Wait me baby

23 1 0
                                    



Setelah maraton anime 20 episode, Niskala beranjak dari meja belajarnya dan menuruni tangga, perutnya daritadi sakit menahan lapar.

Saat mengambil nasi di rice cooker tak sengaja sendoknya terjatuh ke lantai. Dengan malas ia berjongkok mengambil sendok tersebut, namun saat ia kembali berdiri kepalanya terbentur di meja makan bagian alas bawah meja tersebut.

Lama terdiam merenungi sakit di kepalanya, memori di kepalanya seakan berputar sangat cepat.

"Gue Niskala"

"Nevara"

"Nama aku nevala"

"Aku panggil kamu Vanilla aja ya"

"Vanilla?"

"Ngapain lo natap gue gitu?"

"Kal, aku kangen sama kamu—"

"Main ngomong kangen aja lo kenal aja enggak!"

"Vanilla, kamu inget kan?"

"Berhenti. Bukannya elo alergi udang Kal—?"

"Sebenarnya lo siapa Vara"

"Ssh sakit banget" desisnya.

"Den Kala kenapa Den?" Bi Siti menghampiri pemuda itu dengan raut panik. Tak lama Kala tak sadarkan diri alias pingsan.

"Hah Den, ya Allah Gusti bangun Den—"

"Alhamdulillah pak, bu saudara Kala sudah sembuh dari amnesianya" ucap dokter mensyukuri setelah memeriksa keadaan lelaki itu.

"Alhamdulillah, untung tadi Den Kala maraton anime sampai lupa makan" kata bibi membuat Dewa menatap wanita itu penuh tanya.

"Apa hubungannya bi?" Tanya Dewa.

"Karena pas udah maraton Den Kala turun ke dapur buat makan, nah disitu kepala Den Kala kepentok kali pak"

Sadewa dan dokter yang mendengar cerita bibi tertawa lepas, tidak majikan tidak pembantu sama-sama konyol.

"Enghh—"

Erangan yang berasal dari lelaki itu membuat semua pandangan menuju kearahnya.

"Pa, bi—"

"Kamu sudah bisa mengingat memori kamu?"

"Tadi saya maraton anime 20 episode, waktu kelas 6 SD saya pernah jadi korban tsunami, saya punya teman kampret namanya Jidan. Dan vanilla—" kata pemuda itu satu persatu. Kalimatnya berhenti saat menyebut nama gadis itu.

"Perpus!" Serunya.

~~~


Pukul enam lewat tiga puluh Nevara telah tiba di pekarangan sekolah, sudah banyak penghuni sekolah yang datang sepagi ini.

Ia berjalan santai menyusuri koridor sekolah, sesekali bertegur sapa pada orang yang ia kenali. Saat ia menemukan jendela yang memiliki kaca bening, gadis itu berhenti dan memperbaiki penampilannya. Rambutnya yang sedikit berantakan ia rapikan, rok abu-abunya yang terlalu naik ia turunkan sedikit.

Terkadang gadis itu juga celingak-celinguk mengawasi apakah tidak ada orang yang melihatnya jika tidak ada ia akan menjalankan aksinya, seperti berjalan seperti model atau berakting menjadi selebriti.

Mungkin beberapa orang akan mengatainya seperti orang gila, namun gadis itu tak terlalu memikirkannya.

Saat tiba di kelas, ia dapat melihat Neta tidur dengan wajah yang di telungkupkan diatas meja.

"Pagi Neta—" sapanya, walau tak ada balasan.

"Lo sakit?"

"Maafin gue ya Net udah bikin lo marah, gue cuma nggak mau lo sakit hati terus kalau ngejar-ngejar Kala" katanya sambil meremat jari jemarinya.

"Net, jangan gini dong cuma elo temen gue satu satunya—"

"Hm"

Neta mulai mengangkat kepalanya, menatap gadis yang berdiri di sampingnya dengan raut sedih. Kasian sih.

"Gue peduli sama lo Net, gue nggak mau lo patah hati mulu"

"Hm iya bawel lo" katanya sambil tersenyum tipis.

"Temenan ya kita" Nevara mengulurkan jari kelingkingnya dan disambut oleh Neta.

"Sorry juga buat kemaren Var, gue cuma kebawa suasana kok"

Tak membalas ucapan gadis itu, Nevara berganti memeluknya.

Sepertinya ini adalah waktu untuk benar-benar melupakan Niskala, sudah sangat jelas pemuda itu tak mau padanya. Ia juga tak mau terus terusan memaksa seseorang untuk suka padanya.

Hanya sakit yang akan ia dapatkan, mulai detik ini Neta akan mencoba untuk menghilangkan secara permanen perasaannya pada pemuda itu.

"Pengumuman pengumuman!"

Suara samar seseorang terdengar di telinga kedua perempuan itu, suaranya dari arah lapangan. Bahkan para warga sekolah mulai mendekati lapangan.

"Itu suara Zidan nggak sih" kata Neta membuat Nevara mengangkat kedua bahunya.

"Samperin kuy" ajak Nevara, mereka berlari menuju lapangan melihat Zidan yang berdiri di tengah-tengah lapangan sambil memegang mikrofon.

"Ngapain sih tuh anak" decak Niskala sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Yang terhormat bapak ibu guru yang masih dalam perjalanan menuju sekolah tercinta kita ini dan yang saya hormati seluruh teman-teman tercinta saya termasuk para mantan saya yang berjejer di sebelah sana" katanya sambil menunjuk para mantannya yang kebetulan berdiri di barisan yang sama.

"Jadi guys gue Zidan Alfatih ngundang lo semua ke acara sweet seventeen gue, malam ini juga karena gue mau party besar-besaran, gue harap lo pada bisa datang thank you, i love you guys, i love you Indonesia i love you sahabat kampret gue, Kala dan yang terakhir i love you mantan-mantan gue" katanya sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

"Alay" cecar Neta membuat Nevara menahan tawa.

"Tapi kayaknya lo cocok deh sama dia Net"

"Hah apa lo bilang, gue? Cocok sama si playboy itu? Sumpah mending gue pacaran sama kambing sih"

"Awas kualat"

Sudah tak heran lagi dengan sikap lelaki itu, salah satu cowok golongan crocodile paling hits di Aiglon school.

Tak salah sih parasnya juga sangat memesona, sebelas dua belas dengan Niskala namun sayang ia menggunakan ketampanannya dengan mempermainkan perasaan wanita.




Pulang sekolah Niskala diam-diam mengikuti Nevara yang kini seperti biasa mampir di toko ice cream yang terletak di dekat halte sekolah.

Bibirnya mengukir senyum miring, akhirnya ia bisa melihat gadisnya tumbuh dewasa seperti sekarang, ah ia sangat merindukan Vanillanya.

Rasanya ia ingin memeluk gadis itu sekarang juga, namun Niskala akan menahannya hingga tiba waktu yang tepat.

Merasa ada yang memperhatikan Nevara menoleh ke belakang dan tak menemukan siapa-siapa, ia menaikkan bahunya acuh dan berjalan sambil memakan ice creamnya.

"Wait me baby—"



VANILLA LOVING GIRL Where stories live. Discover now