015 [ Sick]

354 11 3
                                    

Hallo dengan vania disini hehehe, semuanya maaf banget aku bulan kemarin ingkar buat lanjutin cerita ini, bulan kemarin teh aku ada ulang dadakan kimia sama ppkn terus jadinya lupaa😭, maafin yaa! Maaf banget, tapi sebagai gantinya aku bakal bikin part ini menjadi part paling seru, kalo menurut aku sih seru hehehe, ngga tau menurut kalian.
Tapi semoga kalian suka sama part ini hehehe, happy Reading guys muach! ^^

Pokonya kalian harus komen.

Kalo mau vote juga boleh kok, boleh banget malahan!















***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Araaaaa" teriak seseorang kembali dari atas, ara pun berpamitan kepada Brian dan segera menuju keatas, saat membuka pintu kamar bernuansa coklat muda itu, menapakkan seorang pria dengan postur tubuh tinggi, kekar nan tampan yang tak lain adalah Raja, dia beteriak tidak jelas memanggil ara dengan begitu kencangnya.

Saat ara sudah membuka pintu tersebut, ara melihat raja yang tengah menangis dan meraung² memanggil namanya.

"hikss araaa" raja menangis seperti bayi yang kehausan ingin meminum susu dari ibunya, ara pun menghampiri raja.

"Raja kenapa" ara menghampiri raja dan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan raja, yang saat ini tengah duduk selonjoran.
Lantas raja yang mendengar orang yang memenuhi pikirannya langsung memeluk erat orang tersebut.

"Hiks kemana ra, jangan pergi" raja menangis kencang didalam pelukan ara, sementara ara melongo melihat raja menangis dalam pelukan nya, dia tidak percaya apakah yang memeluknya ini raja, atau roh nya? lamunan ara tersadarkan oleh suara raja yng terus menerus seperti membesar, ara pun mengangkat tangannya untuk mengusap punggung lebar raja.

"raja ngga usah nangis, kenapa emang kok bisa nangis? Mimpi buruk ya, ayo berdiri" ara pun membantu raja untuk berdiri dan menuntunnya agar duduk dikasur.

"Kenapa?" ara mengusap air mata raja yang terus menerus mengalir membasahi pipinya.
Raja tidak menjawab dia kembali memeluk ara dengan erat, dan menggelamkan wajahnya ke cekuk leher putih ara, raja masih tidak menjawab kini ruangan ini hanya dipenuhi oleh tangisan raja dan suara menenangkan ara yang membuat raja perlahan mengantuk.

"Mending raja lanjut tidur, biar ngga pegel kyk gini" namun saat ara akan melepaskan pelukannya justru raja mempererat pelukan nya, dan menggelengkan kepalanya.

Ara menghela nafasnya dengan pelan, dan menepuk-nepuk punggung raja dengan pelan rasanya bahunya mulai memberat, dan itu tandanya raja mulai terlelap dalam dekapan dirinya.

ara pun perlahan-lahan membaringkan raja dikasur, dan membenarkan posisinya agar lebih nyaman, ara berfikir mengapa raja begitu berat, dia pun menyelimuti raja hanya sebatas dada tak lupa dia menyalakan ac agar ruangan ini tidak panas, karena selimut yang dipakai raja ini agak tebal.

You 're Mine Babe  Only mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang