Setelah mematikan nada dering ponsel dan mengubah benda itu ke mode senyap, Kahi berjalan kembali menuju pria yang baru saja menjadi korban kekesalannya.
Sambil menunjukkan raut wajah menyesal, Kahi menundukkan kepala dan mengatakan, "maaf." Dengan begitu tulus, hingga membuat pria tadi tidak tega jika harus marah lebih panjang lagi.
"Ya sudah, ya sudah, aku maafkan. Tapi lain kali hati-hati ya. Bisa bahaya kan kalau yang kena tadi ternyata pembunuh berantai yang sedang bad mood."
"Hah?"
Kahi nampak kebingungan dengan ucapan pria asing tersebut. Dia terlihat sangat serius saat mengatakannya.
"Bercanda, Mbak. Saya cuma bercanda."
"Oh, haha ... Maaf, saya jarang bercanda dengan orang lain."
Sepertinya bukan itu letak permasalahannya. Sebab materi yang dijadikan candaan oleh pria tersebut memang cukup berat.
"Mmm ... Kalau begitu saya pergi dulu ya. Sekali lagi saya minta maaf." Ujar Kahi sekali lagi sebelum beranjak pergi.
Namun baru beberapa langkah berjalan menjauh, pria asing tadi kembali berbicara hingga membuat Kahi mau tak mau harus berhenti untuk mendengarkan.
"Kesal kenapa, Mbak? Ditolak kerja?"
Bagaimana dia bisa tahu? Pikir Kahi curiga. Namun pria asing yang dicurigai itu justru bersikap sangat santai.
Sambil menguap lebar-lebar, pria itu menyandarkan kepalanya ke bahu kursi selayaknya orang pemalas.
"Mbaknya baru ke luar dari gedung itu, pakai pakaian hitam putih, sambil bawa map coklat. Saya simpulkan Mbaknya habis melamar pekerjaan. Tapi karena Mbaknya mengomel dan menggerutu, saya menduga Mbaknya gagal, ya?"
"Oh ..."
Kahi jadi merasa bersalah karena telah berburuk sangka terhadap orang yang rupanya hanya melakukan deduksi, dan kebetulan deduksinya itu tepat sekali.
"Hmm, iya. Saya lolos tes tapi gagal di tahap wawancara."
"Mbaknya dapat info lowongan kerja di sana dari siapa?"
"Dari iklan di sosial media."
"Oh, pantas saja."
Dari dugaan Kahi, dia berpikir jika pria asing itu juga tahu perihal koneksi untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan itu. Karena dari cara bicaranya, pria asing tersebut nampak paham sekali.
"Mbaknya melamar di bagian apa?"
"Staf akuntansi dan keuangan."
Pria asing tersebut nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya bergeser dan mempersilahkan Kahi untuk duduk di sebelahnya.
"Silahkan duduk dulu, Mbak."
"Ah tidak, tidak. Saya sudah mau pulang, kok."
"Saya ada lowongan di perusahaan lain yang cukup bonafit barangkali Mbaknya mau."
"Maaf?"
"Duduk dulu makanya."
Melihat ada kesempatan di depan mata, Kahi lantas mengambil tempat duduk di samping pria itu.
Gadis itu mengambil jarak cukup jauh, namun dari jarak seperti itu pun, Kahi bisa menyadari bagaimana rupawannya orang asing itu.
Berbeda dengan Mars yang memiliki penampilan tegas, pria di sampingnya itu terlihat seperti bunga lili yang lembut. Auranya nampak hangat.
"Luminus."
Apanya? Kahi bertanya di dalam hati saat mendengar pria asing itu mengatakan 'Luminus'.
Kahi mengira dia mengatakan 'Luminous' yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki arti bercahaya. Padahal sebenarnya, pria tersebut sedang memperkenalkan diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/343452173-288-k2969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello!
Misterio / SuspensoBerawal dari perasaan frustasi Kahi di kantornya, perempuan itu memutuskan untuk menginstall aplikasi chatting berbasis AI. Melalui aplikasi tersebut, Kahi meluapkan emosi yang tidak bisa ia tunjukkan kepada siapa pun. Tapi semakin lama, aplikasi i...