Setelah keluar dari toko barang antik itu, Alsena memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar hotel. Tiba di kursi yang berada di trotoar jalan, ia pun memakai kalung yang dibelinya itu.
Ia pun melihat di kaca ponselnya, dan ia tampak terlihat cantik dengan kalung yang menghiasi lehernya. Ia pun sibuk berfoto, dan ia memilih beberapa foto untuk di upload di Instagram.
Ia pun melihat kesekelilingnya, banyak sekali kaum muda yang bergandengan tangan disepanjang jalan. Bahkan mungkin kebanyakan pasangan lah yang mengunjungi tempat ini di malam hari.
Tiba-tiba pandangan Alsena teralihkan kepada salah satu pasangan. Ia sangat terkejut ketika di pengelihatan itu ia melihat jika sang pria akan meninggalkan wanita. Ya pria itu meninggal dalam kecelakaan motor.
Alsena mulai mencerna apa yang terjadi dengan nya saat ini. Ia pun menggelengkan kepalanya, ia tidak peduli beberapa pejalan kaki menatap nya aneh. 'Ini ga mungkin, ini cuma kebetulan aja' ucap Alsena dalam hati.
Alsena mencoba meyakinkan dirinya sendiri, ia pun mengalihkan tatapannya ke arah pasangan lainnya. Ia melihat di masa depan, kedua pasangan itu hidup bahagia hingga mau memisahkan.
Ia mengalihkan tatapannya kepada seorang perempuan yang memakai pakaian kerja. Ia bisa melihat jika wanita itu akan hidup bahagia. Kisah cinta mereka begitu membuat Alsena terharu. Karena yang akan menjadi suami perempuan itu rela menunggu sang perempuan hingga putus dari kekasihnya. Dan ya kekasdgdfhdhfih perempuan itu akan selingkuh, dan malam ini ia akan memergoki pacar nya itu.
Alsena bertanya dalam dirinya, apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ia merasa jika pengelihatan nya itu bukanlah suatu hal yang dibuat oleh dirinya. Alsena merasa bisa melihat masa depan orang lain. Apa yang terjadi dengannya, ia merasa bingung.
Pandangan nya pun langsung teralihkan kearah kalung miliknya. "Apa karena kalung ini aku bisa melihat masa depan orang lain" ucap Athalia bermonolog sambil memegang kalung miliknya.
Senyum pun langsung terbit diwajahnya Alsena. "Kalo emang benar, aku merasa sangat senang sekali. Meski ini terlihat tidak mungkin, tapi ini nyata" ucap nya kepada diri sendiri.
Alsena pun memutuskan untuk pulang, karena saat ini sudah pukul 22.00. Ia pun melangkahkan kakinya disepanjang trotoar untuk menuju ke hotel tempat nya menginap.
**************
Daren saat ini sedang menarik kasar lengan Inggit. Sementara Inggit dengan terseok-seok mengikuti langkah kaki Daren. "Aku tidak mau tahu, sepulang acara ini kamu harus menjelaskan semuanya kepada orang tua aku. Kalo kejadian ini cuma salah paham!" ucap Daren dengan suara yang tegas.
Inggit pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia sadar jika semua kejadian ini adalah salah nya. "Lemah, ngapain sih pake acara nangis dan teriak-teriak ga jelas!" ucap Daren tajam. Tentu saja ucapan dari Daren membuat dirinya merasa sakit hati.
Inggit pun menatap Daren dengan tatapan penuh luka. Daren tenggelam dalam tatapan mata Inggit. Tiba-tiba muncul rasa bersalah kepada Inggit. "Aku tahu aku lemah. Tapi kamu belum pernah merasakan bagaimana rasanya dikhianati sama orang yang kita cintai" ucap Inggit.
"Untuk masalah tadi kamu tidak perlu khawatir, aku akan menjelaskan semuanya kepada orang tua kamu" lanjutnya lagi. Setelah itu Inggit langsung pergi meninggalkan Daren sendiri an.
Muncul rasa bersalah dalam diri Daren, Daren mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia pun meminta sopir Ayah nya untuk mengantarkan dirinya. Daren pun langsung mengikuti Inggit dari belakang. Saat ini Inggit pun sedang menunggu taksi di dekat apartemen.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. "Hiks, sial banget sih!" gerutu Inggit. Dia pun langsung menangis terisak, bahkan bahunya saat ini sudah bergetar. Inggit sudah tidak peduli dengan sekitarnya lagi, ia juga tidak peduli dengan pandangan orang lain terhadap dirinya.
"Dasar cowok brengsek!" teriak Inggit. Mengapa dulu ia bisa bodoh bahkan terjebak oleh pesona lelaki tidak tahu diri itu. Para pejalan kaki, dan pengendara yang melintas membicarakan Inggit. Mereka pikir Inggit adalah orang gila, karena teriak-teriak ditengah jalan.
Daren pun langsung berdecak. "Apa yang ada dipikiran bodohnya!" ucap Daren kesal. Meskipun begitu dapat terlihat raut khawatir di wajahnya. Ia pun langsung mengambil payung dan menghampiri Inggit. Inggit merasa bingung ketika tetesan air hujan tidak mengenai diri nya. Ia pun langsung mengangkat wajahnya.
Mata nya pun langsung bertatapan dengan mata Daren. Mengapa ia selalu terlihat bodoh di depan Daren. Inggit pun langsung mengalihkan tatapannya dari Daren. "Ada apa lagi?" tanya Inggit ketus.
"Berdiri!" perintah Daren, sementara Inggit langsung menatap Daren dengan bingung. "Kamu jangan bertindak bodoh hanya karena lelaki brengsek itu" ucap Daren dengan pedas. Ia langsung menarik bahu Inggit dengan lembut, hingga Inggit pun berdiri.
Daren langsung mendekap tubuh Inggit dan langsung membawanya menuju mobil. Setelah keduanya naik, sang sopir pun langsung melajukan mobilnya. Keadaan di mobil saat ini hening, Inggit yang masih canggung dan Daren yang tidak berniat bicara.
Hingga mobil pun berhenti di depan hotel tempat mereka menginap. Keduanya langsung keluar dari dalam mobil. Ketika di lobi Inggit pun bertemu dengan Alsena. Alsena yang melihat penampilan kacau Inggit pun langsung menghampiri Inggit dengan khawatir.
"Inggit kamu kenapa?" tanya Alsena. Inggit pun tampak enggan untuk bercerita. "Nanti saja aku jelaskan" ucap Inggit. Alsena pun langsung menganggukkan kepalanya mengerti. Sebelum pergi Inggit pun menatap kearah belakang.
"Makasih Daren" ucap Inggit. Daren pun langsung menganggukkan kepalanya. Sementara Matteo hanya diam saja. Keempatnya pergi bersama menuju lift. Ketika Alsena dan Inggit sampai di kamar hotel mereka Alsena pun langsung menyuruh Inggit membersihkan dirinya.
"Kamu lebih baik segera mandi dan mengganti pakaian mu. Aku takut kamu nanti sakit!" ucap Alsena, Inggit pun hanya menganggukkan kepalanya. Keduanya membersihkan diri secara bergantian.
Ketika baru keluar dari kamar mandi Alsena menatap Inggit dengan bingung. Sedari pulang tadi Inggit sama sekali tidak mengeluarkan suara nya. Inggit yang biasanya cerewet saat ini tengah duduk diam dan melamun.
"Inggit" panggil Alsena dengan lembut sambil memegang bahunya. Inggit pun tersentak kaget, padahal Alsena berbicara dengan lembut nya. "Ada apa Sena?" tanya Inggit.
Alsena tidak menjawab pertanyaan dari Inggit, Alsena malah balik bertanya. "Kamu baik-baik saja kan?" tanya Alsena. Inggit pun langsung menganggukkan kepalanya dan tersenyum dengan terpaksa. "Ya aku baik-baik saja" ucap Inggit. Lain dengan ucapan dan sikap Inggit. Inggit bicara tidak apa-apa tapi saat ini air matanya menetes.
"Kita ini udah berteman lebih dari setahun, kalo kamu ada masalah bisa bercerita kepadaku" ucap Alsena. Mendengar ucapan dari Alsena Inggit pun langsung menatap Alsena dengan dalam. Sementara Alsena tiba-tiba membaca masa depan dari Inggit ketika mata mereka bertatapan.
***************
Declairs
Rabu, 21 Desember 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Liontin
Ficção AdolescenteAlsena, seorang gadis cantik dan ramah. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan di suatu SMA yang berada di kota A. Ketika itu diadakan study tour kesebuah kota yang berada di negara B. Disana ia mampir kesebuah toko barang antik. Dia membeli sebuah...