Εντεκα

1.1K 113 1
                                    

• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...

···

Sudah satu bulan kurang lebih dari kedua sosok insan yang kini telah memadu kasih. Mungkin jika orang lain lihat, keduanya seperti bukanlah pasangan. Karena yang satu selalu excited sedangkan satunya lagi hanya mendatarkan wajah tampan nya.

Beralih seperti saat ini. Keduanya nampak tengah duduk di ranjang kasur milik sang dominan. Dengan yang lebih tua menyenderkan tubuhnya pada kepala ranjang, lalu sang submisif menyandarkan kepalanya pada dada yang lebih tua.

"Aku suka sekali menyandarkan kepala di sini, dan sangat nyaman. Mungkin ini akan menjadi hal terfavoritku saat aku masih selalu bersamamu, Master..." Sang dominan hanya menatap manik indah itu serta tersenyum tipis

"Lalu?" Jawabnya

"Hm? Lalu, lalu apa? Oh, apa mungkin kau tak suka jika aku seperti ini? Baiklah, aku akan pindah dan duduk sepertimu."

Namun tubuhnya limbung karena tak memiliki keseimbangan lebih saat ia hendak bangkit dari sandaran ternyaman nya.

"Bukan begitu, Liondra. Lakukan, lakukan sesuka hatimu. Saya pun merasa nyaman jika kau sudah tak merasa canggung lagi seperti pertama kali kau menjadi milikku."

Ah, tidak. Pipi Junghwan bersemu, lantas ia menutupi seluruh wajahnya dengan selimut. Sedangkan sang dominan hanya menatapnya sembari terkekeh lembut. Entah, sosoknya berfikir kembali saat ia mendapatkan Junghwan dengan mudah tanpa halangan.

Beberapa menit berlalu kamar itu terasa hening, keduanya melamun satu sama lain.

"Master..."

Sang dominan menundukkan wajahnya, lalu mengangkat satu alisnya saat miliknya itu memanggil dirinya.

"Bolehkah aku meminta sesuatu?"

"Katakan sesuka hatimu."

Junghwan gugup, entah dirinya merasa tertolak setelah ini. Namun suatu hal tersebut adalah mimpinya sejak kecil, mungkin? Jika pun tak terwujud, memang sudah takdir pemuda itu yang seperti ini selamanya.

"Bolehkah aku menjadi modeling photography? Menjadi model terkenal ialah mimpiku yang selama ini ku impikan sejak kecil... Namun, jika kau tak mengizinkannya, tak apa, aku akan terima apapun konsekuensi darimu."

Justin, sang Master terdiam. Lalu ia berfikir bahwa tubuh Junghwan itu terlihat bagus akan bentuk serta lekukan tubuhnya. Jika mungkin ia mendaftarkan Junghwan guna menjadi modeling photography di luar sana, mungkin pemuda itu akan cepat terkenal nya karena proprsi tubuh itu terlihat menarik perhatian orang orang di luar sana.

Di sisi lain Justin merasa khawatir akan Junghwan, takut jika seseorang melihat lembaran atau foto pemuda itu terpampang di media sosial atau di buku majalah, bisa saja ada yang melakukan hal yang tak sepantasnya. Sayang, hal ini merupakan mimpi Junghwan sendiri, yang artinya... bocah itu sudah menuntut dirinya agar menjadi model terkenal di masa nya, walaupun saat itu merasa tak ada kemungkinan yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang.

"Baiklah, saya izinkan."

Kedua netra Junghwan melebar sembari membuka mulutnya akibat terkejut. Lantas Junghwan memeluk tubuh yang lebih tua serta tersenyum bahagia.

"Terima kasih, wolfie's. Always love you!"

Justin mengangguk, sedikit merasa terkejut akan panggilan baru dari Junghwan seraya mengusak surai itu dengan lembut serta memberi sebuah kecupan pada pucuk kepala Junghwan yang mungkin saat ini kedua pipinya memerah bak kepiting rebus.

"Ganti pakaianmu segera. Saya akan membawamu ke sebuah tempat yang mana akan saya daftarkan kamu sebagai modeling photography."

Sang submisif mengangguk tanda setuju dan semangat, lalu ia beranjak dari ranjang milik sang Master.

Apeilí Gia Sex | WoohwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang