#35

0 0 0
                                    

TENTANG BANGSA NUZ

Entah bagaimana aku bisa memperkirakan gerakan lelaki itu dengan pendengaranku, dan hal itu benar-benar terjadi. Akan tetapi, serangan makhluk itu terlalu cepat meskipun aku bisa memperkirakan serangannya dengan begitu akurat.

"Aagh!" Aku kembali terhempas dan menabrak dinding marmer di tepi arena.

Sorak sorai kembali memenuhi arena. Ketiga Lensana pun berdiri seraya bertepuk tangan. Senyum ayahku terlihat memudar ketika mendekatiku di arena bersama ketiga Lensana lainnya. Aku tahu ia kecewa karena aku dikalahkan.

“Kamu memang perlu berlatih lagi nak,” kata ayahku.

“Anakmu memang unik Ariuz,” kata Lensana Hijau kepada ayahku sambil memandangku. "Dia bisa bertahan melawan salah satu Panglima terbaik pasukan siluman."

Pujian itu sempat membuatku berpikir kalau aku cukup tangguh, tetapi aku menyadari jika tak ada satupun dari bangsa Jin Hal yang pernah dikalahkan bangsa Siluman selain aku. Dan itu pasti cukup mencoreng nama Gen Biru.

“Bersiaplah nak,” kata Lensana Merah padaku.

“Jamuan makan malam akan diadakan nanti malam untukmu,” kata ayah padaku, sebelum tubuhnya diselimuti kabut berwarna biru seperti Lensana lainnya.

Kemudian ketiga Lensana menjadi hologram, kemudian menjadi kabut dengan warna masing-masing dan lenyap. Aku benar-benar terpukau dengan cara mereka pergi.

-o0o-

Perlahan-lahan aku mulai terbiasa hidup dengan segala keanehan di alam Tumaya. Namun mengingat alam yang sebelumnya membuatku merindukan Ayahku, Ibuku dan juga Shally. Aku merindukan kabar mereka.

Tiba-tiba seekor singa bersayap yang ditunggangi Nero terbang bebas puluhan meter di depanku, tetapi aku yang duduk di atas langkan marmer di tepi jembatan hanya fokus pada ingatanku sambil memandangi mentari sore yang tenggelam di ujung lautan. Singa bersayap itu mengitar sekitar lima meter di atas kepalaku, lalu kakakku—Nero terjun bebas dari punggungnya. Kemudian bertengger di sampingku. Pemuda itu menekuk lututnya hingga setengah duduk.

“Kamu sedang memikirkan apa?” tanyanya membungkuk.

“Orangtua, dan temanku,” jawabku.

“Kau merindukan mereka? Apakah benar begitu?” tanyanya lagi.

“Iya,” jawabku singkat tanpa memandangnya.

Pemuda itu kemudian menurunkan badanya kemudian duduk menghadap ke lautan sepertiku.

“Lima tahun lalu aku juga pernah berada di situasimu,” suaranya terdengar santai.

“Bagaimana maksudmu?”

“Sebelum berada di alam Tumaya, aku juga tinggal dengan orangtua angkatku.”

Ucapannya kali ini cukup mengejutkanku. “Orangtua angkat?” aku ingin bagian ini diperjelas.

“Iya,” jawabnya. “Aku dibesarkan oleh manusia biasa di alam mereka.”

Baik, pemuda ini cukup menghiburku, karena dia telah berhasil membuatku merasa tidak sendirian sebagai manusia setengah siluman yang dibesarkan di alam berbeda.

“Aku dibesarkan di alam manusia biasa. Selalu berpindah sekolah tiap kali ada temanku yang mulai curiga ada yang aneh dalam diriku. Hal itu terus terjadi selama berulang-ulang, hingga bangsa Nuz menyerangku.”

“Nuz?”

“Bangsa Jin yang menguasai Samudra Hindia,” Nero menatap dalam-dalam ke arah samudra yang terbentang luas di hadapan kami. “Mereka akan membunuh semua yang berkaitan dengan bangsa Jin Hal.”

“Kenapa?”

“Mereka bermusuhan dengan bangsa Jin Hal,” kata kakakku. “Kau beruntung hanya diincar oleh Jin Nuz dari kelas terendah, tapi sekarang aku harus mengatakan, bahwa hidupmu telah dalam bahaya.”

