delapan

132 13 0
                                    

Keesokan paginya, Rachel terbangun dengan tubuh yang rontok. Tampaknya ia kelelahan. Mobil tuanya tiba-tiba saja mogok semalam. Akhirnya ia pulang dengan taksi. Keletihannya ditambah dengan ia yang mual-mual pagi ini dan harus muntah.

Hal itu membuat Jared tertekan di ujung yang lain di panggilan video mereka.

"I really hate the way you look right now, Sayang," kata pria itu di dalam kamar hotelnya. Tiga puluh menit lagi konferensi hari kedua akan dimulai, dan Jared tidak tahu cara yang lebih baik untuk membuat dirinya prima selain dengan melihat istri tersayangnya.

Rachel memang sedikit teler. Wajahnya lumayan pucat, tetapi ia menolak meninggalkan agendanya seharian itu: memenuhi daftar perlengkapan pesta untuk bayi Vanesha. Beberapa jam lalu Nina mengabarinya atas persetujuan dan kebahagiaan orang tua bayi itu soal ide perayaan itu. Mereka akan mengadakannya lusa.

"Aku baik-baik saja, Jared," kata Rachel sambil menyiapkan makan siangnya di dalam kotak bekal.

"Aku minta Mama untuk menemani kamu, ya?"

"Aku akan memintanya sendiri jika aku perlu."

Jared menghela napas pelan. "Oke." Pria itu benar-benar membenci jarak yang terbentang antara ia dan istrinya. Terbangun tanpa wanita itu di sampingnya membuatnya ingin memanipulasi ruang dan waktu. Apalagi sekarang wanita itu kelihatan sakit. "Would you fancy some massage, Sayang? Sam tahu masseur yang bagus."

"Oke. Nanti malam, bisa?"

"Sure. Pak Yakob sedang izin, tetapi Sam sudah menemukan supir untuk kamu. Aku memintanya datang pukul delapan. Seharusnya dia sudah di bawah sekarang."

"Terima kasih, Jared. Aku akan segera turun." Rachel meraih jaket kulit hitamnya dan menenteng tas bekalnya. "Kita tidak perlu memperbaiki mobil Mama. Kita bisa menyimpannya."

Pernyataan itu membuat Jared terpana sesaat. Ia tidak menyangka pemulihan itu akan sampai ke titik ini. Senyumannya terulas lebar. "Very well. Beri tahu aku tipe apa yang kamu inginkan untuk menggantinya."

"Oke. Aku akan berangkat sekarang."

"Be safe, Sayang. Telepon aku jika terjadi sesuatu."

Rachel meminta suaminya untuk berdoa bagi mereka berdua. Tidak lama kemudian, panggilan itu selesai.

***

Nyatanya, hari itu lebih sibuk dibanding yang Rachel duga.

Berhubung tim doa Rut batal berkunjung ke Anastasis kemarin karena Rachel ingin fokus menemani Vanesha bersalin, mereka menjadwalkan ulang kunjungan itu ke hari ini. Jadilah hari ini Rachel berkeliling di ruang-ruang rawat sampai letih.

Saat itu pukul satu. Rachel belum sempat ke toko-toko dan bakery untuk memesan kudapan buat acara besok. Ia menyadari bahwa bayinya memberi sinyal bahwa mereka membutuhkan istirahat. Jadi wanita itu membuka perbekalannya di kantin rumah sakit dan melahapnya di sana.

"Rachel."

Suara berat itu membuat Rachel mengangkat wajahnya dari makan siangnya. "Arya," sapanya pada pria itu. "Ada apa?"

"Boleh bicara sebentar?"

"Boleh, tapi gue hanya punya satu porsi."

Rachel Assad & SonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang