"Hello, Thommy."

226 23 3
                                    

It's real me.
It's me, Thomas!
I'm Enver!

-Enver

......

Tidur seorang gadis terusik tak kala sinar matahari sore menggangu tidurnya. Perlahan gadis itu membuka mata, mendapati orang yang sangat dia rindukan tidur di pinggir kasurnya.

Gadis itu memegang pelan rambut orang itu, dia tersenyum karena tak menyangka akan bertemu lagi dengan lelaki yang pernah menemaninya dulu.

Sudah tiga tahun mereka tidak bertemu, tentu saja itu adalah waktu yang tidak singkat bagi beberapa orang.

Seharusnya saat gadis itu berada di dalam maze, dirinya lebih sering meluangkan waktunya untuk pergi bersama dengan Thomas.

Rasa kerinduan nya ini, tidak bisa dibendung lagi.

"Thommy?" Lirih gadis itu pelan. Enver meneteskan air matanya tanpa sadar, membuat Thomas terbangun karena air matanya menetes ke tangan Thomas.

"OMG Enver." Thomas tiba tiba saja terbangun dan langsung memeluk tubuh Enver erat, dan pelukan itu langsung dibalas oleh Enver. Mereka berdua berpelukan sangat lama, melepaskan kerinduan nya masing masing.

Biarkan mereka begini dahulu untuk sejenak. Enver sangat menyesal, dulu dia hampir tidak pernah memeluk pemuda ini. Untung saja, sekarang dia bisa melakukannya. Walaupun setelah tiga tahun lamanya.

"How you still get alive." Kini, air mata Thomas pecah ke dalam pelukan Enver. Entahlah, sepertinya hanya Enver yang benar benar bisa membuat Thomas memperlihatkan sisi sedihnya itu. Karena Thomas tidak pernah menangis saat bersama orang lain. Selalu berusaha kuat dan tegar di hadapan semua orang. Namun nyatanya, Thomas merasa sedih dan kesepian.

Air matanya menetes. Ini mungkin karena kerinduan nya terhadap Enver, atau mungkin rasa takjubnya akan kemunculan Enver yang sudah lama tidak dia lihat.

Selama tiga tahun. Iya, selama tiga tahun, Thomas meanggap gadis itu benar benar mati.

Bahkan dirinya sangat mengingat kematian gadis itu. Saat Enver yang terinfeksi mendorong nya masuk, gadis itu malah menutup pintu itu. Membiarkan tubuhnya menjadi tameng agar grivers yang berada di belakang tidak mengejar thomas.

"I really Miss you so much." Enver hampir saja menangis, tubuhnya serasa lemas saat pemuda itu memeluknya.

"I Miss you too, Enver. It's been a long time."

"Aku harap aku mengetahui kalau kau masih hidup dari dulu, Enver."

Sungguh, jika Thomas tahu kalau Enver masih hidup dari dulu, seharusnya dia segera mencari keberadaan Enver. Tetapi sayang seribu sayang, Thomas bahkan tidak tahu kalau Enver masih hidup.

"I'm sorry, Thomas."

Maaf? Entahlah. Rasanya saat ini, Enver sangat ingin meminta maaf kepada Thomas.

"Aku ingin bercerita banyak sekali kepadamu. Sangat banyak."

"Kau bisa menceritakan nya, Thomas. Now, Where are we?" Thomas melonggarkan pelukannya. Menatap Enver lekat lekat. Menatap bola mata yang indah itu setelah sekian lama.

"we are in a safe place."

"Lebih tepatnya berada dimana?"

"Mau aku ajak berkeliling grenie?" Goda Thomas.

"Can i?" Thomas meangguk.

Enver berdiri dari kasurnya, perlahan kakinya menapak ke pasir yang dipijaki nya. Ini seperti pasir pantai yang hangat.

TMR - The girl who surviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang