30|| Kita sama sama sakit

26 7 0
                                    





"MARII KITA BERKEBUN!" teriak Rendi lantang, dengan tangan mengepal yang diangkat setinggi mungkin ke udara.

"CANGKUL GUE ILANG." teriak Zhelfan panik. Ia lalu berputar putar mencari keberadaan cangkul miliknya yang hilang secara misterius.

"Lo selipin kali di telinga." celetuk Aura ngawur, sangat tidak masuk akal. Telinga sebesar apa yang bisa ditempati oleh cangkul, yang besarnya tidak kira kira itu?

"Aduhhh princess terlalu lelah, panas. Princess ini sangat membutuhkan istirahat." ujar Alina lalu menempelkan punggung tangan nya di dahi, mendramatis. Di hari libur yang seharusnya diisi dengan istirahat, nonton drakor, dan bermalas malasan di kamarnya. Hari ini anggota Dvl justru berkumpul di Everlight, untuk menanam benih benih bunga baru. Pasalnya, bunga yang lama telah mati karena diterjang oleh badai.

"Lebay lo!" timpal Keina lalu melemparkan segenggam tanah kearah Alina membuat baju gadis itu menjadi kotor.

"Anjing ya lo Kei." umpat Alina. Gadis itu menepuk nepuk baju berusaha membersihkan sisa sisa tanah yang masih menempel pada bajunya tersebut. "Gue capek." keluh Alina dengan wajah memelas.

Alina kemudian duduk di kursi panjang dengan sangat santainya. Tangan kanannya bertumpu pada kursi tersebut menopang tubuhnya yang kini berselonjoran memenuhi space.

"Enak banget lo ya, malah selonjoran di kursi." ucap Keina dengan senyuman manis. Meskipun begitu, salah satu tangannya sudah mengepal kuat, siap untuk menghajar Alina.

"Beuhh enak nya gak kira kira Kei. Lo mending sini gabung sama gue." ajak Alina berniat menghasut Keina agar gadis itu mengikuti ajaran sesatnya.

"Jangan ngehasut orang, bego! Dia lagi  bekerja keras itu, jangan diganggu dulu." tegur Aura membuat Alina menyengir kuda.

"ANJING! BANTUIN GUE BANGSAT!" teriak Rafha tiba tiba membuat anggota anggota Dvl lain menoleh kearahnya dengan perasaan khawatir. Namun ketahuilah, apalah Rafha jika sehari saja tidak membuat masalah.

"Lah, lo ngapain tolol?!" tanya Rega dengan tatapan heran. Rafha tengah menarik narik kakinya dari dalam tanah, entah apa yang sedang laki laki itu coba lakukan.

"KAKI GUE KETANEM GOBLOK. AARGHH GUE GAK MAU JADI POHON! BANTUIN CABUT KAKI GUE KEK, AELAHH!" teriak Rafha dengan kaki yang sudah tertanam di dalam tanah hingga sebatas lutut. Sementara teman temannya hanya bisa membuang nafas pasrah. Mungkin jika sehari saja tidak membuat masalah masalah aneh, Rafha akan langsung mengunjungi UGD sebagai pasiennya.

"LO MANUSIA! MANA BISA JADI POHON." greget Keina. Rasanya ia ingin sekali mencakar wajah laki laki yang berstatus sebagai pacarnya itu.

"BANTUIN CABUT!" Rafha masih saja berteriak dan sibuk sendiri dengan tumpukan tumpukan tanah yang mengubur kedua kakinya itu. Pada akhirnya Reyhan dan Rendi membantu menggali tanah, agar Rafha tidak berubah jadi pohon, katanya.

"Kaki lo ngapa bisa kekubur segala sih, tolol?!" tanya Rakha dengan segala keheranannya. Ia berpikir, mengapa Rafha bisa se absurd itu? Ia juga mengakui jika tingkahnya tidak jauh berbeda dengan Rafha. Tapi ia tidak sebodoh itu untuk menjadi pohon.

"Gabut." cengir Rafha membuat Reyhan dan Rendi berhenti menggali. Biarkanlah. Biarkan dia berusaha dan bertahan hidup sendiri. Mengapa mereka harus lelah demi menyelamatkan makhluk gila seperti Rafha?

"Mau gue bantuin? Gue ikhlas, ngubur lo dari ujung kaki sampe ujung rambut." ucap Razka sudah sangat pasrah dengan tingkah Rafha.

"Tidak akan kuserahkan nyawaku padamu!" ucap Rafha, dengan seribu dramanya.

LYOREZFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang