MWR - 46

2.4K 128 23
                                    

Akhirnya Ratu bisa melihat dan merasakan lagi suasana pagi sekolah sebelum masa sekolahnya berakhir. Tetapi ada perasaan berbeda ketika menginjak kaki di sekolah setelah 2 minggu libur untuk merehatkan tubuhnya. 

Tidak ada lagi suara membahana kedua temennya yang namanya kini sudah bersemayam di batu nisan.

Aurora dan Rere meninggalkan Ratu sendiri di sekolah yang suasananya tidak lagi sama. Suasannya berubah menjadi menyeramkan saat pasang banyak mata menatapnya tajam dan lekat memancarkan rasa jijik dan penuh kebencian yang sulit dibendung. 

Ratu hanya bisa menunduk menyesal saat berjalan melewati kelas lain. 

Kenapa tidak keluar? Kenapa tidak sekolah ditempat lain aja? Kenapa tiduk ikut dengan kedua temannya? Itu yang Ratu bisa dengar dari beberapa siswi yang secara langsung menyebarkan kebencian kepadanya. 

Setelah sampai di kelas cewek itu pun duduk dan merebahkan tubuhnya di meja yang akan menjadi temannya untuk beberapa hari selama berlangsungnya ujian. 

"Lo masih sekolah setelah apa yang lo dan temen-temen lo lakuin ke Aura?" 

"Lo gila masih berani ngijek kelas yang jelek karena aib lo dan temen-temen lo?"

"Lo waras, Ra?" 

Ratu mengangguk, "Gw masih waras kok. Kenapa ya?" Cewek itu tersinggung dengan kalimat yang hampir serupa dengan kondisinya pikirannya beberapa hari ini. 

Bahkan di setiap ingin tidur, Ratu selalu menanyakan diri sendiri apa dirinya masih waras? apa dirinya perlu ke Psikiater?

"Karena lo gak tau malu masih sekolah bahkan ada di kelas ini setelah apa yang lo dan temen-temen lo lakuin. Minimal ngaca bego!" Kepala Ratu sedikit bergerak ke belakang sesaat mendapat toyoran dari teman kelasnya. 

"Pembully kaya lo gak pantas hidup anjing! Cuma bisa bikin anak orang trauma!" Suara keras penuh amarah dan kebencian itu membahana di kelas bahkan hingga keluar kelas. Menarik atensi banyak murid termasuk seseorang lelaki.

HUH! HUH! HUH! 

Sontak Ratu bangkit ketika mendapati ada seseorang di belakang yang mengguyur rambutnya menggunakan jus tomat campur telur. Bayangkan selengket apa rambut Ratu.

"Every bullying deserve to die!"

Semua orang yang berada di sana menggemakan kalimat yang berhasil membuat Ratu menutup telinga. 

"Berhenti!"

"BUKAN GW YANG BULLY DIA! TEMEN GW! BUKAN GW! AURORA DAN RERE YANG BULLY DIA!" Teriak Ratu yang sudah tidak kuat mendengar cacian dari murid lain. 

"Memang bukan lo! Tapi akar permasalahan dari lo Ratu Asyira!" 

Brak!

"Lo diem anjing!" Ucap Ratu ke orang yang terus menyudutkan dirinya di depan banyak murid. 

Suara tepuk tangan menggema di kelas itu. 

"Berani lo?! Gak takut di drop out?!" Lagi, suara tawa hadir di kelas yang terasa engap buat Ratu.

Ratu maju. Mendekati cewek yang sedari tadi menyudutkan lewat kalimat mencemoh.

"Lo siapa? Pemilik sekolahan ini?" Mendorong bahu pemilik bedak tebal itu.

Wajah Ratu congak. Seperti perempuan di depannya.

"Bukan. At least lo tau diri anjing. Udah dikasih kesempatan masuk sekolah, jangan buat masalah dengan ngelawan gw, tolol."

Bibir Ratu tersenyum tipis, "Gw gak takut. Kalo sekolah ini mau drop out gw, go ahead. Gw gak keberatan." Tekan Ratu. Menatap tajam dan menusuk perempuan di depannya.

Kemudian berbalik ke kursinya. Mengambil kasar tas ransel sebelum keluar melewati gerubungan manusia di sekitaran kelas.

Belum ada satu jam Ratu di sekolah. Cewek itu terpaksa pulang atau lebih tepatnya memboloskan diri di hari pertama ujian.

Mungkin hari ini, hari terakhirnya Ratu menyambangi sekolahnya.

Mengakhiri perpisahan masa sekolahnya dengan cara tidak menyenangkan.

Dan Ratu, sudah bersiap diri jika besok mendapat amplop putih dari sekolah.

...

maaf banget ya kalo up nya lama. aku minta maaf ke kalian yang setia sama cerita ini. I'm so sorry guys!!

makasih yg udah nunggu plus setia sama cerita ini!!!
tolong berikan vote dan komen kalian!!

aku bakal balik lagi!!

MARRIED WITH RATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang