Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Alsena. Ia dengan semangat menyeret kopernya dan mengais tas nya. Tidak lupa ia membawa sekantong makanan ringan untuk bekalnya selama di bus.
"Alsena biar Ayah yang bawa koper mu" ucap Chandra. Alsena dan Chandra berpapasan di tangga, mereka sama-sama akan pergi menuju kelantai satu. Alsena pun menganggukkan kepalanya dan membiarkan Chandra membawanya. "Terimakasih Ayah" ucap Alsena yang hanya dijawab anggukkan kepala.
Setelah sampai di meja makan mereka pun langsung memakan sarapan pagi ini. Setelah selesai makan Chandra pun bertanya kepada Alsena. "Sena obat mu sudah dibawa kan?" tanyanya. Alsena pun langsung menganggukkan kepalanya.
Ia pun mengeluarkan obat-obatan yang ia simpan di tas kecil nya. "Sudah Ayah" jawab Alsena. "Disana jangan telat makan, dan jangan lupa minum obat!" ucap Chandra menasehati. "Iya Ayah" jawabnya.
***************
Saat ini Alsena sedang menunggu Chandra yang mengeluarkan kopernya dari dalam mobil. Selagi menunggu Ayah nya, Alsena pun langsung mengalihkan tatapannya. Tatapannya tertuju kepada Matteo yang baru saja keluar dari dalam mobil mewah.
Alsena bingung karena Matteo seperti anak orang kaya, tapi kenapa ia pergi sekolah menggunakan sepeda. Jika orang kaya lainnya pasti akan malu menaiki sepeda. Belum lagi mereka pasti memilih memakai kendaraan motor ataupun mobil, dibandingkan harus mengayuh sepeda.
Tidak lama setelah Matteo keluar dari dalam mobil, keluar juga sosok pria paruh baya. Ia seperti mengenal pria paruh baya itu. "Sena!" panggil Chandra. Alsena pun langsung mengalihkan tatapannya kepada Chandra. "Ada apa Ayah?" tanyanya.
"Kamu sedang memperhatikan apa?" tanyanya. "Ah aku seperti mengenal pria paruh baya itu, tapi aku lupa dimana" jawab Alsena sambil menunjuk kearah Matteo.
Chandra pun melihat orang yang ditunjuk oleh Alsena, Chandra langsung tersenyum. Ya yang ditunjuk oleh Alsena adalah temannya, Marcel. "Itu Om Marcel, teman Ayah. Kamu pernah melihatnya ketika acara perusahaan" ucap Chandra.
Alsena pun langsung mengingat tentang teman Ayah nya itu. Hingga beberapa menit ia mengingat nya. Bukankah Marcel merupakan seorang pengusaha yang sukses. Bahkan perusahaan miliknya lebih sukses dari Ayah nya. Dan ia merupakan pengusaha terkaya dinegaranya.
Lamunan Alsena pun langsung buyar karena ajakan Ayah nya. "Ayo Alsena kita hampiri Om Marcel!" ajak Chandra. Alsena pun hanya mengekori Chandra.
"Marcel!" sapa Chandra. Alsena pun langsung menyalami tangan Marcel. "Bagaimana kabarmu Sena, sudah lama Om tidak melihat kamu?" tanya Marcel.
Alsena pun tersenyum kearah Marcel. "Saya baik Om" jawab Alsena sopan. Lalu perhatian Marcel pun langsung tertuju kepada Matteo. "Perkenalkan ini anakku Matteo, dan Matteo perkenalkan ini Chandra teman Ayah. Dan disampingnya ada Alsena anak Chandra" ucap Marcel memperkenalkan.
Lalu Matteo pun langsung menyalami tangan Chandra. "Saya Matteo" ucap Matteo. Sementara Chandra ia hanya menanggapinya dengan senyuman. "Sena apakah kamu tidak ingin berkenalan dengan anak Om?" tanya Marcel dengan nada menggoda.
Alsena pun langsung tersenyum dengan canggung kearah Marcel. "Sena sudah kenal, kebetulan Matteo teman sekelas Sena" jawab Alsena gugup. Marcel dan Chandra pun langsung tersenyum.
"Ah bagus jika seperti itu, Matteo Om bisa minta tolong. Selama study tour tolong awasi Sena ya" pinta Chandra. Alsena pun langsung membulatkan matanya, ia tidak percaya jika Ayah nya mengatakan itu.
"Ayah aku bukan anak kecil, aku bisa menjaga diriku sendiri!" ucap Alsena sambil mengerucutkan bibirnya. Ia merasa malu di depan Matteo, apa Ayah nya ini menganggap nya anak berusia lima tahun. Ia sampai meminta Matteo untuk menjaga nya, ia itu sudah remaja dan bisa menjaga dirinya sendiri.
"Diam Sena, Ayah tidak berbicara dengan mu. Ayah berbicara dengan Matteo!" ucap Chandra tegas. Akhirnya Matteo pun mengeluarkan suaranya, ia menghentikan acara debat antara Ayah dan anak itu. "Iya Om saya akan usahakan untuk menjaga Sena" ucap Matteo.
Chandra pun langsung tersenyum senang, ia pun langsung menepuk bahu Matteo. "Terima kasih ya nak Matteo" ucap nya. Setelah itu keempat memutuskan untuk pergi menuju bus yang ditumpangi kelas Alsena.
Ketika sampai di sana mereka melihat Inggit ditemani dengan Ayah dan Ibunya. "Sena gimana kabar kamu, udah lama kamu ga main kerumah" ucap Tante Ranti, Ibu dari Inggit. Alsena pun tersenyum kearah Ranti. "Kabar Sena baik Tante" jawab Alsena.
"Kenapa kalian bisa datang bersamaan?" tanya Anthony kepada Marcel dan Chandra. Marcel tampaknya enggan membuka suaranya, jadi Chandra yang menjawab pertanyaan Anthony. "Tadi kami bertemu di parkiran" jawab Chandra.
Tatapan Anthony pun langsung tertuju kearah Matteo. "Ini anak Lo?" tanyanya kepada Marcel. "Iya dia anak gue" jawabnya. Matteo pun langsung menyalami tangan Anthony dan Ranti. "Nama saya Matteo" ucap Matteo.
Ranti dan Anthony pun langsung tersenyum kearah Matteo. "Kamu tampan dan juga sopan sekali" ucap Ranti. Bahkan Ranti pun langsung mencubit pipi Matteo dengan gemas. Anthony pun menepuk dahinya melihat kelakuan istrinya itu. Sementara Inggit ia menundukkan kepalanya, bisakah ia menghilang dari sini. Ia merasa malu dengan tingkah Ibunya itu.
Hingga suara wali kelas mereka terdengar. "Maaf Bapak Ibu, tapi sebentar lagi kita akan berangkat. Jadi Alsena, Inggit dan Matteo harap masuk kedalam bus" ucap Adit wali kelas mereka. Setelah bersalaman mereka langsung masuk kedalam bus.
Mereka mendapatkan kursi belakang, karena kursi depan sudah dipenuhi murid lain. Alsena duduk di sebelah kaca dan disebelah nya ada Inggit. Sementara dibelakang Alsena ada Matteo dan disampingnya ada Daren si cowok pintar yang pendiam.
Setelah Pak Adit mengabsen satu persatu murid, dan dirasa para murid sudah masuk kedalam bus. Pak Adit langsung menyuruh supir berangkat sekarang. Mereka pun menempuh perjalanan selama beberapa jam. Di dalam mobil banyak murid yang melakukan karaoke-an.
Sementara Alsena dan Inggit mereka berdua fokus untuk berfoto. Matteo pun menyandarkan kepalanya di kaca bus, dan ditelinga sudah terpakai Earphone. Daren pun sama ia memakai earphone sambil membaca buku.
Beberapa jam kemudian, mereka pun sampai di hotel tempat mereka menginap. Satu kamar diisi oleh dua orang. Tentu saja Alsena akan satu kamar dengan kamar Inggit. Kamar hotel laki-laki dan perempuan akan di pisah dan berbeda lantai.
Lalu Inggit merasa bingung ketika melihat kamar Darren Matteo berada di sebelah kamarnya dan juga kamar Alsena. "Pak kenapa kamar Matteo dan Daren disini?" tanya Inggit penasaran. "Karena Pak Chandra yang memintanya, ia berkata Matteo sudah mendapatkan ijin untuk menjaga Alsena. Lagi pula Bapak percaya sama mereka tidak akan berbuat macam-macam" ucap Pak Adit.
Inggit pun merasa terkejut dengan jawaban Pak Adit. Lalu Inggit pun langsung memberikan tatapan tajam kearah Alsena. Sementara Alsena hanya memutar bola matanya malas. Setelah kepergian Pak Adit, Inggit pun langsung menarik tangan Alsena masuk kedalam kamar hotel yang akan ditempati mereka. "Pokoknya kamu harus jelasin semuanya" ucap Inggit tanpa ingin dibantah.
Sementara Matteo dan Daren pun menghiraukan sikap Inggit. Mereka memutuskan untuk masuk kedalam kamar mereka.
***************
Declairs
Sabtu, 17 September 2022
Publish, Senin 19 Desember 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Liontin
Genç KurguAlsena, seorang gadis cantik dan ramah. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan di suatu SMA yang berada di kota A. Ketika itu diadakan study tour kesebuah kota yang berada di negara B. Disana ia mampir kesebuah toko barang antik. Dia membeli sebuah...