• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...···
Setiap sudut suara peluru itu semakin menggema.
Perkelahian antar mafia terbesar terjadi ditempat gedung kosong tak berpehuni nan luas itu. Ruangan kumuh, dinding yang dipenuhi banyak lubang dan lain sebagainya.
"Menyerahlah kau, Nevanzo." Ucap dari salah satu petinggi disana
"Tak ada kata menyerah bagi saya. Camkan itu, Kanemoto." Rupanya, ucapannya dijawab dengan lantang
Kawahan dari kedua mafioso itu beradu senjata di ruangan lain. Namun disini, hanya ada atasan dari keduanya, Nevanzo Mafioso dan Kanemoto Mafioso.
"Sampai kapan kau terus menerus melawanku? Tidakkah kau mengenang wasiat dari kedua orang tuamu guna berhenti mengganggu seluruh bagian dari keluargaku, Kanemoto." Nevanzo mengusak raut wajahnya dengan kasar
"Tapi keluargamu penyebab kematian nya! Dan kalian telah menghancurkan hidupku. Maka dari itu, saya akan takut untuk melawanmu hingga titik darah penghabisan!" Kanemoto meninggikam suaranya hingga menggema diseluruh sudut gedung kosong tersebut
"Kanemoto, kau salah paham. Justru saya yang menyelamatkan beliau dari kejadian itu. Walau pada akhirnya saya yang terjebak pada akal licikmu itu." Nevanzo tersenyum lirih
Kanemoto, kawan lama yang sudah menjalani hidup susah dan senang selama beberapa tahun, kini menghianatinya. Bahkan ia dengan rela akan membunuh dirinya saat itu juga.
Setelah beberapa tahun berlalu saat mereka berdua masih dengan kata persahabatan, kini seluruhnya sirna hanya karena kesalahpahaman Hingga Nevanzo Mafioso dijerumuskan pada akal licik dari pria asal Jepang itu.
Bercak darah terus mengalir dari dada bidang ketua Mafioso itu, Nevanzo, akibat terkena serangan peluru dari kawan lama nya. Menggantikan rasa sakit yang menjalar dengan rasa kekecewaan besar terhadap pria Jepang dihadapannya.
"Saya harap dengan seluruh kejadian ini, kau akan segera sadar bagaimana pengorbanan ku terhadap beliau." Setelah mengatakan itu, Nevanzo pergi dari sana meninggalkan Kanemoto dengan perasaan tak karuan.
Beberapa menit setelah kawahan dari keduanya telah gugur, suara sirine ambulan dan mobil polisi mendatangi TKP.
"Ayah terluka? Apakah itu sangat sakit? Ingin Justin obati?" Bocah berusia sekitar 10 tahun itu berlari khawatir mendekati sang ayah yang baru saja pulang dengan keadaan penuh dengan darah disekitar tubuhnya.
"Ayah tak apa. Kembalilah ke kamarmu, kau harus tidur, nak." Mengusap pipi bocah itu dengan senyuman yang terpatri pada bibirnya
"Tapi Justin ingin tidur bersama Ayah. Justin ingin dipeluk Ayah hingga pagi nanti. Izinkan Justin untuk tidur bersama Ayah, ya?" Ucapannya terdengar khawatir, Justin benar benar yang kebanggaan sang ayah, Nevanzo
Dibalas senyum teduh dengan anggukan dari sang Ayah. Kini mereka berdua berjalan beriringan dengan kedua tangan yang tertaut, lalu menuju kamar luas milik Nevanzo.
'Nanti jika ayah bertemu dengan Ibu mu, kau harus menggantikan Ayah, Justin. Ayah akan selalu menyayangimu, nak.' Nevanzo membatin seraya membawa sang putra menuju kamar miliknya
Sesampainya di kamar, putra dari Mafioso itu dengan sigap mencari kotak P3K yang terdapat di laci nakas. Kemudia ia duduk kembali disamping sang Ayah.
"Apakah itu sangat sakit? Pasti sakit sekali. Bahkan ayah telah berbohong pada Justin." Justin berdecak pinggang, namun dibalas kekehan dari Nevanzo
"Ayah tak merasakan sakit, lagipula ini hanya luka kecil, nak. Bahkan ayah masih kuat untuk mengangkatmu." Ucapnya namun tak dihiraukan oleh sang putra
Asal kalian tahu. Sejak Mafioso itu pulang dari sana, ia menahan rasa sakit pada bagian dadanya yang terkena sasaran peluru milik Kanemoto.
Walaupun saat ia kembali menuju mansion lalu mendapatkan seribu pertanyaan dari sang putra, Justin, rasa sakit itu tak dimungkinkan untuk hilang begitu saja.
Mungkinkah jika Nevanzo akan sembuh begitu saja jika bagian yang terkena peluru itu ialah bagian pada bilik jantungnya. Namun, sungguh hebat jika saat ini dirinya masih bisa bertahan demi melihat sang putra hingga ia benar benar pergi meninggalkan nya.
Hingga beberapa saat kamar besar milik Mafioso terasa hening, salah satu diantara mereka memulai pembicaraan.
"Justin, tolong dengarkan baik baik ucapanku." Sang putra menoleh lalu menatap manik sang ayah yang terlihat serius, namun ia tak menyadari jika kening sosok nya mengkerut seperti menahan sesuatu
"Kau harus menjadi putra satu satunya kebanggaan Ayah, nak. Kau tidak harus menjadi seperti ayah, cukup dengan jalani hidupmu seperti keinginan Justin saat ini, mengerti? Ayah tak akan selamanya di sisi mu, tapi tolong dengarkan ini baik baik. Justin dilarang untuk memendam kebencian pada seseorang." Nevanzo berucap lirih akibat rasa sakit itu semakin menjalar keseluruh tubuhnya
"Baik, Ayah. Justin akan menyimpan dengan baik ucapanmu." Justin tersenyum
Hingga dengan segera Nevanzo membawa sang putra untuk tidur, karena hari semakin larut.
Justin mendekap sang ayah, dan sebaliknya.
Dirasa Justin sudah terlelap dalam mimpi nya, Nevanzo melihat sejenak bagaimana rupa wajah damai itu yang terlihat pada putra kebanggaan dirinya.
"Good evening, my son. I'm permission to go and let my departure, son. I will always give you affection there." Mengecup tulus kening sang putra sedikit lama, lalu mengelus lembut pada bagian raut wajahnya
Nevanzo merasakan jika pasokan oksigennya semakin menghilang, paru parunya terasa amat sakit tak luput dengan detak jantung yang mulai melemah.
Setelahnya, sosok Mafioso itu benar benar tertidur di samping putra semata wayangnya.
Selamanya...
TBC
© trvarthxcyno
![](https://img.wattpad.com/cover/319503544-288-k419540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Apeilí Gia Sex | Woohwan
Genel KurguHe was too innocent for a world that was so cruel to him. They are not going to let his life in peace. Warn!: Sexual violence, dirty talk, BxB booth, m-preg, 18 to 21+ nsfw © trvarthxcyno