Chapter 16

4 0 0
                                    

Matteo pun menatap dalam Alsena, Alsena yang ditatap seperti itu langsung merasa gugup. Ia langsung mengalihkan tatapannya kearah lain. "Jangan menatap ku seperti itu!" tukas Alsena. Mendengar ucapan Alsena, Matteo pun langsung tersadar dengan apa yang di perbuat nya tadi. Ia langsung mengalihkan tatapannya kearah lain.

Tiba-tiba Matteo pun langsung berdiri, ia mendekat kearah Alsena. Alsena merasa gugup, jantung nya berdetak dengan kencang. 'Mengapa dia terus mendekat ' ucap batinnya bertanya.

Tangan Matteo pun terulur, dengan spontan Alsena langsung menepis tangan Matteo. "Apa yang kamu lakukan!" ucap nya dengan intonasi yang agak tinggi. Matteo pun memutar bola matanya malas. "Mencoba melepaskan kalung ini" ucap Matteo.

Namun beberapa kali ia mencoba, kalung itu seperti tidak mau lepas. Matteo pun menatap aneh, sementara Alsena langsung tertawa hambar. "Percuma, kalung ini ga bisa lepas " tukasnya. Alsena pun langsung mengalihkan tatapannya kearah langit. Tanpa terasa bulir air mata menetes. "Mungkin ini kutukan, jadi aku bisa melihat semuanya " lanjutnya lagi.

Matteo pun menghela nafasnya. Ia kembali duduk di bangku taman. Ia pun ikut menatap langit yang biru. Sinar matahari yang saat ini sedang tertutup oleh awan. "Terkadang suatu hal terjadi pasti ada alasannya. Dan jika kamu melihat semuanya, mungkin itu sudah takdirnya " ucap Matteo.

"Kematian setiap manusia, sudah merupakan sebuah takdir. Dan itu bukan semua kesalahan mu. Terkadang ada sebuah takdir yang memang tidak bisa dirubah dan ada yang bisa. Bukankah kita memiliki kesempatan untuk merubah takdir yang bisa dirubah semampu kita" jelas Matteo.

"Dan untuk takdir yang tidak bisa dirubah, biarkan dia berjalan dengan semestinya" lanjutnya lagi. Alsena pun langsung tersentak mendengar ucapan Matteo. Perasaan Alsena pun menjadi tenang mendengar ucapan Matteo. "Terimakasih" ucap Alsena lirih. Matteo sama sekali tidak menjawabnya.

Keheningan pun melanda keduanya. Hingga suara teriakan seseorang pun membuat keduanya langsung menolehkan kepalanya. "Sena!" teriak Inggit. Inggit datang bersama dengan Rendi.

Ia pun mengajak Rendi untuk bertemu dengan Alsena. Sebenarnya Rendi ragu akan di ijinkan masuk seperti sebelumnya. Jadi ia menolak ajakan Inggit tadi. Namun Inggit yang terus menerus memaksa dirinya. Membuat nya menjadi risih. Ia pun menuruti keinginan Inggit untuk menemani nya menjenguk Alsena.

Namun keduanya pun merasa senang ketika melewati taman rumah sakit. Mereka berdua melihat Alsena.

Alsena pun merasa terkejut melihat kehadiran kedua nya. Baru saja tiba, Inggit langsung menubruk Alsena dan memeluknya erat. "Tega banget sih Lo larang kita berdua ketemu!" ucap Inggit kesal.

Alsena pun langsung melepaskan pelukan Inggit. "Ih jangan lebay deh" tukas Alsena membuat Inggit mengerucutkan bibirnya kesal. Tatapan Inggit pun langsung teralihkan kearah Matteo.

"Lo kok bisa ada disini?" tanya Inggit sambil menunjuk Matteo. Ia pun langsung mengalihkan tatapannya kearah Alsena. "Oh ini jadi alasannya Lo ga mau di jenguk, biar Lo bisa berduaan sama Matteo" ucap Inggit.

Alsena pun langsung membulatkan matanya, ia merasa tidak setuju dengan ucapan Inggit. "Apa sih, jangan ngaco deh!" tukas nya. "Ya terus kenapa kalian bisa berduaan" ucap Inggit memojokkan Alsena.

Rendi yang sedari tadi diam pun langsung menganggukkan kepalanya, ia menyetujui ucapan Inggit. Jika memang tidak memiliki sebuah hubungan kenapa mereka terlihat bersama. Apalagi tadi mereka terlihat mengobrol dengan akrab.

Alsena yang tidak ingin ada salah paham pun langsung menjelaskan semuanya. Termasuk menjelaskan jika Matteo adalah anak dari Om Marvel. Termasuk Ayahnya yang meminta bantuan Matteo untuk menjaga dirinya.

Ketika mereka sedang mengobrol Chandra pun datang. "Ternyata kalian ada di sini, sedari tadi Ayah mencari kamu Alsena " ucap Chandra. Alsena pun langsung meringis, ia lupa meminta ijin kepada sang Ayah.

"Lebih baik kamu masuk kedalam ruang rawat, kamu sudah terlalu lama diluar " ucap Chandra. Alsena pun langsung mengerucutkan bibirnya kesal. "Ayah, aku mau disini ya. Sebentar saja, setelah itu aku akan kembali masuk" ucap Alsena dengan nada membujuk.

Namun Chandra langsung menggelengkan kepalanya. "No, ga ada alasan Alsena. Kamu harus masuk" tegas Chandra. "Ayah, lagi pula ada teman Alsena " ucap Alsena mencari alasan. Ia mencoba mencari persetujuan dari ketiganya. Namun ketiga nya hanya diam saja, mereka tidak berani melawan Chandra.

"Inggit Rendi, kalian akan segera pulang kan. Ini sudah sore pasti orang tua kalian mencari kalian " ucap Chandra yang bermaksud mengusir keduanya secara halus. Inggit pun langsung menyikut perut Rendi.

"Kami pamit pulang Om " pamit Rendi setelah itu ia pun langsung bergegas pergi. Inggit pun langsung mengikuti Rendi berpamitan. Alsena bisa melihat dari jauh keduanya terlihat meminta maaf. Melihat nya membuat Alsena pun langsung mendengus kesal.

Dasar keduanya ini memang tidak bisa diandalkan sama sekali. "Ayo masuk Alsena, apalagi alasan kamu sekarang" ucap Chandra. Alsena pun mau tidak mau harus kembali masuk kedalam ruang rawatnya. Sebelum pergi Chandra pun menyampaikan ucapan terimakasih nya.

***************
Declairs
Sabtu, 25 November 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Magic LiontinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang