Dokter Hakam yang melihat anak temannya sedang merajuk pun langsung meminta maaf. "Maafkan om ya, om hanya ingin memeriksa kondisi kamu" ucap Dokter Hakam.

Ketika melakukan pemeriksaan dan pengecekan terhadap infus yang di pakai oleh Alsena. Tanpa sengaja tangan Alsena dan perawat itu bersentuhan. Hal itu lah yang membuat Alsena dapat melihat apa yang akan terjadi kepada perawat itu.

Perasaan takut pun langsung menyerbu nya. Ia bahkan tanpa sadar telah mencengkram tangan perawat perempuan itu. Bahkan perawat perempuan itu dibuat meringis kesakitan. "Jangan pergi, jangan naik mobil itu. Kamu bisa kecelakaan!" teriak Alsena tanpa sadar.

Semua yang berada di dalam ruangan pun langsung terkejut melihat tingkah Alsena. Dokter Hakam pun langsung tersadar ketika perawat itu mulai meringis kesakitan. Ia mencoba melepaskan cekalan tangan Alsena.

"Alsena sudah ya, kamu menyakiti perawat itu" ucap Dokter Hakam. Setelah berhasil melepaskan cekalan Alsena, Dokter Hakam pun memerintahkan para perawat untuk pergi.

"Om dia akan kecelakaan, Om percaya sama Sena. Pokoknya dia ga boleh ikut temannya pulang nanti" ucap Alsena. Ia pun berniat untuk menyusul perawat tadi. Ia tidak ingin kejadian kakak kelas nya terulang kembali kepada perawat itu.

"Udah ya Sena kamu istirahat, apa yang kamu khawatir kan tidak mungkin terjadi" ucap Dokter Hakam menenangkan Alsena. Alsena menghela nafasnya kasar, Dokter Hakam tidak akan mungkin mempercayai nya.

Apalagi yang dia bicara kan adalah hal yang berada di luar nalar. Alsena hanya bisa pasrah, ia berharap ucapan Dokter Hakam benar. Mungkin pengelihatan nya ini hanya sebuah kebetulan semata.

Setelah melihat Alsena yang sudah tertidur, Dokter Hakam pun keluar dari ruang rawat Alsena. Karena ia ada pasien yang sudah membuat janji dengan nya.

***************
Declairs
Rabu, 14 Juni 2023
Publish, 18 Juni 2023

The Magic LiontinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang