Matteo sudah setengah jam yang lalu ada di sini. Ia menatap Alsena yang saat ini masih menutup mata nya. Perawat pun datang, dan menaruh baki berisi makanan di atas nakas. "Terimakasih" ucap singkat dari Matteo.
Perawat itu pun langsung menganggukkan kepalanya. "Iya sama-sama" jawab perawat itu yang langsung berlalu pergi. Matteo pun langsung melangkahkan kakinya, ia langsung menyibak gorden ruang rawat Alsena.
Hal itu membuat sinar matahari langsung menyorot kedalam ruangan. Alsena yang sedang tertidur pun merasa terusik, karena sinar matahari yang menerpa wajahnya. Ia pun perlahan membuka matanya.
Ketika matanya terbuka, ia sangat terkejut melihat keberadaan Matteo. Bahkan ia pun langsung terduduk. "Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanyanya dengan nada menuntut.
"Pengawal!" teriak Alsena. Namun Matteo dengan santai langsung duduk. "Percuma, aku disini karena permintaan dari Om Chandra" jawab Matteo dengan santai.
"Ayah?" tanya Alsena dengan bingung. Matteo pun langsung menganggukkan kepalanya. Ia pun langsung berdiri dan berjalan ke sisi seberang. Ia memasang meja makan di brankar Alsena. Bahkan ia menaikkan posisi tempat tidurnya.
Setelah selesai, ia pun langsung memindahkan baki berisi makanan ke atas meja. "Makan!" ucap singkat Matteo. Alsena pun langsung menggelengkan kepalanya, ia menyingkirkan baki itu. "Ga mau, ga enak" cetusnya yang langsung tertidur.
Matteo pun langsung mendudukkan Alsena, sementara Alsena langsung berdecak kesal. Ia tampak tidak menyukai apa yang Matteo lakukan. "Dari kemarin kamu belum makan" ucap Matteo.
"Bukan urusan Lo" ucap Alsena ketus. Mungkin jika Chandra mengetahui Alsena mengunakan 'Lo', 'Gue', sudah pasti ia akan langsung di marahi oleh Chandra.
"Atau kamu sengaja tidak mau makan agar aku bisa menyuapi kamu" ucap Matteo dengan percaya dirinya. Sebenarnya ia sengaja memancing agar Alsena mau makan. Alsena pun langsung membulatkan kedua matanya, ia tampak tidak setuju dengan ucapan Matteo.
"Ga ya, ga usah kepedean deh!" sarkas Alsena. Alsena pun langsung mendekatkan baki berisi makanan itu. Dan langsung memakannya, dengan kesal. Matteo pun tersenyum tipis, namun Alsena tidak melihat nya. Ternyata cara yang di pikirkan Matteo pun memang terbukti jitu. Ya walaupun Alsena terlihat terpaksa.
Setelah selesai makan Alsena pun langsung duduk. Matteo menatap bingung, bukankah tadi Alsena terlihat menolak makan. Tapi kenapa dia begitu lahap, seperti orang yang sedang kelaparan.
Matteo pun duduk disamping brankar Alsena. Tidak lama pintu terbuka dan ada Dokter Hakam. "Gimana pasien nakal Om, ada yang sakit?" tanyanya. Alsena pun mendelik ke arah Dokter Hakam. Tentu saja ia tidak terima ketika ia dikatai nakal. Ia itu baik ya, harap di catat!.
"Om aku bosan, boleh aku pulang" pinta Alsena. Dokter Hakam pun langsung berkacak pinggang mendengar nya. "Kamu baru beberapa hari bangun dari koma ya. Masih perlu perawatan" ucap Dokter Hakam. Alsena pun mengerucutkan bibirnya, ia kesal.
Mengapa ia harus selalu berbaur dengan lingkungan rumah sakit. "Om tapi Sena bosan di sini" ucap Alsena berkaca-kaca. Ia tidak ingin berada disini, karena jika berada disini ia seperti orang lemah. Ia tidak ingin dikasihani.
Alsena pun langsung menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia terisak karena Dokter Hakam menolak keinginan nya. Ia bahkan melupakan ada Matteo di dalam ruangan ini. Dokter Hakam pun tampak menghela nafas nya lelah.
"Bagaimana jika kamu berjalan-jalan di sekitar taman saja?" tanya dokter Hakam. "Tidak mau, disana banyak orang. Aku tidak mau bersentuhan dengan tangan mereka" ucap Alsena dari dalam selimut.
