ORANGTUAKU TERLUKA
Aku tidak dapat melihatnya, namun
sangat menyiksa. Aku berusaha menarik keluar ular itu dari bagian ekornya dengan kedua tanganku sambil menahan sakit. “Aakkh!”
“Kamu kenapa, Nando?” Shally terdengar semakin panik.
Aku tidak dapat memandang Shally karena perhatianku masih terpusat pada ular yang sedang kutarik. Ular itu membakar tanganku dengan api kebiruannya. Dengan sekuat tenaga, aku menarik ular itu keluar dari dadaku sambil menahan penderitaanku, rasanya seperti aku sedang mencabut paru-paruku sendiri.
“Iyyaakkk!” aku berhasil mencabutnya.
Tanpa berpikir, aku langsung melempar ular itu kedepan mengenai layar besar yang memusati ruangan bioskop. Ular itu terhempas dan membuat layar besar itu meletus seperti kembang api.
"Rusak!"
"Aaaa!" Semua orang bersorak ketakutan. Ruangan yang tadinya hening kini telah berubah menjadi gaduh. Semua orang berhamburan mencari jalan keluar.
Shally juga buru-buru menarikku keluar ruangan. “Kamu duluan saja,” kataku, lalu Shelly bergegas meninggalkanku tanpa berpikir panjang.
Ular yang telah kuhempaskan tadi, kini telah raib dan tidak muncul lagi. Sementara manusia yang matanya memancarkan api kebiruan tadi, saat ini baru kusadari telah berubah menjadi makhluk berbeda ketika aku baru melihatnya lagi. Lehernya yang telah dikalungi ular kobra tadi, kini telah berubah bentuk hingga menyerupai bentuk ular yang kuhempaskan tadi, sedangkan tubuhnya memancarkan api kebiruan dengan bentuk yang aneh. Dadanya telah melebar, gumpalan otot dadanya terlihat sangat kuat. Lengannya memanjang dua kali lipat, dan tangannya membesar seukuran dadaku. Kakinya memanjang seperti kaki sapi, begitu juga pahanya. Sekarang kepalanya terbakar seperti bola biru yang menyala. Di tangannya terlihat pancaran kekuatan aneh yang dapat kurasakan mengerikan.
“Eaakk!” Ia melesat dari kursinya, aku yang telah bergenerasi pun melesat juga untuk membenturnya.
"Aaaagh!" Aku berhasil menyasarkan tanganku yang sekeras baja ke dadanya, seperti palu yang menghantam batu. Pukulanku yang menghantam tubuh makhluk itu menghasilkan kepulan api kebiruan yang hampir memenuhi ruangan.
Namun, tetap saja aku juga terhempas ke tembok. “Akh!”
Dan itu membuat bagian punggungku terasa nyeri. Ketika aku mulai merangkak bangkit, kepulan api itu mulai pudar seperti asap rokok. Dan saat itu aku baru melihat, bahwa bagian dada makhluk itu berlobang sebesar dua kali lebih besar dari kepalan tanganku. Perlahan makhluk itu meluruh seperti boneka pasir yang tertiup angin, kemudian meledak menjadi serbuk biru, lalu musnah saat itu juga.
Walau makhluk itu telah lenyap, namun hawa mengerikannya masih tersisa di dalam gedung bioskop. Tidak ada siapapun di dalam bioskop selain aku, sisanya hanya deretan kursi dan layar yang masih meletup-letupkan listriknya yang tersisa. Bahkan makhluk-makhluk aneh yang mengitari ruangan tadi, kini telah buyar tanpa kusadari.
Ketika aku mulai beranjak keluar ruangan, ada yang terasa aneh di belakangku. Ketika aku menoleh, makhluk yang kuhancurkan tadi kembali utuh menjadi manusia. Begitu telah utuh dan membuka matanya, makhluk itu melesat meninggalkanku.
-o0o-
Begitu aku keluar ruangan, Shally langsung menyambutku. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Shelly.
Aku menggeleng, kemudian berkata. “Kita harus cepat pergi dari sini, sebelum tempat ini dipenuhi orang-orang.”
Kami meninggalkan TRANSMART. Aku kembali mengemudikan mobil, sedangkan Shally yang duduk di kursi depan bagian kiri, tangannya gemetar. Kurasa ia akan membawa hawa menakutkan itu pulang.
-o0o-
Shally pulang setelah mengantarku. Meski suasana hatiku masih rimbun karena pertarungan di dalam gedung bioskop, tapi aku cukup senang bisa keluar bersama gadis itu, walaupun tidak berbicara seperti malam di tempat study tour.
Namun begitu aku masuk ke dalam rumah, suasana hatiku yang damai langsung meleleh melihat Ayah dan Ibuku terkapar di ruang tamu dengan luka tusuk di tubuh mereka. Hatiku yang tadinya berbunga-bunga langsung melesak seketika.
"Oh tidak!"
FREEZE
MARATOOONNN!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destinable of Light
FantasySebagai manusia setengah siluman yang dibesarkan di alam manusia, ada dua hal yang melilit kehidupan Nando: Pertama, berada di alam manusia tanpa direndahkan namun harus mempertaruhkan hidupnya setiap waktu. Kedua, berada di alam Tumaya tanpa mengha...