Tangisan keluarga Wirama pecah begitu dokter menyatakan bahwa pria itu berada dalam masa kritis. Kondisi Wirama sangat buruk, karena tulang rusuknya yang patah, menusuk beberapa organ dalam pria tersebut.
Wirama terhimpit oleh badan mobilnya sendiri, setelah sebuah truk menubruk mobil tersebut dengan kecepatan tinggi.
Layla yang sedang hamil, sempat pingsan dan harus menerima bantuan pernafasan melalui tabung oksigen. Sedangkan Bu Nanik, wanita tua itu mencoba tegar, karena tidak memiliki sandaran lagi.
Satu-satunya putra yang ia miliki, kini sedang berada dalam jurang kematian, sedangkan Ibu Nanik sendiri adalah seorang ibu tunggal. Maka di mana lagi ia harus mengadu jika bukan pada orang-orang terdekatnya?
Kahi baru sampai setelah dua puluh menit perjalanan dari tempat tinggal Mars. Ini sudah jam satu dini hari, jadi kondisi rumah sakit tidak terlalu ramai.
Begitu sampai di rumah sakit, Kahi langsung menuju Unit Gawat Darurat, tapi perawat memberikan informasi jika Wirama sedang berada di ruang operasi.
Dalam situasi genting seperti ini pun, Kahi terlihat masih bisa bertindak rasional sekali pun wajahnya terlihat sangat panik.
Itu membuat Mars menjadi kagum. Mars bahkan tidak melakukan apapun dan hanya bergerak mengikuti Kahi, karena Kahi bisa melakukan segalanya, termasuk bertanya pada petugas mengenai lokasi Wirama dioperasi.
"Bu Nanik!" Kahi berlari menghampiri Ibu Nanik, yang rupanya sedang bersama dengan dua orang petugas kepolisian.
"Kahi ..."
Tangisan Bu Nanik yang teredam beberapa saat, pecah begitu saja begitu dia melihat Kahi sampai di depan matanya.
Perempuan tua itu menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Kahi sambil terus meraung-raungkan nama anaknya.
"Kahiii ... Kenapa ini terjadi pada anakku? Memangnya apa salah anakku?"
Ibu Nanik berteriak, menangis, dan mengadu dengan begitu putus asa. Dia memukul-mukul bahu Kahi karena tidak tahu lagi harus melakukan apa.
"Padahal dia hanya ingin mencarimu, tapi kenapa dia jadi seperti ini??!"
"Mencariku?" Tanya Kahi tak mengerti.
Belum sempat Ibu Nanik menjawab, rasa sakit dan frustasi yang berlebihan sudah lebih dulu menderanya. Wanita malang itu pingsan dan segera dibawa ke dalam ruang rawat untuk mendapatkan penanganan.
Setelah beberapa saat menunggu, Kahi memutuskan untuk keluar agar bisa mendapatkan informasi dari pihak kepolisian.
Mars sendiri masih menunggu di luar bersama dengan dua petugas tadi.
"Apa Anda saudari Kahi?" Tanya petugas bernama Setno.
"Iya, saya Kahi. Apa saya boleh tahu kenapa Kak Wirama bisa mengalami kecelakaan?"
"Sesuai keterangan Ibu Nanik, Saudara Wirama pergi keluar rumah menggunakan mobilnya pada pukul sembilan malam. Ibu Nanik bilang, saudara Wirama pergi untuk mencari Anda yang kabarnya belum pulang sejak pagi."
"Apa?" Tanya Kahi tak percaya.
Gadis itu tidak menyangka jika kecelakaan ini disebabkan oleh dirinya yang menghilang secara tiba-tiba.
Mars yang melihat bagaimana wajah Kahi memucat, langsung bergerak otomatis untuk memegangi pundaknya. Pria itu khawatir bahwa Kahi akan jatuh pingsan sama seperti Ibu Nanik.
"Bisa saudari ceritakan, dimana saudari Kahi pada kisaran pukul sembilan malam sampai tengah malam tadi?"
Kahi terlihat tidak mampu bicara. Pikirannya penuh dengan dorongan untuk menyalahkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello!
Mystery / ThrillerBerawal dari perasaan frustasi Kahi di kantornya, perempuan itu memutuskan untuk menginstall aplikasi chatting berbasis AI. Melalui aplikasi tersebut, Kahi meluapkan emosi yang tidak bisa ia tunjukkan kepada siapa pun. Tapi semakin lama, aplikasi i...