Prologue

37 15 0
                                    

Disclaimer:

Cerita yang disajikan berpotensi menyinggung isu-isu sensitif seperti bunuh diri, depresi, kecemasan, dll. Harap dimengerti bahwa cerita ini ditujukan untuk tujuan hiburan, refleksi, dan pemahaman lebih dalam tentang isu-isu yang rumit. Sebagian besar dari kisah ini adalah fiksi.

*

Di tengah taman yang bersemu hijau dan penuh dengan keindahan, terletaklah pohon pengetahuan tentang baik dan jahat, menjulang menjulang dengan buah terlarang. Di dalam taman ini, Adam dan Hawa hidup dalam damai yang tak tertandingi. Namun, ketenangan ini terbayangi oleh satu larangan, sebuah batasan yang memanggil untuk diuji.

Hawa, dengan matanya yang memancarkan rasa ingin tahu, merasa tertarik pada buah terlarang itu. Dan di saat rayuan iblis pertama menggema di pikirannya, Hawa merengkuh buah itu dan memberikannya pada Adam. Dalam satu gigitan, dosa telah dikenal oleh manusia, dan dengan itu, lahirah tujuh iblis dosa besar.

Kesombongan merayap di dalam diri mereka, membuat mereka merasa setara dengan Sang Pencipta. Iri hati menumbuhkan benih kecemburuan dan persaingan di dalam hati mereka. Kemarahan membara, memisahkan mereka dalam pertikaian pertama mereka. Kemudian, datanglah ketamakan yang tumbuh dalam hati mereka, menggebu-gebu dengan hasrat akan hal-hal dunia yang semakin mendalam.

Kerakusan membakar jiwa mereka, merusak rasa syukur dan keseimbangan. Nafsu birahi membangkitkan keinginan tak terkendali yang menggelora. Dari buah terlarang itu, lahirlah dosa-dosa yang menjadi pengecut dalam jiwa manusia.

Namun, cerita ini tak hanya terhenti di taman Eden. Fenomena ketamakan terus berlangsung, meluas melampaui waktu dan generasi. Seiring berjalannya waktu, manusia terus tergoda oleh ambisi dan keinginan tak terpuaskan. Dari zaman ke zaman, peradaban tumbuh dan runtuh, tetapi ketamakan tetap bertahan.

Bahkan setelah masa pasca-apokaliptik, ketamakan masih menghantui sisa-sisa manusia yang bertahan hidup. Sisa-sisa masyarakat saling berjuang untuk sumber daya yang langka, mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dalam usaha untuk bertahan hidup. Kehancuran dunia yang sebelumnya makmur menjadi bukti nyata bagaimana manusia, dalam ketamakan mereka, menghancurkan diri mereka sendiri.

Di tengah semua ini, tujuh iblis dosa besar kian menguat, tumbuh dalam bayangan dosa-dosa yang mewarnai sejarah manusia. Kesombongan, iri hati, kemarahan, ketamakan, kerakusan, nafsu birahi, semuanya telah berkembang menjadi kekuatan yang tak terbendung dalam jiwa manusia.

Dalam zaman gemilang yang tak terhingga, Lucifer, iblis Kebanggaan, muncul sebagai cermin ambisi yang mengilhami manusia. Di tengah monumen kreativitas dan penghormatan, ia memicu nafsu akan pengakuan dan kebesaran, mendorong manusia untuk menjelajahi potensi mereka dengan kebanggaan yang tak terkendali.

Ketika era perubahan dan inovasi mencuat, Mammon, iblis Keserakahan, menghiasi masa-masa kejayaan dengan harta yang membutakan. Di tengah pesona kemakmuran dan pencapaian material, ia merayu manusia untuk mengabaikan esensi hidup yang lebih dalam, mengejar harta dan keuntungan.

Leviathan, iblis Kerakusan, menjalar di era pengembangan dan penjelajahan. Di dalam lautan pengetahuan dan penemuan, ia merasuki jiwa manusia dengan keinginan tak terpuaskan untuk melibatkan diri dalam segala hal, menghancurkan keseimbangan antara kebutuhan dan pemuasan.

Zaman digital membuka pintu bagi Asmodeus, iblis Nafsu Birahi, untuk membangun kerajaannya. Di dunia maya yang menggoda, ia menghasut manusia dengan nafsu tak terkendali, mendorong mereka menuju kenikmatan yang sementara dan tanpa batas.

Beelzebub, iblis Invektif, mengambil peran di tengah era koneksi global. Dalam dunia yang terhubung, ia menyebarkan racun iri hati dan ketidakpuasan, menciptakan benteng kebencian dan persaingan yang melingkupi jiwa manusia.

Ketika masyarakat bergulat dengan akibat perbuatan manusia, Belphegor, iblis Malas, mengendalikan pikiran manusia di zaman pasca-apokaliptik. Dalam dunia yang hampir padam, ia menciptakan budaya kelesuan dan ketidakpedulian, menjebak manusia dalam lingkaran tanpa akhir.

Di dunia yang penuh dengan ketidakpuasan dan ambisi tanpa akhir, tujuh iblis dosa besar telah menjadi penguasa tak terlihat. Mereka telah merayapi jiwa manusia, mengendalikan pandangan dan pilihan mereka. Meskipun berada di balik layar, pengaruh mereka begitu kuat dan merajalela, seperti bayangan gelap yang tak pernah menghilang.

Dalam pergolakan jiwa dan dunia yang penuh dengan dosa dan ketamakan, sebuah pertanyaan muncul: Apakah manusia akan terus terjebak dalam lingkaran dosa ini, atau mungkin, di tengah kegelapan itu, ada harapan untuk menemukan cahaya jalan keluar? Kesombongan, iri hati, kemarahan, ketamakan, kerakusan, nafsu birahi - tujuh iblis dosa besar - siapakah yang akan mengalahkan siapa? Itulah tanda tanya besar yang melayang di udara, mengawali kisah yang gelap dan merangkai jejak dosa dalam perjalanan manusia.

Seven Deadly CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang