Bab 11 - Perjalanan Mobil yang Menegangkan

1.1K 22 0
                                    

"Kamu mau masuk mobil sendiri sekarang atau ..."

"Aku masuk sendiri," putusku sebelum Julian menyelesaikan ucapannya, kakiku langsung melangkah keluar rumah sekaligus cafe.

Menentang Julian pada saat seperti ini seperti bunuh diri. Aku tidak mau membayangkan skenario apa yang terjadi, bila aku bersikap keras kepala untuk tinggal di rumah, atau berdebat dengannya mengenai keputusan impusifku menghabiskan malam dengan pria yang baru dikenal.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Julian, hanya ada kesunyian yang menyelimuti. Tanganku bahkan tidak berani menekan tombol player untuk sekedar menyalakan musik atau radio.

Lebih tepatnya, jika Julian sedang dalam posisi benar-benar marah, lebih baik mendiamkannya dalam kesunyian. Karena suara apa pun mungkin bisa membuat perasaannya semakin sensitif.

Seperti ini contohnya, saat ada pengendara roda dua yang sembarangan menyalip mobil Julian. Pria itu langsung menekan klakson secara emosi.

Dengan perasaan takut setengah mati berusaha menenangkan Julian. "Sabar ...." Kuusap lembut lengannya.

Wajah Julian sudah tidak setegang tadi, walau sorot matanya masih jauh dari kata bersahabat.

"Iya ... iya ... sabar ya ... yang penting kan gak kesenggol. Kita juga baik-baik saja," ucapku selembut mungkin.

Dasar pengendara motor sialan! Sudah tahu supirnya lagi emosi, ini malah dibikin makin emosi! Awas saja kalau ternyata dia pelanggan cafeku, tidak akan kuberikan minuman apa pun untuk manusia menyebalkan seperti itu! Omelku dalam hati.

Masalahnya nyawaku di sini benar-benar dipertaruhkan.

Kurasa aku telah menangis kencang jauh dalam lubuk hati.

Kenapa juga ... Julian datang di saat seperti ini?

Ah, aku juga yang tolol. Sudah tahu Julian dan Kaiden itu posesif, juga sangat selektif dalam hal berkaitan dengan pria di sekitarku. Bisa-bisanya aku mengabaikan pesan mereka. Aku bahkan tidak tahu di mana ponselku.

Ah, benar. Ponselku!

Kepalaku menoleh dengan cepat ke arah Julian. "Juli. Ponselku."

"Memang kamu masih butuh?"

"Ah ... Juli ... banyak nomor penting di sana ...." rengekku.

"Jika nomor pria itu termasuk, lebih baik biarkan saja ponselmu hilang. Akan kubelikan yang lebih bagus."

"A, aa~ Juliaaan ...."

Bukannya memutar balik, Julian malah memberikan tatapan sinis padaku.

Jika seperti ini, sudah tidak ada harapan. Aku langsung menyandarkan tubuhku ke kursi dan memunggunginya. "Padahal 3 hari lagi ada reservasi cafe untuk komunitas membaca," gumamku yang pasti dapat ia dengar.

"Pokoknya kamu yang tanggung jawab! Aku gak mau tahu!" omelku yang hanya diiyakan oleh Julian.

Sial. Seketika aku lupa, jika hal seperti ini sangat mudah ia tangani.

Ah ... ponselku ... aku bahkan belum mengabari Shintarou mengenai hal ini. Ia pasti khawatir bila aku tidak membalas pesan atau mengangkat teleponnya.

Bagaimana kalau Shin sampai menunggu berhari-hari di depan cafe?

Dalam hitungan detik, kutepis pikiran konyol itu.

Shintarou tidak akan melakukan hal seperti itu. Ia terlalu sibuk untuk melakukan hal-hal aneh hanya karena aku tidak ada di cafe beberapa hari.

Maksudku, dia kan petarung mma profesional. Aku saja hampir tidak pernah melihatnya absen dari lari pagi. Dia pasti tipe orang yang memiliki irama kehidupannya sendiri, dan ketidak hadiranku bahkan tidak akan mengganggunya.

Ya, pasti seperti itu. Shintarou akan baik-baik saja.

Justru harusnya aku mengkhawatirkan diriku sendiri.

Ketika mobil ini sampai rumah, terutama saat jam makan malam dimulai, aku pasti akan habis dicecar oleh Julian, apalagi Kaiden.

Membayangkan itu saja sudah membuatku bergidik ngeri.

Tuhan ... bebaskan aku dari amarah Julian, terutama amukan Kaiden. Walau ini semua tentu salahku, tapi setidaknya ... kuharap mereka tidak terlalu keras memarahiku sampai menuntutku untuk tinggal dengan mereka selamanya.

***

Hai semua~
Maaf kalau bab kali ini hanya sedikit karena selama 3 hari ini aku disibukkan pendaftaran lomba, pengajuan karya, dsb (sampai teman-temanku sendiri capek lihat kelakuanku ini).

Tadinya aku berniat untuk menghiatuskan karya ini karena kesibukanku. Tapi karena akhir-akhir ini jumlah vote meningkat, juga sampai ada yang komen di karya ini, kayaknya aku masih bisa mengusahakan, minimal dalam seminggu ada 1 bab yang terbit.

Mohon pengertiannya teman-teman.

Terima kasih juga atas waktu yang kalian luangkan untuk membaca karya penulis yang baru bergabung di wattpad ini ^-^

Semoga hari libur kalian menyenangkan.

Sampai bertemu di part Fia diomeli oleh Kaiden dan Julian 😄

Love you, all 💋

Bonus foto Julian sama Kaiden deh untuk kalian semua ♡

Bonus foto Julian sama Kaiden deh untuk kalian semua ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Julian Agatha Lewier, 27th]

[Julian Agatha Lewier, 27th]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Kaiden Julian, 26th]

COOKIES & HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang