Penyelamatannya sudah selesai.
Sudah satu minggu berlalu sejak itu keluar dari Rachel, dan hal itu menjadi lebih nyata bagi seluruh dunia dibanding bagi wanita itu sendiri.
Arya mengetahui Rachel Helena sejak lama sekali, sejak seragam anak itu biru putih, kemudian putih abu-abu, kemudian apa saja dan jaket kulit hitam itu, dan kemudian jas dokter yang nyaris tidak pernah ia kenakan. Di dalam semua itu, tidak pernah Arya melihat di mimpi terliarnya bahwa wanita itu akan mengenakan gaun berwarna putih terang, tersenyum sangat cerah, dan bersinar mempresentasikan tesisnya.
Sementara itu, di jajaran yang sama dengan Arya Salbatier dan istrinya, terdapat Wendy Kim dan suaminya, menyaksikan wanita itu berkata-kata dengan hikmat yang menghipnotis seisi ruangan, yang menjadikan semua orang anteng sementara sains dan filsafat teologis berciuman dengan mesra.
Di jajaran lainnya, menyebar di seluruh ruangan, adalah para partisipan riset Rachel Helena. Mereka semua sudah lama hilang. Mereka berpikir, apakah ini Khotbah di Bukit? Jika bukan, apakah ini rasanya mendengar Khotbah di Bukit oleh Yesus langsung? Begitu sedap di telinga, begitu meresap ke dalam hati. Ini hanya sains, tetapi entah bagaimana mereka merasa bahwa ada sesuatu tak teridentifikasi dalam diri mereka yang dilihat dan dibebat. Dan mereka tahu bahwa, setelah semua itu dilakukan, sesungguhnya mereka bisa mengampuni.
Itulah yang menjadi hangat yang menjalari hati Diane dan Peter Assad. Kenyataan bahwa wanita itu mengampuni, dan membawa kenyataan itu ke publik dalam terang yang mengilhami, yang membuat orang-orang berjalan dalam terang yang sama. Diane mengalami itu secara pribadi—bagaimana Rachel memimpinnya dengan contoh—dan sampai sekarang ia tidak yakin apakah ini nyata. Peter tahu sejarah ini, dan ia tahu putri Magdalene Tirtajana itu, yang berdiri di depan sana, adalah mustahil. Jadi sebetulnya, apa ini? Bagaimana bisa?
Beberapa figur dari jajaran direksi universitas juga datang ke sana. Mereka datang semata-mata karena ini adalah putri tunggal dari mendiang Reagan Tirtajana, kolega mereka yang sangat berjasa, berpengaruh, dan dihormati. Namun, segera setelah Rachel Helena berkata-kata, mereka tahu bahwa tidak ada keputusan yang lebih baik daripada menghadiri seminar itu. Rasa hormat yang mereka taruh pada Reagan melipat ganda karena pria itu berhasil membesarkan putrinya dengan begini baik.
Yang mereka tidak tahu, Rachel membesarkan dirinya sendiri. Dan yang mereka tidak tahu juga, Rachel sudah mengampuni hal itu dan dengan itulah ia memulihkan jiwa-jiwa.
Jadi karena itulah sorot mata Jared Assad begitu kental. Karena ia mengetahui semua itu. Ia berada di dalam segala apa yang membuat semua orang tertegun dan terheran-heran.
Pria itu berada di balik segala filsafat pahit yang berubah manis yang kemudian mengalir deras dari panggung itu. Jared bergulat siang dan malam dengan Allah demi ini, dan sekarang besar hasratnya untuk menghancurkan panggung itu dan membangun kerajaan di sana bagi istrinya, dan tidak kurang dari itu.
"Aku melihatnya, Jared," bisik Wendy kepada Jared yang seluruhnya terhipnotis. "Aku tahu kenapa kamu jatuh hati padanya."
Tatapan Jared tetap intens. Ia tidak menyangkalnya meskipun ia tahu, meskipun kita—sial—meskipun seluruh botol alkohol dan iblis di apartemen jelek Rachel tahu bahwa pria itu tidak mencintai istrinya karena itu. Sejak awal, cinta Jared kepada Rachel tidak pernah karena, melainkan selalu terlepas dari.
Jared Assad mencintai Rachel Helena ketika wanita itu masih najis, sebagaimana Yesus mencintai dunia ketika mereka masih berdosa.
Ketika presentasi itu berakhir dan seminar itu usai, Rachel mendatangi keluarga dan teman-temannya di depan ruangan. Para partisipan mengangguk penuh hormat, mengatakan terima kasih dan selamat. Kekaguman dari para jajaran direksi melayang ke arahnya. Kedua mertuanya memeluknya. Arya tidak banyak bicara, dan hal itu bermakna besar. Sementara dari Vanesha, sebuah tatapan penghargaan juga kalimat Papa pasti bangga.
Dengan begitu, Rachel tahu bahwa Tuhan menjawab doanya. Sebelum progres tesis itu dimulai, Rachel berdoa agar Tuhan mempermuliakan diri-Nya melalui itu. Sekarang, nyata bahwa Ia tidak hanya dipermuliakan, tetapi juga dihayati.
"Oh, Rachel dear, that was so beautiful." Wendy Kim memeluk Rachel ketika massa sudah menyepi dan ia mendapat bagiannya untuk menyalami wanita itu. Wanita itu sangat cantik dan segalanya, tetapi yang membuat Wendy hanyut adalah setiap perkataannya. "Aku mencintai semua dari itu."
"Terima kasih, Bu. Tuhan Yesus sangat baik," puji Rachel, dan ia bersungguh-sungguh.
"Sebentar lagi ia akan menawarkan kontrak penerbitan," goda Josiah tentang istrinya. Pria itu tersenyum lebar dan menatap Peter ketika menyanjung menantu temannya itu, "Tapi aku tidak akan menyalahkannya."
"Ya, bagaimana?" Wendy menatap Rachel harap-harap cemas. "Mau, 'kan?"
"Sayang, dia membutuhkan istirahat dulu." Josiah menatap Rachel. "Shall we talk about it over lunch?"
Rachel menyukai Wendy yang begitu berapi-api dan antusias. "Sure."
Josiah dan Wendy berjalan di depan bersama Peter dan Diane, sementara Jared dan Rachel di belakang mereka. Jared menggenggam erat tangan istrinya itu. Ia tidak mengatakan apa pun sedari tadi. Tatapannya tak terbaca. Rachel mengindera sesuatu yang tidak biasa.
"Jared—"
"Don't say anything," titah Jared. Suaranya begitu rendah. Genggamannya pada tangan istrinya mengetat.
"Kamu baik-baik saja?"
"Tidak."
Rachel menatap suaminya. "Apa yang telah terjadi?"
Jared membalas tatapan istrinya. Wanita ini benar-benar adalah kematiannya. "Rachel Assad, kamu tahu dengan jelas apa yang telah terjadi."
Mendengar sedikit argumen di belakangnya, Wendy Kim berbalik. "Ada masalah?"
Jared mengalihkan tatapannya pada wanita itu. "Bukan sesuatu yang bisa diatasi di tempat ini," tandasnya. Saat itu, Rachel tahu apa yang telah terjadi.
Wendy bingung. "Okay," katanya akhirnya.
Ketika mereka berjalan kembali, sesuatu terjadi, sesuatu yang terasa berlangsung di semesta yang lain: perutnya mulas.
Ini menyenangkan baginya. Ini mujizat. Pernah ia percaya bahwa, di dalam segala usia dan segala musim, ia tidak kompatibel untuk kupu-kupu di perutnya. Mereka telah mati tanpa pernah hidup. Namun, dengan pria ini di sampingnya, Rachel tahu kupu-kupu itu telah bangkit, dan mereka abadi.
Penyelamatannya sudah selesai.
Dan untuk semua itu, Rachel berbisik, "Yang tadi itu untuk kamu, Jared. Terima kasih."
OOO
06/06/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Assad & Sons
RomanceRachel Helena sudah memasuki titik putih. Setelah titik abu-abu itu kalah mengenaskan di dalam mata Jared Assad suaminya, Rachel Assad memilih untuk beranjak ke titik putih dan mengandung bayi bagi pria itu. Dari sana, mereka memiliki lima orang an...