"Ya kamu usahakan jangan memegang mereka, biar Matteo yang menemani kamu. Jika kamu tidak mau, ya sudah tidak apa-apa. Kamu bisa menghabiskan waktu kamu di ruang rawat" jelas Dokter Hakam.
Alsena dengan cepat langsung membuka selimutnya. "Ya sudah, aku mau" ucap Alsena sedikit ketus. Perhatian Dokter Hakam pun langsung teralihkan kearah Matteo. "Om titip Alsena ya" ucap nya sambil menepuk bahu Matteo. Matteo pun menganggukkan kepalanya.
Matteo pun langsung melangkahkan kakinya pergi. Sementara Alsena berpikir jika Matteo menolak untuk menemani nya. "Dasar, padahal dia udah di suruh jagain aku. Tapi dia malah melalaikan tugas nya dan meninggalkan ku sendiri" gerutu Alsena.
"Dasar bermuka dua, di depan Ayah sama Om Hakam aja dia baik" lanjutnya lagi. Alsena pun langsung bangkit dari duduknya. Ia pun mencoba turun dari atas kasur. Ia bergerak dengan perlahan karena terhalang oleh infus yang terpasang di tangannya.
Pintu ruang rawatnya pun terbuka, dan Matteo masuk dengan mendorong kursi roda. Ketika sudah berada di hadapan Alsena. "Dasar tidak sabar" ucap Matteo. Ia pun langsung mengambil alih infusnya. Dan membantu Alsena hingga duduk di kursi roda.
Alsena sama sekali tidak menanggapi ucapan Matteo. Ia tadi berpikir jika Matteo meninggalkan dirinya. Setelah dirasa Alsena nyaman duduk di kursi roda Matteo pun langsung mendorong kursi roda Alsena. Ia membawa Alsena menuju ketaman sesuai dengan keinginan nya.
Tiba di taman Alsena pun langsung memejamkan matanya. Ia menikmati udara sejuk rumah sakit. Diruang rawat nya hanya tercium bau obat-obatan.
Tiba-tiba ada anak kecil yang berlari, hampir saja anak kecil itu bersentuhan dengan Alsena. Namun Matteo dengan sigap langsung menangkap anak itu. Alsena pun terkejut, ia langsung menyembunyikan tangannya di atas pangkuan nya.
Matteo pun langsung menatap anak itu, anak itu pun tampak ketakutan. Ia takut jika ia akan di marahi oleh Matteo, jadi ia terus menundukkan kepalanya. "Maaf" ucap nya pelan. Matteo pun merasa gemas, ia mengacak rambut anak itu. "Lain kali hati-hati, kamu bisa terjatuh" ucap Matteo. Anak itu pun menganggukkan kepalanya dan langsung pergi.
Sementara Matteo langsung mengalihkan tatapannya kearah Alsena. "Kamu baik-baik saja kan?" tanya Matteo. Alsena pun langsung menganggukkan kepalanya, ia hanya sedikit terkejut. Matteo pun langsung duduk di kursi taman.
"Kenapa kamu berniat bunuh diri kemarin, apa kamu tidak kasihan dengan Ayah kamu?" tanya Matteo setelah keheningan yang melanda keduanya. Alsena menggernyitkan dahinya bingung. Kapan ia berniat bunuh diri?.
"Apa maksudmu, kenapa bicaramu melantur " tutur Alsena. "Lagi pula siapa yang mau bunuh diri " lanjutnya lagi. Matteo pun langsung menatap Alsena.
"Kemarin jelas-jelas kamu membawa sebuah gunting dan-" ucapan Matteo pun langsung terhenti karena suara tawa dari Alsena. "Jadi kamu berpikir kemarin aku ingin bunuh diri?" tanya Alsena. Matteo pun dengan polos langsung menganggukkan kepalanya.
"Kamu salah paham, kemarin aku hanya ingin mencopot kalung ini. Setelah memakai kalung ini aku jadi bisa melihat hal yang tak seharusnya aku lihat " ucap Alsena lirih.
Matteo pun menatap Alsena dengan dalam, kenapa ia tidak tenang melihat Alsena yang bersedih. Ada apa dengan diri nya itu.
***************
Declairs
Sabtu, 25 November 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Liontin
Teen FictionAlsena, seorang gadis cantik dan ramah. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan di suatu SMA yang berada di kota A. Ketika itu diadakan study tour kesebuah kota yang berada di negara B. Disana ia mampir kesebuah toko barang antik. Dia membeli sebuah...