Deringan yang berasal dari handphone terdengar, mau tak mau membuat sang pemilik mengambil handphonenya dari kantung jaket dan mengangkat panggilan dari gadis yang kini sedang merantau ke negeri tetangga.
"Apa?" Suara beratnya menyambut pendengaran (Name) di sebrang sana.
"Lama tak jumpa, Gayhoon." Ledekan dari sang gadis sukses membuat lawan bicaranya langsung kesal.
"Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu, gadis brengsek!"
Terkekeh geli, (Name) mengabaikan omelan si pemuda dan memilih berbicara tentang hal yang ingin ia beritahu.
"Disini aku menemukan beberapa orang yang memiliki postur tubuh bagus untuk dijadikan anak didik mu, lumayan kan meramaikan padepokan mu yang sepi itu." Ucap (Name) sengaja menekankan beberapa kata untuk memancing emosi si pemuda lagi.
"Berhenti mengejek ku atau ku robek mulut mu ketika kita bertemu nanti."
"Ayolah, aku sudah membantu mu mencari orang yang memenuhi tipikal seperti yang kau bilang. Dan jika aku berhasil membujuk mereka untuk bergabung Taekwondo bahkan menjadi bagian dari tempat latihan mu, beri aku hadiah ya? Sebagai gantinya." Ucapnya lagi panjang lebar, dan untuk kalimat terakhir (Name) mengucapkan dengan sedikit semangat.
"Hadiah?"
"Iya, nomor bapak mu."
Detik itu juga panggilan dimatikan secara sepihak oleh si pemuda yang berada di Korea. Habis sudah tiga menitnya terbuang sia-sia untuk mendengar perkataan (Name). Memang betul seharusnya dia tidak mengangkat panggilan (Name) dari awal. Sedangkan gadis yang menjadi biang masalahnya justru menggerutu kesal sembari menatap ponsel di tangan kanannya.
"Bedebah belok, padahal aku sudah berbaik hati."
Tepat ketika dia ingin memasukkan handphone ke kantung roknya, (Name) dikejutkan oleh suara seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. Ternyata tanpa (Name) sadari diam-diam ada seseorang yang menguping pembicaraan sang gadis dari jauh.
"Hey, (Name)."
"Akk! Kamchagiya!" Dengan cepat dia menoleh kearah belakang, dimana Chigiri terlihat berjalan mendekat.
"Sial... Apa? Dan berhentilah muncul di belakang ku secara tiba-tiba." Ujarnya sebelum memasukan handphone ke kantung dress yang ia pakai dan kembali menatap Chigiri.
"Maaf, tapi kau melihat Bachira tidak?" Tanya Chigiri. Dia tau jika Bachira sangat dekat dengan gadis ini, makanya dia mencoba bertanya karena ada hal yang ingin dia katakan pada Bachira.
(Name) menggeleng pelan. Kalau di ingat-ingat iya juga, dia tidak bertemu dengan Bachira dari kemarin. Aneh sekali si setan kuning itu tidak mengganggunya.
Lalu tak sengaja perhatiannya tertuju pada rambut merah mudah Chigiri yang dibiarkan terurai oleh sang pemilik. Kalau dilihat dari dekat rambutnya bagus juga.
"Ngomong-ngomong kau... Pakai shampoo merek apa? Pakai conditioner nya berapa kali dalam seminggu?"
Chigiri reflek terdiam karena tak mengira dengan pertanyaan tiba-tiba dari (Name). Apa ini? Kenapa dia mendadak bertanya hal itu?
"Kalau aku pakai merek yang botolnya warna ijo, kau pernah coba?"
"Huh? Tidak, kenapa?" Tanya Chigiri balik.
"Rambut mu bagus, ayo barter haircare."
Oh? Baiklah, Chigiri mengerti sekarang. Sebagai sesama pemilik rambut panjang jadi Chigiri mewajarkan pertanyaan (Name).
Akhirnya, mereka berdua asik sendiri mengobrol tentang perawatan diri. Mulai dari haircare, skincare, dan tetek bengeknya dibahas oleh kedua orang ini.
Namun perkataan (Name) terhenti ketika ia menyadari sesuatu. Tangan kanannya merogoh kantung dress yang ia pakai dan mengeluarkan satu ikat rambut putih berbulu persis seperti yang ia pakai sebelum menyodorkannya pada Chigiri.
"Mau pinjam punya ku? Kau kelihatan gerah."
Chigiri terdiam untuk sesaat sambil menatap kuncir rambut di tangan kanan (Name). Sedikit tidak menduga kalau (Name) lebih peka dari yang ia kira. Padahal Chigiri tidak mengatakan apa-apa tentang ini.
