#20

4 0 0
                                    

RUMAH SHALLY BUKANLAH TEMPAT YANG AMAN

Aku mendatangi sebuah alamat yang sesuai dengan alamat yang telah diberikan Shally. Begitu tiba di depan rumah berlantai dua dengan banyak lampu neon yang berderet di taman halamanmya, Shelly telah menungguku di depan pintu. Aku membuka iintu mobilku, dan Shally menyambutku dengan hangat.

"Aku telah menunggumu dari tadi."

“Bagaimana lukamu?” tanyaku begitu keluar dari mobil.

Shally menjawab dengan anggukan disertai dengan senyum yang lebar, dan itu cukup membuatku yakin dia baik-baik saja.

"Aku kira kamu tidak akan datang,” ujarnya.

Aku hanya memberi senyuman, lalu gadis itu mempersilahkanku masuk, “Ayo.”

Rumahnya cukup luas. Rumah itu termasuk Rumah yang terbesar di antara rumah-rumah mewah di sekitarnya. Rumah itu memiliki 4 pilar di terasnya. Ketika aku memasuki rumah itu, terdapat banyak tamu di ruang utama. Dan tidak perlu kujelaskan bagaimana luasnya, karena sebaiknya kau menyimpulkannya sendiri.

Ada banyak tamu yang datang di pesta ini, namun sebagian besar dari mereka berusia setengah baya. Pakaian merekapun terlihat cukup rapi dan terpandang, aku simpulkan mereka adalah rekan-rekan bisnis orangtua Shally. Sisanya adalah remaja sepertiku, aku yakin mereka semua adalah teman Shally.

“Ini adalah Nando, Mom,” Shally memperkenalkanku pada Ibunya.

“Selamat ulang tahun, Tante,” kataku.

Ibunya tersenyum. “Oh terimakasih iya nak, sudah mau datang,” kata wanita itu.

“Sama-sama, Tante,” jawabku.

Lalu wanita itu kembali sibuk menyambut tamu,-tamunya yang terlihat sangat diistimekannya. Shally membawaku merenggang dari keramaian, namun tidak terlalu banyak mengajakku berbicara, ia nampak canggung. Ia hanya menceritakan beberapa hal tentang Ibunya.

"Ibuku lumayan sibuk, ia mengajar di beberapa kampus,” tuturnya.

“Selain itu, dia punya bisnis properti. Jadi tamu-tamu yang datang ini rata-rata teman-temannya sesama dosen kalau bukan klien atau partner kerjanya.”

“Ayahmu?”

“Ayah lebih sibuk lagi, dia Kontraktor bangunan. Dia jarang sekali berada di rumah, dia selalu bolak balik keluar daerah, bahkan keluar negeri.”

Shally terus bercerita, dan aku terus mendengarkannya, hingga dua bayangan berwarna hitam pekat melintas di depanku dan mengitar di sekitar ruangan. Manusia biasa memang tidak bisa melihatnya, tapi kau tentunya tau bahwa aku berbeda.

“Kadang aku khawatir...” Shally terus bercerita, namun konsentrasiku telah buyar semenjak kedua makhluk itu terlihat.

Makhluk-makhluk itu terus mengitar untuk sesaat, kemudian masuk ke ruang kosong yang terhubung dengan ruang utama. Aku ingin tahu kemana makhluk itu, tapi tidak mungkin aku meninggalkan Shally tanpa alasan. Akan terlihat aneh jika aku langsung menghilang dari penglihatannya. Akan tetapi, sepertinya hal itu sudah tidak perlu, karena dua orang dewasa dengan jenis kelamin berbeda nampak keluar dari arah dimana makhluk tadi menghilang. Aku yakin itu adalah mereka, tidak! Itu memang benar mereka, aku dapat merasakan hawa aneh dari tubuhnya, hawanya begitu kuat. Aku tidak mengerti bagaimana aku dapat merasakannya, tapi sepertinya mereka memang bukan makhluk biasa.

“Nan?” Shslly menegurku.

'Sial!' Umpatku dalam hati, aku jadi berpikir sendiri. “Iya Shel?”

“Ada sesuatu yang harus kuambil di atas, kamu tidak apa-apa aku tinggalkan sendiri di sini?” tanya Shally, ia terlihat begitu kaku kali ini, seolah napasnya telah tercekal saja.

