Deretan roda gerbang yang semakin mendekati ujung finish membuat kecepatan lari seorang gadis juga ikut bertambah.
Saat sampai di pintu gerbang sekolah dengan cepat gadis itu menahannya dengan sekuat tenaga hingga membuat dorongan gerbang tersebut berhenti.
"Tunggu pak"
Pria tua yang menjaga pintu gerbang sekolah menatap gadis yang baru saja datang dengan nafas memburu.
"Tolong biarin saya masuk pak, ini hari pertama saya sekolah disini" ucap gadis itu.
"Oalah anak baru to, yaudin sok atuh masuk lain kali jangan telat ya"
Nafas yang sedari tadi memburu itu kini berganti dengan nafas lega.
"Terima kasih pak baik" tak lupa ia menundukkan kepalanya tanda hormat.
"Panggil mang Udin aja" katanya
"Ok mang Udin"
Sedari tadi netra gadis itu sibuk mencari-cari ruang guru yang tak ia temukan sejak tadi. Ia juga tak melihat seseorang yang berlalu lalang untuk ia tanyai.
Sekolah ini memiliki bangunan tiga tingkat, tak salah Nevara memilih untuk bersekolah disini. Mewah, akreditasi unggul dan bersih.
Bruk
Mata hazel itu menatap tajam kearah seorang gadis yang memasang wajah tanpa salah. Mata itu, sangat mirip dengan mata gadisnya dulu.
"Sorry, nggak sengaja" ucap Nevara.
Tanpa sepatah kata lelaki itu berlalu begitu saja setelah menepuk pundaknya yang tadi bertubrukan dengan gadis tadi.
Nevara menatap jengkel kepergian pemuda itu, padahal ia berniat untuk menanyakan letak ruang guru namun ia mengurungkan niatnya akan hal itu.
"Lho, Nevara kan?"
Nevara dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah wanita yang mengajaknya mengobrol.
"Iya bu" gadis itu menundukkan sedikit kepalanya tanda hormat.
"Ayo ikut saya, saya mau tunjukin kelas kamu" Nevara mengikut wanita berpakaian formal itu dari belakang hingga mereka berhenti di salah satu ruangan cukup besar.
Welcome to class XII IPA 3
~~~
Saat berkenalan di depan kelas hingga pelajaran sudah selesai Nevara belum pernah beranjak dari duduknya. Rasanya ia belum siap untuk kembali berinteraksi dengan orang lain.
"Halo, boleh numpang duduk nggak?"
Nevara menatap gadis manis itu sambil tersenyum, memberinya tanggapan dengan mengangguk kecil agar duduk disampingnya.
"Nama gue Neta, salam kenal" gadis itu mengulurkan tangannya, senyumnya membuat mood meningkat.
"Gue Nevara"
"Kantin yuk, emangnya lo nggak laper apa dengerin penjelasan pak Anas tadi" ajaknya.
Nevara tertawa kecil sambil mengangguk.
"Laper sih, yaudah yuk"
Kedua perempuan itu berjalan beriringan menuju kantin, tak salah banyak pandangan yang mengarah pada mereka.
Kedua perempuan itu sama sama memiliki paras yang cantik yang mampu memikat perhatian seseorang.
"Jadi lo korban tsunami 5 tahun yang lalu?" Nevara mengangguk sambil menikmati minumannya.
"Lo salah satu orang yang beruntung yang bisa selamat dari bencana itu sih" sambung Neta.
"Tuhan masih sayang sama gue— tapi orang tua gue nggak bisa selamat"
Neta mengusap lembut tangan gadis itu untuk menguatkan.
"Udah ah jadi mewek gini"
Pandangan keduanya teralih pada sekumpulan orang yang tengah bermain basket di lapangan. Neta tampak tersenyum senyum sendiri sambil menatap sekumpulan orang itu.
"Pacar?" Tanya Nevara
"Bukan, calon pacar—"
"Kala susah banget tau di dapetin, dia dingin banget sama gue. Dan lo tau gue udah nge crush in dia selama dua tahun" seru Neta dengan nada yang sendu.
"Kala?"
"Iya"
Ah Nevara jadi mengingat sosok anak laki-laki yang suka berjanji padanya dulu.
"Namanya sama dengan laki laki yang jadi sahabat gue dulu, jadi kangen"
Neta menatap gadis yang sedang mengaduk-aduk minumannya itu. "Terus dia dimana sekarang?"
"Kebawa arus—"
"Gue berdoa semoga kalian di pertemukan kembali"
"Thank you Neta, lo juga semangat ngejar dianya yang nggak peka"
Dua perempuan itu tertawa kecil kemudian melanjutkan memakan pesanannya.
"Bisa aja"
~~~
Nevara menatap kendaraan yang berlalu lalang di jalan, saat ini ia sedang berada di halte dekat sekolah untuk menunggu bus yang mengarah pada tempat tinggalnya.
Ditemani dengan awan mendung ia meluaskan pandangannya dan mendapati seseorang yang tadi sempat bertubrukan dengannya. Sepertinya lelaki itu juga sedang menunggu bus sama sepertinya.
Tak salah jika Neta menyukai lelaki itu, parasnya memang tampan dan tak tersentuh. Lama memandanginya lelaki itu menoleh dan menatap mata hitam legam gadis itu.
Dengan tatapan sama seperti tadi pagi, dengan cepat Nevara mengalihkan pandangannya.
Lelaki dengan earphone yang bertaut di telinganya itu menatap tak suka pada gadis yang berjarak sekitar lima meter dengannya.
Namun matanya tak sengaja mengarah pada pergelangan tangan gadis itu yang dihiasi gelang berliontin bulan.
"Jaga ini"
"Sshh" desisnya sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.
Ia mematikan lagu Kalafina yang berjudul Kagayaku Sorano Shijimaniwa yang kini sedang ia dengarkan. Perlahan Niskala melangkah menghampiri gadis itu.
"Vara ayo—" seru seseorang membuat sang empu berlari meninggalkan halte dan pemuda yang kini berhenti dari langkahnya, menatap jauh tas motif ice cream itu.