“Aku berada di sini karena Vampir, bukan karena bangsa Nuz,” sanggahku.

“Bangsa Nuz terbagi menjadi beberapa tingkat, dan tingkat yang paling bawah itu seperti vampir yang dapat dilenyapkan dengan mudah.” Ia menatapku dalam-dalam. “Dan itu bukan Vampir.”

Aku bahkan tidak dapat berkutik menghadapi makhluk yang dianggapnya lemah. Dan penuturannya hanya membuatku mengerti bahwa masih banyak hal yang belum kumengerti tentang hidupku. “Bagaimana kau tahu hidupku dalam bahaya?"

Nero menghelan napas. “Seratus tahun sebelum perang dunia pertama dimulai, bangsa Nuz menyerang Tumaya dan memusnahkan istri dan generasi pertama bangsa Jin Hal... hanya Abraka dan Retra yang berhasil bertahan dari generasi itu. Karena itu, Ketiga Lensana memutuskan untuk merahasiakan keberadaan istri dan keturunan selanjutnya. Namun bangsa Nuz tidak akan pernah cukup puas dengan hal itu, mereka terus mencari tahu keberadaan kita. Mereka memiliki cukup banyak mata-mata di luar sana, bahkan manusia biasa menganggap mereka manusia.”

Sambil menerawang beberapa ingatanku, aku mengamati gadis-gadis yang berjalan mengambang di atas jembatan yang terbentang di hadapan kami dan letaknya lebih bawah dari jembatan yang kami duduki. Barisan mereka seperti barisan dayang-dayang.

“Aku sering menjumpai makhluk dengan mata aneh di beberapa toko dan restaurant, tapi mereka tidak menyerangku.”

“Mereka mungkin masih belum menyadarimu, mereka akan menyadari keberadaanmu setelah kekuatanmu cukup besar. Dan rata-rata Jin Hal berhasil ditemukan pada transforrmasinya yang ke-8 atau ke-9, tepatnya pada usia ke 18 tahun.”

“Sekarang aku mengerti.”

“Apa yang kau mengerti?”

“Pada hari transformasiku yang ke-9, aku berhasil membunuh makhluk aneh di gedung bioskop... Namun sayangnya makhluk itu berhasil bangkit dan melarikan diri dariku.”

“Itulah yang membuat mereka berada di level yang lebih tinggi dari Vampir yang kau hadapi.” Nero mencengkeram langkan yang ia duduki. “Mereka bisa mengalami cacat seumur hidupnya setelah dilumpuhkan tapi tidak akan pernah bisa mati.”

“Apa aku akan berjumpa lagi dengan mereka jika aku mengunjungi orangtua angkatku?”

Nero meringis. “Entahlah, yang jelas mereka akan menyerangmu dengan kawanan yang lebih banyak dari sebelumnya jika mereka berhasil menemukanmu lagi.”

Aku baru menyadari, bahwa mentari telah terbenam belasan menit yang lalu saat melihat api mulai muncul secara ajaib di atas obor yang terbuat dari marmer yang berderetan dengan langkan jembatan. Langit yang memayungi alam Tumaya telah mulai gelap, dan bintang-bintangnya mulai berkedip dengan sinarnya. Sementara bangunan-bangunan di sekelilingku mulai dicerahkan cahaya kabut. Suasana di Tumaya ternyata sangat asri ketika malam. Dan obor-obor di tepi jembatan dapat berfungsi sebagai penghias juga ternyata, sangat indah kelihatannya.

“Hari telah malam.” Nero bangkit dari tempat duduknya. “Ayo kita bersiap, jamuan makan malammu akan diadakan malam ini.”

Singa bersayap miliknya melintas di hadapan kami, dan Nero meloncat saat itu juga. "Ayo naik!" Ucap pemuda itu ketika berhasil mengarahkan singanya untuk mendarat di atas jembatan agar aku bisa menaikinya.

Aku mengangguk, lalu turun dari jembatan, kemudian menaiki Singa itu. Setelah aku duduk dengan mantap, Nero menepuk leher singa itu sambil berkata, "Berangkat!"

Dan singa itu melesat membawa kami terbang di atas Tumaya.

FREEZE

The Destinable of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang