She kept pushing herself too deep, drowning in the silence of the sea,
her chest tight for so long that make she forgot how to breathe properly.-???
.......
Akhirnya apa yang di khawatir kan Enver menjadi nyata, dirinya kini harus bersiap untuk ikut mengambil peta keberadaan WEST, di tempat yang mungkin tak ingin Enver pijaki. Iya, the scientist.
Mereka akan ke sana sekarang, di tengah terik matahari yang menyeruak, mereka menaiki pesawat hitam yang dulunya berhasil mereka curi saat dulu sedang berusaha untuk menyelamatkan Minho.
Disini lah Enver, bersama Minho, Thomas, Brenda dan juga Jorge. Mereka tengah berada di dalam misi untuk menemukan peta yang mereka cari.
"Kau bisa menerbangkan pesawat Brenda? Aku tak menyangka itu." Enver memberikan jempol nya kepada Brenda, seolah mengatakan bahwa itu adalah hal yang keren.
"Yeah, menjadi pilot juga termasuk hal yang sulit." Canda Brenda. Kenyataan nya, Brenda dulu sangat sulit untuk mengendalikan pesawat ini. Terlalu banyak sekali tombol tombol yang tidak Brenda pahami. Tetapi untung saja ada si pak tua Jorge, dia ahli dalam menyetir.
Tentu saja, Brenda belajar dari seorang ahlinya langsung.
"Jika kau ingin belajar cara mengendalikan pesawat aku bisa mengajarimu." Brenda terlihat percaya diri.
"Hmmm.... That's sound great." Enver tersenyum.
"Wait, sejak kapan kalian berdua sedekat ini? Apakah aku melewatkan sesuatu?" Minho bingung.
Yah, Minho tidak salah juga. Semenjak kejadian di pantai itu. Enver dan Brenda seolah memiliki rahasia tersendiri. Mungkin rahasia para wanita? Entahlah, tetapi setelah cerita mengenai adiknya, hubungan mereka berdua menjadi sangat dekat.
"Benar juga. Seingatku, kau bukanlah orang yang gampang berteman dengan seseorang." Lirik Jorge kepada Brenda. Perempuan itu hanya menaikkan pundaknya, seolah itu adalah hal yang rahasia.
"Kau perlu tahu, kau juga pandai memasak. Aku akui itu." Brenda sesekali menengok ke arah Enver.
"Thanks, aku hanya membuat makanan melalui insting."
"Yeah, just like flying. We do it on instinct." Enver terkekeh mendengar jawaban Brenda.
"Jadi, kemana kita selanjutnya?" Tanya Jorge, disamping Minho.
"Kita hanya perlu terus ke barat." Enver menunjuk ke hutan yang masih jauh tempat nya.
"Okay, kapten." Enver tersenyum, lalu dirinya pergi ke belakang, dia duduk menyendiri, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Pasalnya Enver berusaha untuk tegar sedari tadi.
Tak bisa di bohongi, Enver sangat ketakutan saat ini, kaki nya bergetar, kepalanya terasa pusing, kecemasan terus saja menakuti dirinya. Bagaimana jika pasukan WEST masih berada disana? Bagimana jika WEST akan memburunya lagi?
Enver menutup telinganya yang berdengung, keringat dingin terus mengucur deras dari pelipisnya, Enver menelan Saliva, dia sangat ketakutan untuk menginjakkan kakinya di tempat itu lagi. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ketakutan mengerubungi tubuhnya. Kecemasan akan mata dari WEST yang mengawasi tempat the scienctist, membuat Enver sedikit cemas. Apa yang terjadi jika WEST akan mencoba menghanguskan tempat ini lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
TMR - The girl who survive
Science Fiction[HIATUS UNTUK WAKTU YANG LAMA] Sudah beberapa tahun, semenjak kejadian terakhir kali di maze. Thomas dan yang lainnya berusaha untuk berjuang bertahan hidup. Thomas dan lainnya yang tersisa bergabung dalam sebuah perkumpulan yang biasa di sebut The...