"Cielah makin lengket aja nih udah kayak lem kucing garong" ucap Zidan sembari menepuk pundak Niskala yang baru datang bersama Nevara di sampingnya.
"Maksud lo lem fox?" Tanya Nevara membuat Zidan menggaruk tengkuk.
"Iya, itu yang ada gambar kucingnya"
"Tau nggak apa alasannya gambar kucing hitam ada di kemasan lem fox?" Tanya Niskala membuat Zidan memutar bola matanya.
"Aduh jangan mulai deh Kal, masih pagi lo udah ngajak gue mikir. Semalam aja gue nggak belajar" kata pemuda itu. Hari ini tepat hari pertama mereka ujian sekolah.
"Maka dari itu kita sama sama diskusiin, biar otak tuh fresh"
"Bukannya fresh yang ada otak gue kebakar"
Mendengar itu Nevara langsung meledakkan tawanya, sedangkan Niskala menatap pemuda itu dengan datar dan dingin.
"Pas banget kalian ada disini" Bu Tini yang baru saja menghampiri mereka, membuat mereka menatap wanita itu.
"Saya ingatkan kembali ya, untuk mempersiapkan diri membuat persembahan untuk acara prom night kalian nanti, semuanya akan dilaksanakan setelah kalian ujian dan graduate" kata Bu Tini.
"Iya bu"
Setelah Bu Tini berlalu, ketiganya terdiam. Zidan bahkan melempar tatapan sendu sambil meluaskan pandangan, menatap lingkungan sekolah.
"Nggak kerasa ya, bentar lagi lulus—" katanya.
~~~
"Napa lu, gelisah gitu belum bayar utang?" Tanya Nevara melirik Neta, sambil memasukkan barangnya ke dalam tas.
"Bukan ege, kata supir gue dia nggak bisa jemput gue soalnya mobilnya lagi mogok di tengah jalan"
"Yaudah bareng gue sama Kala aja" katanya santai.
"Lo bareng Kala?, Dia naik mobil?"
Gadis itu menggeleng kecil dengan enteng ia berkata, "bonceng tiga kan bisa hehe"
"Disini ada batu nggak sih, gemes banget gue mau lempar lo ke Jepang"
"Ketemu Lee min hoo dong"
"Lee min hoo di Korea kampret"
Nevara tertawa geli melihat wajah merah padam gadis itu, menahan emosi.
"Ayo pulang"
Suara berat nan candu itu menghentikan tawanya, menatap Niskala yang berdiri di belakangnya ditemani Zidan yang memakan cemilan di sampingnya.
"Nah pas banget ada Zidan juga" sahut gadis itu.
"Napa?"
"Supir Neta nggak bisa jemput, lo bareng dia ya arah rumah kalian kan sama"
Neta langsung melototkan matanya mendelik tajam kearah gadis disampingnya.
"Apasih ogah gue"
"Bisa aja sih"
"Tuh, dia mau kok udahlah Net sekalian Zidan jagain elo juga sampe rumah" Katanya berusaha membujuk.
Neta melirik pemuda itu yang menaikkan sebelah alisnya sambil memakan cemilannya yang hampir habis itu.
~~~
"Pacar lo nggak marah?" Tanya Neta melirik Zidan dari kaca spion motor pemuda itu.
"Yang mana dulu?"
"Dasar buaya!!"
Zidan tertawa lepas melihat raut wajah gadis itu yang sudah berubah menjadi ketus dan datar.
"Gue udah tobat, sesuai permintaan elo. Hebat kan gue"
Neta tertegun.
"Lo beneran berubah dari perkataan gue hari itu?"
Zidan mengangguk mantap membuat Neta menatapnya dalam. Sedikit tidak percaya namun dilihat dari wajah pemuda itu sepertinya ia mengatakan yang sebenarnya.
"Sekarang nggak ada lagi Zidan playboy, nggak ada lagi Zidan yang sering mainin cewek, itu semua udah hilang digantikan dengan Zidan yang sholeh dan setia terhadap satu wanita" katanya seraya tersenyum manis.
Sangat manis.
Diam-diam Neta tersenyum tipis hingga motor pemuda itu berhenti tepat di depan rumahnya, rumahnya terlihat ramai.
Setelah turun dari motor Neta sempat melirik ke dalam pagar, keluarga besarnya tengah berkumpul di halaman rumah.
"Mampus" umpatnya membuat Zidan menoleh.
"Mampir?"
"Huh, apasih?" Neta menoleh.
"Lo nyuruh gue mampir?"
"Siapa yang nyuruh lo mampir biji duren"
"Itu tadi lo ngomong"
Neta menggeram sebal menatap pemuda itu yang dari lahir sudah menyebalkan. Pagar rumahnya terbuka lebar menampakkan seorang pria tua yang menghampiri keduanya.
"Kok nggak masuk?. Siapa Net, pacar kamu? Kok nggak disuruh masuk sih" tanyanya.
Entah angin darimana semua keluarganya yang berkumpul di halaman rumah menghampiri keduanya. Mereka sudah seperti sedang menyaksikan sesuatu, berkerumun di pinggir jalan.
"Ih kenalin dong kak Net"
"Ganteng banget"
"Kak Neta udah punya pacar nggak bilang-bilang"
"Suruh masuk Neta"
"Ayo mampir dulu ganteng"
"Ih mirip Naruto"
Shit.
Ya, itu cibiran dari para sepupunya yang ingin Neta cakar wajahnya. Kini ia merasa malu pada Zidan, bagaimana bisa mereka mengatakan Zidan itu pacarnya.
Sedangkan Zidan yang masih diatas motor ternganga begitu saja melihat keluarga Neta yang menghampiri mereka. Ia serasa sedang di kerumuni para fans.
Reflek pemuda itu memperbaiki rambutnya seraya tersenyum. Bahkan Rudi, ayah Neta sudah menariknya kedalam.
Neta tertegun melihat ayah dan para sepupunya mengantar pemuda itu masuk, sedangkan ia, ia bahkan masih di tempatnya dan tak ada yang mengajaknya masuk.
"Gue bener bener nggak habis fikri!!"
"Kak Net kok bisa nemu pangeran ganteng gini" tanya Yola sambil tersenyum-senyum menatap Zidan yang meminum jusnya sambil tersenyum paksa.
"Tutornya dongs kak, siapa tau aku bisa dapetin jaemin ensiti" lanjut Disa
"Yeuu mimpi lo bisa dapetin jaemin" ketus Neta meneguk minumannya dengan satu kali tegukan hingga tandas tak tersisa.
"Kok kak Zidan mau sih sama dia" tanya Yola sambil melirik Neta yang memasang wajah bete.
"Gue sama dia tuh nggak pacaran, gue juga nggak mau sama dia!" Sembur Neta.
"Awas suka beneran" timpal Rudi membuat Zidan tersenyum miring.
"Papa—"
"Net ngaku aja lo juga pasti terpesona sama gue, sok sok an nggak mau sama gue"
Neta merotasikan matanya menatap pemuda itu sambil mendelik.
"Pedean lo"
"Dia emang suka malu malu kucing gitu kak, selain suka malu malu dia juga suka malu maluin" celetuk Disa. Tak lama bantal sofa melayang mengenai wajahnya.
"Diem bocil" semuanya tertawa melihat Neta, kecuali Zidan yang tersenyum manis menatap gadis itu.
"Cantik" gumamnya.