MWR - 41

2.9K 121 4
                                    

Mati lebih cepat

...

"Ra, Ratu."

Ratu berjalan secepat mungkin menghindari Rere yang ingin menemuinya untuk membicarakan tentang semuanya yang sudah terjadi.

"Ra! Gw mau ngomong!"

Akhirnya langkah Ratu terpaksa berhenti di atas trotoar.

Tubuh Ratu tidak berbalik, melainkan Rere yang menghampiri Ratu sampai tepat di depan cewek itu.

"Mau ngomong apa?"

"Gw minta maaf. Please balik kayak dulu lagi." Mohon Rere di depan sang sahabat, atau mungkin mantan sahabat.

Sepasang mata itu beralih ke arah lain, sebelum menatap dingin Rere.

Ratu terkekeh sinis, "Nggak bisa."

Rere sontak menahan Ratu yang ingin melanjutkan langkahnya.

"Ra, please gw minta maaf. Setidaknya jangan kayak gini." Tuturnya dengan bibir bergetar menahan tangis.

Cewek itu menggeleng, melepas kasar genggaman tangan Rere.

"Sorry gw gak bisa."

Rere menggeleng dan tanpa sadar menjatuhkan air mata yang sedari tadi berada di pelupuk matanya.

"Gw mohon.. Ra. Gw bakal lakuin apapun demi persahabatan kita.."

Ratu mendongak, menatap dedaunan yang melindunginya dari cahaya matahari.

Bibir itu tersenyum getir sangat getir melihat sang sahabat yang memohon seperti itu.

Tidak. Ini bukan Ratu yang inginkan.

Rahang itu sedikit mengeras, memejamkan mata menikmati angin yang sepertinya berubah menyakiti tubuhnya.

"Gw dan Rora mohon.. ayo kita—"

"Tolong. Tolong untuk kali ini pergi dan hindari gw, Re."

Mata mereka saling bertatap, "Gw mohon. Gw mohon, Re."

Setelah itu Ratu berjalan duluan, meninggalkan Rere yang termenung dengan permintaan sang sahabat yang terus memutar di otaknya.

Rere menggeleng, menggigit bibirnya menatap nanar punggung Ratu yang pemiliknya menyebrangi jalan.

Perlahan langkah Ratu memelan di tengah jalan. Kemudian kembali melangkah tanpa melihat kanan-kiri.

Sang sahabat yang sedari tadi mengamati kedua sahabatnya, menggeleng dan langsung berlari ke perempuan yang sepertinya sudah tak memiliki tenaga untuk melanjutkan langkahnya.

"RATU AWAS!"

Bruk!

Brak!

"AURORA!" Teriak Rere menggema di jalan yang mendadak sepi dari suara kendaraan.

Nging!

Mendadak telinga Ratu berdengung mendengar hantaman mobil dan tubuh seseorang.

Cewek itu merunduk menutup telinganya sebelum menatap korban yang menjadi insiden kecelakaan mobil.

"Ra! Ra! Please jangan tinggalin gw. Please. Rora!"

Aurora tersenyum tipis menatap sosok yang tak jauh dari Rere tengah berdiri menatapnya entah apa.

"Gw.."

Rere menggeleng menangis di depan sang sahabat yang memuntahkan darah.

"Sayang.. kalian.."

Saat itu juga tubuh Ratu luluh ke aspal melihat Aurora, sang sahabat memejamkan matanya.

Bukan.

Bukan ini yang Ratu inginkan.

Tangisan dan teriakan amarah dan takut Rere sangat amat terdengar di telinga semua orang yang melihat kejadian itu.

"RORA BANGUN! BANGUN ANJING! GW GAK MAU SENDIRIAN DI DUNIA INI! AURORA!"

"BANGUN BANGSAT! LO TINGGALIN GW!"

"Lo tinggalin gw.. Lo tinggalin gw sama seperti dia Ra.. "

....

sorry klo lama baliknya, soalnya buat part di cerita ini agak nguras tenaga :)

aku harap kalian suka ya

MARRIED WITH RATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang