prolog

784 34 11
                                    

Ada satu hal soal Rachel Helena yang tidak berubah, terlepas dari apakah ia adalah seorang Tirtajana atau Assad, apakah ia ada di titik hitam atau abu-abu atau putih, dan apakah ia tiga atau empat belas tahun atau berapa saja.

Hal itu adalah ini: bahwa ia tidak bisa menyangkali cinta di dalam hatinya.

Dulu, cinta itu tidak bisa diwujudkan karena semua yang dicintainya pergi, kebanyakan dari mereka memilih pergi, sementara sisanya mungkin memang salah Rachel, seperti pada bagaimana ayam-ayamnya mati dan bagaimana Tuhan terasa manipulatif.

Itu dulu.

Sekarang, di dalam lembaran yang terasa seperti Langit dan Bumi yang Baru, Rachel bisa mewujudkan cinta itu. Di dalam ini, ia yang dicintainya memilihnya.

Rachel memikirkan ini dalam-dalam setiap kali ia berdiri di balkon unit Jared Assad sore-sore, dan lebih dalam lagi ketika ia menggenggam tangan pria itu.

Tangan sialan itu benar-benar memberinya umur panjang dan mengantarnya lebih jauh dari yang ia kira. Dan, ini aneh, tapi tangan penuh coretan vandal itu berhasil dengan caranya sendiri menekankan bahwa mereka sudah tiba di taman Eden yang baru—di sini, keintiman spiritual tidak hanya ada, tetapi juga abadi.

Dan ternyata, ini merupakan musim yang penuh sukacita tidak hanya bagi mereka, tetapi juga bagi Peter Assad dan Diane Taasatijana.

Hari itu, kedua orang tua Jared akan mengikat kembali tali pernikahan mereka yang telah putus. Tidak ada yang menduga ini akan terjadi. Namun, ini benar-benar terjadi.

Satu bulan lalu, Diane muncul di suatu siang di taman pemakaman di mana Rachel sedang menyambangi peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Dokter obgyn yang menangani Rachel dan seorang partisipan risetnya itu berkata bahwa ia tidak mengerti apa yang terjadi di momen-momen terakhir bersama Partisipan Nomor 50. Ia tidak paham soal ucapan Rachel yang mengatakan bahwa pengampunan dapat membatalkan kematian Eyang. Di atas segalanya, ia terpana ketika mesin periksanya yang bekerja dengan sangat baik menunjukkan hilangnya penyakit besar di perut Rachel.

Jadi mereka berbicara panjang, terlalu panjang untuk mertua dan menantu yang sengit. Di antara makam ibu dan ayahnya, Rachel bercerita hal-hal. Diane tertegun, kemudian ia melihat anak ini, kemudian ia menangis, dan mereka menangis bersama-sama.

Setelah percakapan itu, Diane menghampiri makam ibunya, berdamai dengan wanita narsis itu sebelum ia melakukannya dengan mantan suaminya. Sementara bagi Rachel, di langkah pertamanya meninggalkan makam orang tuanya, ia tahu bahwa ia sudah mempersilakan seseorang yang baru masuk ke dalam hidupnya dan menjadi orang tuanya yang lain.

Pasca mendapat kunjungan dari mantan istrinya, Peter Assad tidak menunggu lama. Ia segera melamar Diane kembali, dan sebelum siapa pun bisa mencerna semua itu, mereka sudah berada di dalam perjalanan menuju gereja tua itu, gereja tempat Rachel dan Jared mengikat janji suci dua setengah tahun lalu.

"Why the rush, Sayang?" tanya Jared ketika istrinya yang meminta untuk menyetir mobil, melarikannya begitu cepat menaiki bukit menuju gereja itu, padahal mereka masih memiliki banyak waktu.

Rachel tersenyum simpul. "Just having some fun."

Jared pernah beberapa kali disetiri oleh istrinya. Wanita itu paling senang menyetir di malam hari yang sepi, seperti ketika mereka pergi di dini hari untuk makan malam di lapangan parkir sebuah restoran cepat saji. Dan setiap kali mobil ini dibawa istrinya, Jared selalu sadar bahwa wanita ini benar-benar tukang setir.

Karena itu, pria itu begitu tenang di tempat duduknya, menikmati momen ini, mengikuti keluwesan wanita ini mengikuti sudut-sudut bukit. Rachel terlihat sangat rileks juga. Tangan kanannya mengendalikan kemudi, sementara tangan kirinya beristirahat pada persneling.

Rachel Assad & SonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang