One day with you

25 1 0
                                    



"Nggak usah ke sekolah Var" ucap Bima yang melihat gadis itu bergabung dengannya di meja makan dengan wajah pucat pasi.

"Vara nggak papa om"

"Kamu sih telat makan mulu, maag nya kambuh kan" omel cindy

"Iya iya maaf—"

Mereka sarapan bersama diiringi candaan yang sesekali Bima lontarkan, Nevara bersyukur memiliki mereka.

Kepalanya sangat pusing memikirkan kejadian semalam yang selalu membuatnya malu, ditambah perutnya yang sakit karena penyakit maag gadis itu kambuh lagi.

Setelah selesai sarapan hari ini Bima akan mengantarnya ke sekolah, ia tak akan membiarkan gadis itu ke sekolah sendiri menggunakan sepedanya.

Nevara sudah menolak karena jalur ke sekolah dan ke kantor berlawanan arah, namun Bima dan Cindy tetap keukeuh melarangnya.

Lama perjalanan menuju sekolah mereka tiba dengan selamat, setelah mencium tangan Bima, Nevara pamit melangkah menuju gerbang sekolah. Seperti biasa disana ada mang Udin yang senantiasa menyapa para murid jika tiba di gerbang.

"Pagi neng Vara, belajar yang rajin" katanya, sangat lucu.

"Pagi mang" gadis itu menundukkan kepalanya tanda hormat, ini yang mang Udin sukai berbeda dengan yang lain.

Di lapangan ia melihat geng Niskala yang sedang bermain basket, ia mendengar sekolah mereka akan mengikuti perlombaan basket dalam waktu yang dekat ini.

Mata mereka bertemu, dia tak salah lihat kan Niskala memberinya sebuah senyuman menampakan lesung pipinya, senyum lelaki itu limited edition namun gadis itu tak bisa menikmati senyum Niskala karena perutnya tambah sakit membuatnya meringis.

"Woi Kala fokus!" Teriak Zidan

Tim yang mereka lawan hendak memasukkan bola ke ring basket namun bola itu meleset, terpantul mengenai seorang gadis yang kini masih meringis itu.

"Vara!" Teriak Neta yang baru datang.

Saat bola mengenai kepala gadis itu, Nevara linglung dan langsung pingsan. Berlomba-lomba para siswa menghampiri gadis itu termasuk Niskala.

"Var—" tanpa ambil waktu yang lama Niskala membawa gadis itu dalam gendongannya dan membawanya ke UKS, namun nasib buruk menghampirinya karena dokter Vina belum datang.

"Mau kemana Kal?" Lelaki kampret itu bertanya lagi. Tentu saja Niskala tak menanggapinya. Kebetulan ia membawa mobil hari ini karena cuaca buruk.

Niskala memasukkan tubuh Nevara ke dalam mobil dan melaju setelah Neta dan Zidan ikut masuk.

"Vara harus di rawat inap hingga kondisinya kembali stabil, hanya disini kami memberinya perawatan yang khusus" kata dokter membuat semua mengangguk.

Niskala memandang mata gadis itu yang masih terpejam. Rasa khawatirnya sangat besar terhadap gadis itu.

"Lo telfon gih nyokap bokapnya" titah Zidan pada Neta.

"Nyokap bokapnya udah nggak ada"

"Innalilahi. Yaudah lo telfon siapa gitu keluarganya atau siapapun"

Neta mengambil ponselnya dan menelfon Cindy, untungnya mereka sama-sama menyimpan nomor wali takut jika hal seperti ini terjadi.

"Natapnya gitu amat, kalau suka bilang" lamunan Niskala buyar saat mendengar ucapan Zidan.

"Nanti, orangnya pingsan dulu" katanya membuat Zidan menganga.

"Gas bro"

"Tantenya Vara udah otw kesini" sahut Neta yang memasuki ruang rawat.

"Lo berdua balik ke sekolah" titah Niskala melirik sekilas Neta dan Zidan.

"Lo gimana?" Gantian Zidan yang bertanya.

"Gue disini"

"Yaudah, yuk Net balik"

"Kal, kamu jaga Vara baik baik ya" pesan Neta sebelum berbalik menyusul Zidan yang sudah keluar ruangan.