Aku memberinya isyarat, bahwa memang benar aku tidak keberatan jika dia meninggalkanku. Beberapa puluh detik setelah itu, Shelly mencolek Ibunya, kemudian berkata, “Mom, Shelly ke atas dulu iya, Mom.”

Ibunya yang terlihat begitu sibuk dengan tamu-tamunya hanya menjawab dengan anggukan. Selanjutnya, perhatian Ibunya kembali tertuju pada rekan-rekannya yang baru tiba.

Dan kali ini Shally tidak banyak bicara, ia langsung menaiki tangga bundar menuju ke lantai atas rumahnya. Aku sedikit heran, kenapa dia tiba-tiba begitu. Padahal sebentar lagi acara akan segera dimulai, tapi ia malah meninggalakan ruangan. Sebenarnya aku memiliki bergumpal-gumpal kecurigaan, bahwa ia tengah menyembunyikan sesuatu. Tapi aku coba menutupi kecurigaan itu dengan hal-hal yang baik, mungkin Shally tidak menyukai keramaian.

“... TERIMAKASIH TELAH DATANG KE ACARA YANG SEDERHANA INI.”

Aku baru sadar, bahwa Ibunya telah membuka acara. Tidak, konsentrasiku kembali pecah menuju ke makhluk jadi-jadian itu, mereka terlihat menyapu ruangan dengan matanya. Mereka mungkin sedang mencari seseorang, setiap wajah diperhatikannya dengan sekilas, tapi siapa yang mereka cari. Acara telah dimulai, tapi... 

"Ah iya, Shally tidak terlihat di ruangan ini. Tidak salah lagi! Mereka memburu Shelly."

Aku baru ingat, Shally pernah mengatakan, jika dia diburu oleh banyak vampir! Aku mundur beberapa langkah menelusuri orang-orang di keramaian itu, lalu segera melesat menuju ke lantai atas. Jangan sampai kedua makhluk itu menemukan Shally lebih dulu dariku. Aku menelusuri koridor atas rumah Shally.

Ada beberapa kamar yang telah kulintasi hingga aku berhasil menembus ruangan terakhir, dan berhenti di tepi balkon. Aku memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, dan membiarkan konsentrasiku membulat pada satu titik fokus agar bisa menerka dengan tepat di mana Shally berada saat ini.

Semakin kuhanyut dalam titik fokusku, ada sesuatu yang mengalir dari dalam dadaku dan memusat di otakku. Lalu tiba-tiba hawa vampir itu terasa semakin keras. Sontak mataku terbuka, dan refleks menoleh pada balkon kamar yang berada tidak jauh dari tempatku. Terlihat Shally sedang duduk merenung di pinggir balkon. Aku meloncat dari tempatku berdiri menuju ke tempat Shally.

Gadis itu terkejut, namun aku tidak sempat bicara. Hawa kedua makhluk aneh itu kurasakan telah semakin dekat. Tanpa berpikir panjang, aku membopong Shally dan melesat dari atas balkon hingga ke jalan. Aku terus melesat secepat yang aku bisa, terus beradaptasi seringan mungkin yang aku bisa agar aku tidak terkejar oleh makhluk jahat itu.

“Turunkan aku,” bisik Shally tepat di telingaku.

Hal itu membuatku mendadak berhenti di tengah jalan raya. Lalu menurunkan Shally dengan hati yang terpaksa. Aku masih belum mengerti dengan sikapnya. 

"Cepat pergi!” serunya.

“Kenapa?” tanyaku yang masih bingung.

“Mereka berbahaya,” Shally terlihat sangat panik, wajahnya seperti memburu dari arah kami datang.

“Kamu bisa dibunuh!”

“Aku mau melindungi kamu Shal!” seruku lebih keras dari seruannya.

"Tidaakk!" seru Shally yang terkejut melihat sebuah mobil yang hampir sama akan menabrak kami.

Beruntung mobil itu dapat menghindar dari kami. Setelah melewati kami, mobil itu mendadak berhenti pada jarak yang tidak seberapa jauh dari kami. Pintunya terbuka, lalu seorang pria keluar dan meneriaki kami, “Woe! Kalian mau mati!”

Mendadak juga hawa vampir itu membakar dadaku.

"IYYAAK!"

Lengkingan suara vampir itu begitu nyaring di belakang tubuhku.

FREEZE

bantu revisi iya guys, typo bertebaran dimana-mana...

The Destinable of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang