#5 Sloth - Happy New Year [END]

1 0 0
                                    

Disclaimer:

Cerita yang disajikan berpotensi menyinggung isu-isu sensitif seperti bunuh diri, depresi, kecemasan, dll. Harap dimengerti bahwa novel ini ditujukan untuk tujuan hiburan, refleksi, dan pemahaman lebih dalam tentang isu-isu yang rumit. Sebagian besar dari kisah ini adalah fiksi.

*

31 Desember 2022

Malam tahun baru semakin mendekat, dan suasana di dalam kamar rumah sakit semakin tegang. Alyssa masih terjebak di sana, berpura-pura sakit untuk menghindari pihak berwenang yang mencurigainya. Adiknya menunggu di luar, meminta pengabulan reunifikasi pada tahun baru yang telah dijanjikannya.

Di sisi lain, kondisi Victor semakin merosot. Tubuhnya terasa semakin lemah, bahkan untuk berbicara saja menjadi suatu tantangan. Selang oksigen yang melekat padanya semakin menyesakkan napasnya, dan kegelapan yang merasuki pikirannya semakin dalam. Semua beban yang ia rasakan seolah menghimpitnya, dan ia merasa semakin terjebak dalam situasi yang tak ada jalan keluarnya.

Alyssa merasa tertekan oleh tanggung jawabnya. Kedekatan dengan Victor dan keadaannya yang semakin memburuk membuatnya merasa harus bertindak dengan cepat. Namun, ia juga harus menjaga diri agar tidak terlalu mencurigakan di hadapan pihak berwenang. Setiap helaan nafasnya, setiap detik waktu yang berlalu, semuanya terasa sangat berarti dalam permainan waktu yang semakin sempit.

Di dalam kamar rumah sakit yang sepi, Alyssa berdiri di dekat pintu dengan sikap acuh tak acuh. Dia melirik ke arah tempat Victor terbaring, menghadapinya dengan wajah yang tampak tidak terlalu peduli. Ada sesuatu dalam ekspresi mata Alyssa yang mencerminkan ketidakberdayaan, namun dia tetap mempertahankan sikapnya yang dingin.

"Selamat tinggal, Victor," ucapnya dengan nada datar dan arogan. Dia memang selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan perasaannya.

Sementara itu, Victor terbaring di tempat tidurnya dengan mata yang lelah. Dia merasakan beratnya selang oksigen yang melekat pada hidungnya, membuatnya sulit untuk berbicara. Meskipun dia ingin merespon, kata-kata hanya berdiam di tenggorokannya. Dia merasa kelemahan fisik dan emosional yang begitu mendalam.

Seketika, Alyssa mengangkat bahu dan berbalik menuju pintu. Tindakannya seperti telah menjadi rutinitas, mungkin tidak ada makna khusus bagi dirinya. Mungkin dia tidak peduli tentang akhir perjumpaan mereka. Kedua orang ini adalah bagian dari cerita yang berbeda, yang hanya tersambung dalam konteks yang kelam dan tak terduga.

 Victor terbaring lemah dengan selang oksigen yang tersambung pada hidungnya. Wajahnya pucat dan lesu, mencerminkan perjalanan hidup yang penuh dengan penderitaan. Di ujung nafasnya yang terengah-engah, ada perang batin yang mengadu antara hasrat untuk tetap hidup dan tekad untuk mengakhiri penderitaan.

Namun, dalam dunia imajinasinya, Victor menjelajahi keindahan dunia yang pernah dia kenal. Dia membayangkan langit biru yang cerah, terhampar di atas padang rumput hijau yang luas. Cahaya matahari yang hangat menyinari wajahnya, memberikan rasa nyaman yang telah lama hilang. Victor merasakan angin lembut yang mengelus kulitnya, mengusir dingin yang telah merayapi tubuhnya selama ini. Imajinasinya membawanya kembali ke masa-masa ketika kehidupan belum membawa derita yang sedalam ini.

Namun, di tengah keindahan imajinasinya, ada keputusan yang sudah ia bulatkan. Tekad untuk melepas selang oksigennya semakin menguat, seakan menjadi jalan keluar dari segala keterbatasan dan penderitaan. Meski tubuhnya sudah pincang dan lemah, dia merasa bahwa inilah waktu yang tepat untuk mengambil langkah terakhir menuju kemerdekaan. Dia merenung tentang keputusan itu, merasa bahwa itu adalah pilihan terbaik yang bisa dia ambil.

Dua hal yang saling kontras—keindahan dunia yang terasa begitu dekat dalam imajinasinya dan tekad untuk mengakhiri hidupnya sendiri—menciptakan perang batin yang tak terbayangkan dalam diri Victor. Di satu sisi, ada hasrat untuk merasakan kembali kehangatan dan keindahan yang pernah dia nikmati. Di sisi lain, ada tekad yang telah mengakar dalam dirinya, mengajaknya untuk mengakhiri perjuangan yang tak kunjung berakhir.

Seven Deadly CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang