Orang ke 3?

15 1 0
                                    




Waktu yang terus berlalu tak terasa mengakhiri ujian para kelas dua belas. Kini mereka disibukkan dengan persiapan perayaan acara kelulusan.

Seperti Neta dan Nevara yang kini berlatih dengan semua perempuan angkatan mereka. Iya mereka akan membawakan persembahan dance.

Dance.

Nevara dengan perasaan malas bergerak mengikuti irama musik yang diputar.

"Lo nggak makan berapa bulan sih, lemes banget dah" cibir Neta sambil menghentikan gerakannya.

"Gue keluar aja deh Net, gue nggak tau nih dance kayak gini. Mending gue main piano, gerak jalan atau apa gitu"

"Lo pikir ini lomba agustusan" gadis itu menarik tangan Nevara dan menyuruhnya untuk mengikutinya.

"Lo ikutin gue"

Tak salah jika gadis itu di percaya untuk menjadi ketua, meng-handle persembahan ini.

Neta memang memiliki kemampuan dalam bidang menari, mulai dari menari lokal hingga dance seperti idol idol Korea.

Selain itu dia juga join ke organisasi sanggar seni, dan gadis itu baru saja lepas jabatan menjadi wakil ketua dari sanggar seni.

"Eh, Net gimana progres hubungan lo sama Zidan?" Ceplos Nevara membuat Neta yang sedang fokus menari melotot.

"Hubungan apa sih, gue tuh nggak lagi pdkt an sama dia. Amit amit dah, dia aja punya banyak simpenan"

"Bukannya dia pernah bilang udah berubah ya?"

"Nggak usah percaya Vara, dia itu crocodile" katanya sambil melanjutkan dance nya.

~~~


Nevara menatap Niskala yang berjalan kearahnya, ia memberikan sebotol mineral pada pemuda itu.

Menjelang acara kelulusan mereka pemuda itu semakin menyibukkan diri dengan bermain basket dan berkumpul dengan teman-teman. Lagipula masa masa seperti ini tak terulang yang kedua kalinya, jadi ia berpikir ia harus menikmati semuanya sebelum disibukkan dengan urusan pekerjaan.

"Capek ya" Niskala mengangguk kecil, ia menidurkan kepalanya di paha gadis itu. Memandang langit yang tak cerah.

"Besok aku mau nyanyi" kata Niskala memandang wajah gadis itu dari bawah.

"Bagus dong, suara kamu kan emang bagus"

"Sama Neta—"

Nevara mengernyit lalu kemudian mengangguk-ngangguk kecil, "oh, kok nggak pernah latihan?"

"Nanti malam aku latihan di aula"

Nevara mengusap lembut rambut lelaki itu, "eum berdua?" Niskala mengangguk namun sedetik kemudian ia menggeleng.

"Bareng kamu, ya"

Drrt drrt

Baru saja Nevara menjawab pemuda itu bunyi ponselnya membuat ia merogoh sakunya dan menekan tombol hijau tanda terima.

"Var, nanti malam temenin tante ke acara nikahan tante Maya, ya"

"Tante Maya yang mana tan?"

"Itu lho mamanya Farel, dia nikah lagi. Udah ya bye"

Tut.

"Siapa sayang?" Tanya Niskala membuyarkan lamunan Nevara.

"Tante Cindy, kayaknya aku nggak jadi temenin kamu latihan deh Kal, tante Cindy tiba-tiba ngajak aku ke acara keluarga"

Niskala beranjak dari tidurnya dan menghela nafas panjang, "nggak papa kan?" Tanya Nevara mengelus pipi lelaki itu.

"Nggak papa, ayo pulang aku anter"

~~~


Suara musik yang keras memenuhi telinga Nevara. Ia melihat sekelilingnya banyak orang yang tengah berjoget ria.

Nevara menutup kedua telinganya sambil menampakkan ekspresi kesal.

"Ini acara nikahan atau party club sih" cibirnya membuat Cindy menoleh.

"Orang nikahan disini emang gitu Var, ayo temenin ke tante Maya" katanya sambil menarik lengan Nevara.

"Oh hai Cin, gue kangen banget sama lo" keduanya saling bercumbu ria ala ibu ibu.

Tante Maya sendiri menggunakan gaun pengantin berwarna putih tanpa lengan dengan rambut yang disanggul rapi.

Setelah bercumbu ria wanita cantik itu menatap kearah Nevara bersamaan dengan datangnya seorang lelaki gagah berperawakan tinggi putih bak bule.

"Halo tante" sapanya sambil mengulurkan tangan, menjabat tangan Cindy.

"Hai, Farel makin ganteng aja ya" puji Cindy membuatnya terkekeh kecil, lalu tatapannya beralih ke wajah seorang gadis cantik di sampingnya.

"Halo cantik"

Nevara tertegun, tubuhnya seketika kaku. Ia hanya berdehem dan tersenyum tipis menanggapi pemuda itu tanpa menatapnya.

"Mungkin Vara masih canggung disini, kamu ajak gih keluar" kata Maya membuat Farel mengangguk.

"Ayo Var, kita ngobrol di luar" tangan pemuda itu tiba-tiba menyentuh jari jemari Nevara dan menariknya keluar dengan sangat lembut.

Nevara tak bisa menolak, ia mengikuti langkah pemuda tampan itu. Helaan nafas berat terdengar di telinganya.

"Gimana kabar kamu?" Tanyanya sambil melepaskan genggamannya di jari gadis itu.

"Baik"

"Udah lupa sama aku, atau udah cinta?"

Nevara menatap lelaki itu dengan tatapan datar, "selama ini aku menganggap kamu sebagai teman Rel, nggak lebih"

"Kapan mau nerima aku Ra, dari dua tahun yang lalu pertanyaan ini nggak pernah kamu jawab. Cowok yang kamu tunggu udah nggak ad—"

"Dia masih hidup. Dan sekarang aku menjalin hubungan sama dia!" Potong Nevara membuat Farel terdiam membatu.

Nevara mendekat kearah pemuda itu kemudian memegang lengannya, "Buang perasaan kamu sama aku, aku nggak pernah suka sama kamu" katanya.

"Aku harus gimana lagi sih Ra, setelah beberapa bulan ini aku tahan nggak pernah hubungi kamu, nggak ganggu kamu lagi sesuai permintaan kamu. Hidup aku udah hancur liat orang tua pisah sekarang aku harus liat mama nikah sama selingkuhannya terus sekarang aku makin hancur karena lagi lagi nerima penolakan dari kamu Ra—"

Dadanya terasa sesak mengatakan kalimat itu, helaan nafas berat terdengar di telinga Nevara.

"Maaf Rel, kita bisa jadi teman kok—" Gadis itu mengambil langkah untuk meninggalkan halaman rumah belakang namun lengannya segera di cekal oleh Farel.

"Ra—" Nevara menggeleng pelan membuat pemuda itu semakin mendekat ke tubuh gadis itu. Hingga tak ada jarak diantara mereka, Farel mendekatkan bibirnya ke bibir Nevara membuat Nevara meremat dress yang ia gunakan.









Wah apanihh:/

VANILLA LOVING GIRL Where stories live. Discover now