Prolog

2.2K 40 0
                                    

Jemari panjang panasnya menyusuri paha dalamku secara perlahan.

Sentuhan lembut dari jemari kasar laki-laki berkulit seputih porselen ini membuatku harus mengigit bibir, menahan erangan.

Napas yang menderu menggelitik telingaku. "Jangan ditahan, Fia ... aku ingin mendengar erangan cantik dari bibir mungilmu." Suara berat yang serak akibat gairah ini semakin menimbulkan sensasi aneh di bawah perutku.

Bibir panasnya mulai mengulum lembut bibirku, membuatku semakin terbuai, hilang kendali.

Saat jari-jari nakal itu mulai naik membelai area celana dalamku yang basah, aku mulai tidak bisa menahan erangan, ketika ia mulai menekan-nekan area sensitif yang masih berbalut kain tipis ini.

"Sebentar... jika kamu menyentuh bagian itu ... aku ...."

Pikiranku mulai kacau. Beberapa kata yang ingin kuucapkan, langsung terganti oleh desahan, dan erangan panas.

"Aku tahu kamu menyukainya, Fia. Aku pun begitu."

Tidak. Kita tidak boleh berakhir seperti ini.

Berbagai macam pemikiran moralitas, nampaknya langsung lebur dalam gairah yang membara.

Aku ingin segera menghentikan sosok di atasku ini yang mulai semakin liar, tapi pria itu malah menekan titik puncak gairahku. Membuatku sulit mengendalikan rasionalitas, dan berakhir larut dalam gairah.

Malam biasa kulalui seorang diri, kini terasa membara berkat laki-laki yang berada di atas ranjangku.

***

COOKIES & HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang