Keheningan yang mencekik akibat kedatangan Aca yang tidak diduga, membuat Kahi merasa jika ini tidak akan berakhir baik. Aca memang telah mengkhianatinya, tapi Kahi merasa hukuman yang diterima perempuan itu sudahlah cukup.
Lagipula, kesalahan itu bukan milik Aca seorang, tapi juga ada andil Marcell di dalamnya. Sehingga jika Aca menderita lebih daripada Marcell, Kahi yakin hati nuraninya akan memberontak.
"Dia hanya kenalanku, Mars. Bukan siapa-siapa."
"Benarkah?"
Bersikap tenang. Aku harus bersikap tenang.
Setelah merapalkan mantera di dalam hatinya, sambil tersenyum canggung Kahi pun menjawab dengan tenang, "iya. Kamu tanya saja dia."
Insting alami Aca mendorongnya untuk mengangguk patuh. Dia tidak tahu siapa Mars, tapi Aca yakin jika pria di hadapannya terlihat sangat berbahaya.
"Ya. K-kita hanya kenalan saja. Kalau begitu aku pamit dulu, ya. Kupikir tadi Kahi sedang sendirian. Haha."
Tidak diduga, respon yang Mars berikan sangat berkebalikan dengan dugaan Kahi. Pria itu tersenyum hangat dan mempersilahkan Aca untuk pergi begitu saja. Itu membuat Kahi bertanya-tanya, 'apakah Mars memang semudah ini ditipu?'
Namun pertanyaan itu segera terbantahkan, karena nyatanya, senyum hangat Mars segera lenyap bersamaan dengan hilangnya Aca.
"Aku tidak tahu kalau kamu bisa berbohong demi orang yang sudah melukaimu, Kahi."
"Apa?"
"Tidak perlu pura-pura di depanku. Kamu tidak lupa kan, kalau aku yang membuat video perempuan tadi menjadi tersebar luas."
Kahi diam saja. Mendapati respon janggal wanita di hadapannya, itu membuat Mars merasa ada yang tidak beres.
"Apa ini? Kamu benar-benar lupa?"
"Oh ... Bukan lupa. Aku hanya ..."
"Hanya?"
"Apa ya namanya? Itu seperti, terkadang aku bisa melupakan hal penting seperti barusan. Tapi tidak benar-benar lupa, Mars. Maksudku, aku hanya ... Tidak sadar saja."
Ekspresi Kahi yang semakin gelap membuat Mars menjadi ikut mengernyit. Karena ini aneh sekali jika sampai Kahi melupakan fakta bahwa Mars adalah orang yang sudah menyebarkan video asusila Aca.
"Apa ada yang salah dengan memorimu?"
"Sepertinya. Mungkin ini efek dari obat penenang yang kuminum. Aku jadi sering melupakan banyak hal."
"Kamu masih meminum obat penenang? Apa kamu masih sering ketakutan, Kahi?"
Tidak perlu kata apalagi kalimat. Karena cukup hanya dengan memberikan senyuman pahit, Mars bisa mendapatkan semua jawabannya.
"Seharusnya aku membunuh si keparat itu!" Desis Mars akibat murka terhadap Marcell.
"Tidak apa-apa, Mars. Aku sudah cukup puas dengan hukuman yang dia terima."
"Tapi tidak denganku."
Menyenangkan sekali. Kahi merasakan kehangatan memeluk tubuhnya. Ini benar-benar sesuatu yang baru bagi Kahi. Di dunia ini, rupanya ada orang yang marah untuknya. Kahi pikir, selamanya dia tidak akan memiliki orang seperti itu. Namun kehadiran Mars membantah semua keraguannya.
Melihat Mars jauh lebih murka dibandingkan dirinya sendiri, tanpa sadar tawa kecil pun lepas dari bibirnya. Dan itu berhasil menangkap atensi Mars seluruhnya.
"Apa ada yang lucu, Kahi?"
"Tidak, tidak ada. Oh ya, aku sampai lupa. Tujuanku mengajakmu bertemu hari ini, karena aku ingin minta tolong."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello!
Tajemnica / ThrillerBerawal dari perasaan frustasi Kahi di kantornya, perempuan itu memutuskan untuk menginstall aplikasi chatting berbasis AI. Melalui aplikasi tersebut, Kahi meluapkan emosi yang tidak bisa ia tunjukkan kepada siapa pun. Tapi semakin lama, aplikasi i...