Bagian 8: LDR

820 75 0
                                    

Sudah dua hari lebih Mars tidak menjumpai Kahi, karena pria tersebut sedang dinas ke luar kota. Selama itu pula, mereka tetap menjalin komunikasi secara online. Baik itu melalui panggilan suara maupun sebatas pesan.

Hanya saja, Mars mengatakan jika dia lebih suka berbicara dengan Kahi melalui aplikasi MarsMellow.

Meskipun pada awalnya Kahi merasa aneh, tapi karena gadis itu sudah jatuh hati dengan Mars, maka seaneh apapun perbuatan yang dilakukan oleh Mars, Kahi akan memberikan toleransi yang tinggi.

"Jadi bagaimana? Kamu menerima tawaran wawancara itu?"

Seperti sekarang ini, mereka berdua sedang mendiskusikan perihal tawaran kerja di salah satu perusahaan yang Kahi lamar.

Itu sebuah bisnis penyedia jasa tenaga kerja yang cukup besar dan perkembangannya sangat signifikan akhir-akhir ini.

Kahi melamar sebagai staf akuntansi dan keuangan, dan telah melalui proses wawancara secara online.

Setelah mengalahkan kandidat lainnya, Kahi masih harus melakukan wawancara offline sebagai tahap akhir seleksi.

"Menurutmu bagaimana, Mars? Apa harus kuterima?"

"Aku sudah mencari tahu tentang perusahaan itu, Kahi. Tapi setahuku, itu sangat sulit untuk dimasuki orang luar."

"Orang luar? Tapi aku kan asli Indonesia."

Tawa renyah terdengar menguar di ujung sana. Kahi tidak tahu apa yang salah dari ucapannya hingga berhasil membuat Mars terbahak seperti itu, tapi yang jelas, pasti memang ada yang salah.

"Kahi ... Kamu manis sekali."

"Apa itu pujian?" Tanya Kahi curiga.

Pasalnya setelah tertawa terpingkal-pingkal, Mars memutar kemudi dengan memujinya seperti itu. Tentu saja Kahi jadi curiga.

"Kalau aku yang bicara, iya itu pujian. Tapi kalau sampai ada orang lain yang berkata seperti itu setelah mendengar ucapanmu, maka kamu bisa mengartikannya sebagai hinaan."

Kahi menghentikan aktivitasnya untuk sejenak. Dia melepaskan keyboard laptop agar bisa mendengarkan ucapan Mars dengan lebih seksama.

"Kenapa begitu?"

"Kahi, maksudku orang luar itu seseorang yang tidak memiliki koneksi dengan orang dalam di perusahaan itu. Bukan orang luar seperti orang dari negara lain."

Malu sekali.

Kahi jelas merasa malu hingga menenggelamkan wajahnya sendiri di dalam kedua telapak tangannya. Itu membuat Mars jadi begitu terhibur.

"Kahi, apa kamu sadar, kalau terkadang kamu itu bisa sangat lambat dalam merespon sesuatu?"

"Haha ... Hentikan, Mars. Aku malu sekali."

"Baiklah, ayo kita kembali ke topik utama. Kesempatanmu untuk diterima di sana itu hanya 0,001 persen saja. Alasan mereka mengundangmu untuk melakukan wawancara, aku yakin itu karena mereka sedang membutuhkan pencitraan. Agar masyarakat percaya jika seleksi mereka dilakukan dengan jujur dan transparan. Setelah mendengar ini, jika kamu masih ingin ke sana, aku tetap akan mendukungmu."

Menyedihkan. Kahi merasa dunia ini sungguh berjalan dengan tidak adil.

Hanya karena dia tidak memiliki koneksi, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan pun menjadi sulit.

"Tapi aku ingin bekerja."

"Jika kamu ingin mencari pekerjaan yang tidak memerlukan bantuan koneksi, cari saja perusahaan global yang perkembangannya stabil setiap tahun, dan cenderung maju. Perusahaan asing yang memiliki standar tinggi, kebanyakan tidak mengijinkan praktik orang dalam, karena itu akan mempengaruhi kinerja mereka. Beberapa perusahaan lokal juga ada, tapi itu jarang."

Hello!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang