Mengakui (1)

29 1 0
                                    




Hari Senin upacara bendera dan jam pertama adalah matematika peminatan. Tak ada yang menyukainya termasuk Nevara yang kini sejak tadi selalu menyeka keringatnya akibat kepanasan.

Amanat dari kepala sekolah menurutnya sejak tadi tak berhenti berhenti, entah apa yang beliau bicarakan, Nevara pun tak mengerti.

"Panas banget sih" ucapnya sambil mengipasi wajahnya menggunakan tangan.

"Lebih panas di neraka" sahutan itu membuat Nevara membulatkan bola matanya.

Pak Anas ternyata berjalan menjaga di belakang barisan para siswa. Nevara menundukkan kepalanya sambil melirik seseorang yang berada di sebelahnya sedang tertawa cekikikan.

"Nggak lucu!"

Niskala menatap gadis itu dengan pandangan mengejek. Tanpa ia sadari pak Anas sudah berada di sampingnya dan menatap penampilan lelaki itu.

"Siapa ini?" Tanya pria itu sambil mengambil topi Niskala, bagian atas topi itu ada gambaran Kaguya Shinomiya karakter fiksi anime yang selalu ia tonton.

"Waifu saya pak" ucapnya datar setelah beberapa menit menertawai gadis di sebelahnya.

"Waifu kok gepeng"

"Benner pak, gepeng kayak kerupuk" timpal Zidan diiringi dengan tawa.

Niskala menatap tak suka pada guru bahasa Jepang itu. Sedangkan Nevara, kini gadis itu tertawa hingga memegangi perutnya yang terasa keram akibat tertawa.

"Diem lo berdua!"

"Giliran anime kagak lupa lu" cibir Zidan.

"Ternyata kamu masih suka anime ya Kal—"

Mengingat saat mereka masih kecil jika sudah pulang sekolah pasti Kala akan mampir ke rumah Vanilla untuk menonton kartun anime di rumahnya ditemani dengan snack yang terbuat dari rumput laut olahan kampung sendiri.

~~~

Sudah dua menit bel istirahat berbunyi, sedangkan Nevara masih bersikeras mengerjakan tugas matematikanya yang sejak tadi tak selesai.

Namun begitu melirik meja Neta yang sudah tak ada buku satupun dan perempuan itu sudah beranjak dari duduknya.

"Belum kelar Var?" Tanya gadis itu.

"Iya nih dikit lagi, lo duluan aja ke kantin ntar gue nyusul"

"Yaudah deh, gue mau ke kelas Kala sekalian" katanya berbalik badan.

"Gue ikut"

"Huh?"

Neta melihat buku buku gadis itu sudah tak berserakan diatas meja.

"Udah selesai" ucapnya cengengesan.

"Kal, aku bawain kamu udang goreng mau coba nggak?" Gadis itu memindahkan beberapa udang goreng dari kotak bekalnya ke piring lelaki itu.

"Net, gue juga mau nyoba dong" pinta Zidan dengan wajah yang memelas.

"Iya, nih Var kalau mau ambil aja"

"Iya Net makasih" perempuan itu tersenyum manis.

"Lo bisa masak?" Tanya Niskala.

"Bisalah cewek kan emang harus bisa masak" katanya membanggakan diri.

Nevara berharap lelaki itu mengingat bahwa lelaki itu tak suka udang. Rasanya ia ingin melarangnya namun tak enak pada Neta.

Baru beberapa centi keatas Niskala menaikkan sendoknya Nevara menghentikan gerak lelaki itu.

"Berhenti. Bukannya elo alergi udang Kal—?"

Mati sudah dirinya, ia hanya tak ingin lelaki itu kenapa-napa setelah memakan udang goreng itu. Bagaimana pun juga ia lebih tau tentang Kala.

Niskala, Zidan dan Neta menatap tanya pada gadis itu. Bahkan Neta menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Tau apa lo tentang gue?"

"Var, kok lo bisa ngomong gitu?" Timpal Neta

Nevara rasanya ingin kabur saja dari sini. Jujur saja ia ingin mengatakan semuanya namun ia juga takut dan merasa saat ini belum waktunya untuk mengatakan semuanya.

"Eum gue—gue cuma—"

"Nggak jelas" Dengan santai lelaki itu memasukkan udang goreng ke dalam mulutnya yang tadi sempat tertunda.

"Enak nggak?"

"Enak, pinter lo masak"

Selang beberapa menit semuanya berjalan dengan baik baik saja namun di menit berikutnya Niskala merasa gelisah dan terus menggaruk-garuk tangannya yang terasa sangat gatal.

Ia bahkan tak melanjutkan makannya karena terganggu dengan rasa gatalnya. Neta dan Nevara yang melihatnya ikut panik.

"Napa lo?" Tanya Zidan

"Gatel"

"Ayo ke UKS" seru Nevara sambil menggandeng lelaki itu.

Di UKS sekolah ini memang di sediakan dokter khusus dengan fasilitas yang lengkap.

Setelah dilakukan pemeriksaan dokter Vina mengajak empat orang itu untuk berkumpul.

"Kamu makan apa tadi?, Ada riwayat alergi terhadap makanan tertentu?"

"Tadi Kala cuma makan udang goreng kok dok—"

"Menurut hasil pemeriksaan saya, gatal gatal yang dialami Kala itu disebabkan oleh gejala dari alergi terhadap makanan. Sepertinya kamu alergi sama udang goreng"   Jelas dokter Vina.

Setelah pulang dari UKS tak ada pembicaraan dari ketiga orang itu. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Dan Niskala yang masih sibuk menggaruk-garuk tangannya yang masih sedikit gatal.

"Kok dia tau gue alergi udang, dia siapa?"

"Sebenarnya gue kenapa sih, masa gue sendiri nggak tau kalau gue alergi udang. Dan kenapa kepala gue selalu sakit kalau nyoba ngingat Nevara itu siapa"

"Kal, kita duluan ke kelas ya—" kata Neta sambil menggandeng tangan gadis itu untuk pergi.

"Bro, lo heran nggak sih sama Vara. Darimana dia tau kalau lo alergi sama udang"

"Ya itu gue juga heran—"

"Lah elu sendiri ngapa kagak tau kalau lo alergi udang ege?"

"Gue juga nggak tau Jupri!"

"Anjir lupa, nih anak kan hilang ingatan" Zidan menepuk keningnya.

Neta mengajak Nevara ke tempat yang sepi, ya toilet cewek.

"Var, sebenarnya lo siapa dan apa hubungan elo sama Kala?"

Tentu saja pertanyaan itu terlalu tiba-tiba dan cukup mengagetkan. Ada apa dengannya.

"Lo ngomong apasih Net—" gadis itu sedikit membuang muka dan menyibukkan diri dengan melakukan sesuatu yang tidak penting.

"Dari waktu lo tiba-tiba manggil om Dewa di rumah sakit dan tadi lo larang Kala makan udang goreng gue udah curiga, apa hubungan elo sama Kala kenapa lo seakan-akan tau tentang dia" raut wajah gadis itu seakan menekan perkataannya membuat Nevara menciut.

"Gue nggak tau harus mulai darimana Net. Sebenarnya Niskala yang gue maksud waktu kita pertama ketemu itu Kala, cowok yang hilang karena kebawa tsunami dan sekarang kita ketemu lagi"

Dari air muka perempuan itu seakan tak percaya, ia menggeleng beberapa kali.

"Dan lo mau rebut dia balik Var?"


VANILLA LOVING GIRL Where stories live. Discover now