"Hm" Katanya tanpa menatap sedikitpun gadis itu.

"Vara sayang—"

Niskala berhenti menatap wajah gadis itu saat suara wanita yang masuk ke ruangannya memenuhi pendengarannya.

Cindy menatap penampilan Niskala yang masih berpakaian seragam putih abu-abu, dan rambut sedikit berantakan.

"Kamu Kala kan?"

"Iya tante"

"Kata Vara kamu amnesia ya" Niskala tersenyum simpul sambil berkata, "sepertinya begitu"

"Vara selalu cerita tentang kamu lho di rumah, katanya kamu itu ganteng dan memesona, ternyata benner kamu emang ganteng" wanita itu terkekeh kecil.

"Terima kasih"

Vanilla selalu memujinya, Niskala jadi tersenyum sendiri mendengar itu. Tunggu, Tante Cindy kenapa seperti berfokus pada Niskala saja, ia jadi mengabaikan Nevara yang masih belum sadar.

"Eunghh" erangan gadis itu mengalihkan perhatian Cindy dan Niskala, menatap gadis itu yang perlahan membuka mata.

~~~


Setelah tiga jam di rumah sakit Niskala belum pernah kembali ke rumah, masih dengan seragamnya ia menjaga Nevara yang sudah sadar dua jam yang lalu.

Cindy menitip gadis itu padanya karena ia tengah sibuk dengan berbagai pekerjaannya diluar sana, Niskala menyetujuinya dan berakhir ia dan Nevara saling bertatapan seperti pada malam itu.

Gadis itu menghela nafas berat, baru setengah hari disini ia sudah merasa bosan. Mencium bau obat obatan yang menurutnya sangat tidak sedap dan pandangannya kalau bukan di mata Niskala ya di langit langit rumah sakit yang tidak menarik.

"Lo nggak bosen apa natap gue mulu Kal, ya gue tau sih gue emang cantik tap—"

"Pedean lo" potong Niskala membuat gadis itu menatapnya sendu.

Air muka gadis itu tiba-tiba murung, dan tak membalas perkataan Niskala lagi. Lelaki itu juga bingung, biasanya gadis itu akan menantangnya tapi sepertinya suasana hatinya sedang berubah.

"Lo, marah?"

Tak ada jawaban, baik ucapan maupun bahasa tubuh yang gadis itu berikan. Tentu saja Niskala panik akan hal itu, ia bingung bagaimana cara agar gadis itu bisa kembali seperti semula.

"Mau buah?" Katanya sambil mengambil buah yang berada diatas meja kecil dekat brangkar.

"Mau ice cream rasa vanilla?"

Meskipun itu terdengar menggiurkan namun Nevara tak boleh luluh begitu saja.

"Var jangan gini, gue nggak tau lo mau apa"

Sepertinya rencananya berhasil, gadis itu diam-diam mengulum senyum. Rasanya ia ingin menyemburkan tawanya saat melihat wajah tertekan dan rasa bersalah lelaki itu.

"Lo masih punya mulut?"

Hingga cowok itu menyentuh dan menggoyangkan sedikit lengan gadis itu.

"Ck, gue mau nonton gue bosen disini!" Kata Nevara membuat Niskala menghentikan pergerakannya.

"Lo cowok gentle kan, lo bukan banci kan"

"Huh?"

"Jawab gue Kal!"

"I—iya"

Di sinilah mereka di ruangan dengan suasana tenang, televisi besar yang terpampang di depan mereka.

Ruangan yang sengaja di sediakan oleh pihak rumah sakit agar pasiennya tidak boring, namun disini hanya ada mereka berdua.

Nevara tertawa terbahak-bahak melihat tom yang mengejar Jerry namun tidak dapat dapat karena kelincahan tikus mungil itu dalam berlari. Dan Niskala yang menatap gadis itu dari samping sambil memegang botol infus gadis itu.

Sudah dua puluh menit ia memegangnya.

Senyum indah itu menular kepadanya, Niskala tersenyum melihat Vanilla tersenyum.

"Ketawa sepuasnya Var, gue suka"






VANILLA LOVING GIRL Where stories live. Discover now