• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...···
Pria berpawakan tinggi serta berbahu lebar itu merasa aneh akan hatinya saat ini. Entah, dirinya merasa terlihat tak senang saat mendapati pemuda yang ia selamatkan itu tak sadarkan diri tepat di kamar miliknya. Perasaan aneh kian membuncah, namun sayang karena ia tak pernah sedikitpun guna menghiraukan nya. Akan tetapi, melihat pemuda yang kini terbaring lemah... Entah perasaan itu muncul lagi dan lagi.
Lain hal dengan pemuda yang kini tengah terbaring di ranjang sang pemilik. Terlihat tenang saat kedua mata itu terpejam seolah tak menyadari jika sejak tadi dirinya di tatap intens oleh pria tepat di sisi ranjang.
Hingga pemuda berkulit putih pucat itu terbangun, seketika terkejut kala melihat sesosok pria berdiri di samping nya dengan arah pandang mata yang menatapnya intens. Namun, pemuda tersebut malah mengingat kejadian semalam sesaat ia tengah di kepung oleh dua orang jahat atau penyusup yang kapan saja bisa menghabisi dirinya malam itu.
"Ugh... Master, ku rasa kau tak perlu memandangku seperti itu. Tetapi, terimakasih karena kau telah menolongku untuk kesekian kalinya..."
Mengetahui jika ucapannya tak di jawab sedikitpun oleh sang pria, lantas pemuda tersebut mendongak kembali untuk menatap pahatan wajah bak dewa Yunani yang naas dengan tanpa izin merebut hatinya.
"Bagaimana keadaanmu, Junghwan? Katakan jika salah satu bagian tubuhmu terasa sakit."
Bukannya menjawab pertanyaan sang pemuda yang kini masih terbaring, pria itu malah memberi pertanyaan. Namun aneh nya, pertanyaan itu terlihat akan kekhawatiran pada raut wajahnya yang terlihat gelisah di mata pemuda bernama Junghwan.
"Ah... Aku tidak merasakan sakit—"
"Jangan berbohong."
Sial, Junghwan harus mengatakan apa di hadapan sang Master? Apakah ia harus jujur begitu saja...
"Tapi memang benar aku tak merasakan sakit, Master..."
Ucapan Junghwan terlihat gugup itu sontak memancing amarah yang kapan saja bisa muncul dari sosok pria di samping nya.
"Periksa seluruh bagian tubuh nya." Perintahnya mutlak pada dokter yang sejak tadi belum pergi dari sana
Dokter tersebut menurut dengan patuh terhadap sang Tuan. Ia kembali memeriksa seluruh bagian dalam tubuh pemuda itu dengan perlahan. Namun baru saja ia menyingkap kaos Junghwan, tatapan nya sedikit terkejut karena terlalu banyak kiss mark serta bite mark yang tersebar di mana mana, dan hal tersebut membuat pipi Junghwan tiba tiba memerah bak tomat.
Akan tetapi, pandangannya tertuju pada bagian memar tepat di ulu hati Junghwan yang kini mulai membiru. Setelah ia mengetahui penyebab pemuda berkulit putih itu tak sadarkan diri, lantas ia kembali menatap sosok Mafioso yang masih berdiri dalam diam di belakangnya.
"Seperti yang saya lihat, terdapat luka memar pada bagian tepat di ulu hati Junghwan. Dan karena proses pemeriksaan telah selesai, secepatnya saya akan memberikan obat untuknya."
"Master... Ku mohon berhenti melakukan ini padaku. Maaf aku tak bermaksud lancang, akan tetapi aku bukanlah siapa siapa di sini, jadi tolong jangan memperlakukan aku selayaknya atasan di sini..."
Junghwan sejak tadi tak memberontak, tetapi ia sedikit was was saat sang Master ikut mengobati luka yang membiru pada bagian ulu hati Junghwan dengan cara mengompres nya dengan air hangat.
"Tutup mulutmu. Apakah kau tak merasa lelah sejak tadi karena terus menerus mengucap hal yang sama?"
Junghwan memilih bungkam. Apa apaan, mengapa jadi seperti ini? Bukan ini yang di maksud Junghwan, jika saja sang Master bukanlah sosok yang peka terhadap apapun, mungkin saja saat ini Junghwan sudah mengumpat dengan kata yang tak pantas.
"Kau mendengarkan ucapan saya, Junghwan?"
"Ah... I-iya, Master. Aku dengar, maafkan aku."
Keadaan kembali hening, hanya suara perasan air yang selalu menemani suasan di kamar milik Mafioso Park.
"Junghwan"
"Iya, Master. Ada apa?"
"Bolehkah saya... Saya... Mencintaimu."
Junghwan dengar, Junghwan mendengar jelas ucapan yang keluar dari mulut sang Master. Akan tetapi ia bingung harus menjawab apa, Junghwan juga sama hal nya dengan sosok yang saat ini ikut terdiam sembari menatap lekat ke arahnya.
"Tapi... aku tidak, maaf..."
Mungkin harapan Justin hanya anganan semata, namun entah mengapa ia semakin ingin memiliki serta melindungi Junghwan di sisinya. Namun jika Junghwan menolak, ia bisa apa? Tetapi ia berharap jika perasaannya terbalaskan oleh sosok pemuda yang merebut setengah hati nya.
"Berikan alasan padaku mengapa kau tak bisa." Saat ini Justin memilih untuk tetap terlihat tegas di hadapan Junghwan
Junghwan terdiam.
"Master..." Satu kata yang keluar dari mulut manisnya
"Aku ingin mengatakan suatu hal padamu, tapi tolong jangan memotongnya sebelum aku selesai mengatakan hal ini... Maaf."
Sang Mafioso seperti menurut akan hal tersebut.
"Master... sudah waktunya kau mencari penggantiku. Apakah kau tak pernah merasa bosan sedikitpun denganku? Aku tak perduli, tapi aku berharap agar kau segera bosan dengan tubuhku ini. Tolong... semakin lama jarak dekat kita seperti ini, itu hanya membuatku sakit karena semakin jatuh ke dalam lubuk hatimu.—
Namun aku sadar, jika aku bukanlah siapa siapa selain partner sex mu yang selalu kau gunakan kapan saja sesuai keinginanmu. Lalu, apa yang harus aku banggakan jika kau tiba tiba mengungkapkan hal ini terhadapku? Aku tak mungkin membalas perasaan ini. Jujur akupun dengan perlahan mencintaimu, Master... Namun aku bisa apa? Sudah ku bilang jika aku hanya partner sex, bahkan aku hanya budak bagimu, bukan?—
Sejak perasaan itu muncul, maaf karena aku telah lancang karena mulai memiliki perasaan lebih terhadapmu, Master. Aku... Aku tak tahu harus apa agar kau peka saat itu, namun aku selalu sadar akan posisiku saat ini..."
Junghwan tanpa sadar meluruhkan air matanya, entah suasana hatinya menjadi sensitif. Sejak ia di buang oleh keluarga nya, Junghwan bukanlah siapa siapa di sini, ia bahkan telah di lecehkan berkali kali sebelum ia sendiri bertemu dengan Mafioso Park. Bahkan sempat merasa trauma akan hal itu. Mungkin sifat polos nan lugu dari Junghwan hanya samaran semata agar Junghwan terlihat tak mengalami hal apapun. Namun siapa sangka jika Junghwan akan terluka berkali kali karena trauma yang ia miliki.
Hingga ia mengalami di gilir oleh beberapa pria suruhan saat ia di ambil oleh Yoshi, Mafioso terbesar setelah sang Master. Dan Junghwan saat itu menangis, namun ia tepis dengan batin yang berkata—
'Itu hanya hal yang biasa bagimu sendiri, Junghwan. Jadi berhenti jika dirimu selalu merasa tersakiti di sini.' Bahkan Junghwan dengan rela menganggap dirinya rusak kala itu, dan hebatnya ia memendam semua itu sendiri
Lalu saat ini sang Master dengan berani mengungkapkan perasaannya pada diri Junghwan. Junghwan hanya terkekeh miris, jika nanti ia menjadi milik sang Master seutuhnya, apa yang akan di katakan awak media? Apakah ia akan menjadi sorotan publik, apa ia akan di caci maki oleh manusia di luar sana, apa ia malah akan di benci oleh semua orang? Junghwan tak bisa membayangkannya.
"Saya tak perduli apapun alasanmu. Yang saya inginkan hanyalah kau yang menjadi milikku seutuhnya tanpa penghalan jika kau ialah partner sex ku, Junghwan."
Seolah mengerti, sang Master membawa tubuh yang lebih kecil itu masuk ke dalam pelukannya. Membiarkan Junghwan menangis sepuasnya, membiarkan Junghwan menumpahkan seluruh emosi yang selama ini terpendam.
Kemudian Junghwan mengangguk, tanpa sadar membuat sang Mafioso Park tersenyum tipis akan hal tersebut.
"Izinkan saya untuk mencintaimu secara sungguh sungguh, Liondra..." Justin
TBC
© trvarthxcyno
Udh muncul benih benih cinta aja nih si paling Master. Kira kira chap kedepannya bakal kaya gimana nih? :))
Bye, and see you all! 👋🏻
![](https://img.wattpad.com/cover/319503544-288-k419540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Apeilí Gia Sex | Woohwan
Ficción GeneralHe was too innocent for a world that was so cruel to him. They are not going to let his life in peace. Warn!: Sexual violence, dirty talk, BxB booth, m-preg, 18 to 21+ nsfw © trvarthxcyno