Tercatat satu pekan Niskala selalu membujuk dan mengajak Nevara untuk melakukan hal-hal yang membuat gadis itu naik mood, selalu meluangkan waktu untuk berdua.
Hingga hari ini keduanya sudah sibuk dengan pemilihan kebaya untuk tunangannya nanti. Seperti saat ini Nevara tengah dilanda kebingungan untuk memilih warna yang cocok untuknya.
"Bagusan biru atau putih?" Tanyanya pada pemuda yang berdiri di sampingnya.
"Dua duanya" katanya membuat bibir gadis itu mengerucut.
"Ih, salah satunya"
"Beli dua duanya aja" Nevara melongo tak percaya mendengar perkataan pemuda itu.
Keduanya masing-masing sudah bersepakat untuk saling mengikat sampai lulus kuliah, setelah itu barulah mereka menikah.
Baru baru ini si tampan Niskala lulus masuk fakultas manajemen begitupun dengan Nevara yang keterima di fakultas kedokteran. Memang lama, tapi keduanya sudah berjanji untuk saling menunggu sampai semuanya siap untuk memulai membangun rumah tangga.
***
"E-eh udah cantik belum sih, gue nggak keliatan nervous kan Net?"
Neta memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan itu yang sudah beberapa kali ia dapatkan hari ini.
"Udah berapa kali sih lo nanya itu mulu, bosen gue dengernya" gerutunya sambil memperbaiki sanggulnya.
Nevara beranjak dari duduknya dan latihan berjalan dengan anggunnya, "kalau gini kalau gini?, Nggak kelihatan gugup kan"
"Nggak"
"Masa sih, ih gue deg degan" katanya sambil memegang dadanya.
Neta ikut beranjak menghampiri gadis itu lalu tersenyum, "Selamat ya Var, gue ikut seneng kalian bisa ada di fase ini, gue cuma bisa berdoa semoga kalian bisa langgeng hubungannya dan dijauhkan dari para pelakor pelakor jahanam"
"Aa thank you, ih gue nangis deh" Nevara memeluk gadis itu.
"Yailah baru gladi juga udah nangis aja lo, dasar cengeng!" Ejek Neta membuat Nevara memukul pelan perempuan itu.
"Eh ayo siap siap" kata Cindy yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar, memanggil keduanya.
"Iya tante" sahut Neta.
"Selanjutnya yaitu pemasangan cincin pengikat oleh kedua calon mempelai, di persilahkan saudara Niskala untuk memulai pemasangan cincinnya" ucap Mc yang langsung membuat Niskala beranjak untuk menghampiri gadis pujaannya.
Dengan sorakan riuh dari para tamu berhasil membuat Nevara tersipu saat dimana Niskala mulai mengambil tangannya dan memasukkan cincin di jari manisnya.
Dimana lagi saat Niskala mencium tangannya yang rasanya Nevara ingin berenang di lautan coklat kinderjoy.
"Janjinya udah aku tepatin, sekarang Vanilla jadi milik Kala" ucap Niskala sembari menatap dalam gadisnya yang masih tersipu.
"Ada satu janji lagi yang belum Kala tepatin"
"Apa sayang?"
"Bawa aku ke istana"
"Pasti" jawabnya pelan, tubuh kekar itu bergerak untuk merengkuh tubuh mungil gadisnya.
"Ikan lele makan kanji, anjay udah tunangan aja ni"
Itu Zidan, dengan Neta yang berdiri di sampingnya menatap pemuda itu malas. Pantun macam apa itu.
"Garing sok asik!" Umpatnya
"Bilang aja mau di lamar juga, udah Net tenang aja tenang besok gue lamar deh" katanya sambil menaik-naikkan alisnya.
"He kadal Afrika lo ngajak lamaran kayak ngajak bocah main pees aja"
"Tinggal ngomong seyuyur yuyurnya apa susahnya sih Net, gue tau lo suka sama gue" pedenya.
"Ada gergaji nggak sih, gatel banget tangan gue pengen gergaji tuh bibir"
"Serius amat neng" kekehnya
Niskala maupun Nevara memutar bola matanya malas melihat pertikaian dua insan itu.
"Apasih lo berdua, cekcok mulu kalau ketemu awas jodoh" sahut Nevara membuat Neta berekspresi ingin muntah sedangkan Zidan tersenyum sendiri, entah apa yang cowok itu bayangkan.
"Sorry ya jodoh gue ada di korea, Na Jaemin!"
"Dia tau lo idup aja nggak, Net cari yang real real aja kali, mata lo perlu di kucek tuh lo nggak liat apa kegantengan gue melebihi si Jeman"
"Pedean banget sih"
Niskala lama lama bosan melihat pertikaian keduanya hingga ia menarik pelan Nevara untuk menjauh dari dua orang itu.
"Capek nggak?" Tanyanya membuat Nevara menggeleng kecil.
Nevara mengigit kecil bibirnya, nampak gugup saat Niskala terus menatap wajahnya. "Eeem, Kal kenapa liatin aku terus?" Cicitnya membuat Niskala tertawa kecil melihat rona pipi di wajah gadis itu.
"Sederhana, aku pangling liat kamu—"
END--
Menurut kalian gimana?
Apa ceritanya perlu dilanjut atau nggak usah?
Komen yaaa thank you!!