Ujung-ujungnya Chigiri mengambil kuncir rambut milik (Name) dan menatapnya sebentar. Kalau dia memakai kunciran lembut ini, dia akan tambah terlihat seperti perempuan. Tapi anehnya, diam-diam Chigiri juga sedikit... Senang? Entahlah, dia tidak mengerti.
"Terimakasih, akan ku kembalikan setelah pertandingan hari ini." Ujarnya.
"Ga perlu, kau simpan saja kalau mau. Aku punya banyak."
Terlalu asik mengobrol, keduanya tak menyadari mereka sudah sampai di salah satu lapangan disana. Terbawa suasana membuat (Name) tanpa sadar mengikuti Chigiri sampai kesini.
"Loh? Aku ngapain kesini?" Tanyanya menoleh ke sekitar. Namun dia belum sempat mengatakan sesuatu lagi ketika seseorang berlari kearahnya dengan senyuman lebar.
Dan untuk kali ini, (Name) berhasil menghindari serbuan Bachira.
"Jangan dekat-dekat, kau berkeringat." Ketus (Name) sebelum mengambil selangkah menjauh dari Bachira.
"Kita sudah tidak bertemu dua hari ya? Atau bahkan lebih? Aku mencari mu loh dari kemarin." Ucap Bachira masih dengan senyum lebar yang sama.
"Oh." Memilih mengabaikan Bachira, dia melirik ke sekeliling dan menyadari dirinya kini berada di ruang pelatihan tim Z.
"Ah, iya. Hari ini kalian akan bertanding melawan tim apa?" Tanya satu-satunya gadis yang ada disana.
Suasana mendadak menjadi hening untuk beberapa saat, diikuiti oleh raut wajah tegang dari tiap orang yang ada disana seolah mereka akan menghadapi sesuatu yang menyeramkan. Sampai akhirnya jawaban dari Isagi memecah keheningan.
"Tim V..."
"Oh, begitu. Yasudah, hibur aku lagi seperti yang sudah-sudah ya."
Melihat raut wajah sang gadis yang terang-terangan bahwa dia tak tertarik, sekarang baru terlihat jelas kalau tadi (Name) bertanya hanya sekedar basa-basi dan sebenarnya dia tidak terlalu perduli pada tim mana saja yang akan bertanding nanti. Keinginannya hanya satu, melihat ekspresi putus asa dari orang-orang yang ada di panggungnya.
"Kau tidak mau memberi ku semangat? Seperti dulu." Ujar Bachira.
"Dih, fitnah betul. Sejak kapan aku memberimu semangat?" Balas (Name) tanpa menoleh kearah Bachira. Dia berniat pergi dari sana.
"Kalau begitu, kau harus memberi ku coklat lagi jika aku menang!" Seruan Bachira kali ini sukses membuat langkah (Name) terhenti dan dia menolehkan kepala kearah sang pemilik suara.
"Aku bahkan bisa memberi mu lebih dari sekedar coklat. Tapi, pastikan pertandingannya benar-benar menarik."
Tak lama setelah (Name) pergi dari sana dan meninggalkan tim Z di ruangan latihan mereka. Iris kebiruan Isagi tertuju pada rambut Chigiri kala sesuatu menarik perhatiannya.
Kenapa ikat rambut putih yang kini berada di rambut merah muda milik si pemuda terlihat tidak asing? Dimana Isagi pernah melihatnya? Lagipula memangnya sejak kapan Chigiri mau memakai ikat rambut yang memiliki model lucu seperti itu?
"Chigiri, (Name) memberi mu ikat rambutnya?" Tanya Isagi menunjuk Chigiri.
Sedangkan yang ditanya malah diam sebentar sebelum mengangguk pelan. Tapi tunggu, kenapa hawa di sekitarnya tiba-tiba menjadi tidak enak? Perasaan apa ini.
"Apa? Ini hanya ikat rambut." Ucap Chigiri pada akhirnya. Tapi ternyata itu sama sekali tidak membantu.
"Ini hinyi ikit rimbit."
"Diam, Raichi."
Tbc
❣️Buabye
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐟𝐞𝐦𝐦𝐞 𝐟𝐚𝐭𝐚𝐥𝐞 || ʙʟᴜᴇ ʟᴏᴄᴋ
Teen Fiction"𝐒𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐬 𝐚 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞, 𝐡𝐨𝐬𝐭𝐢𝐥𝐞, 𝐝𝐨𝐦𝐢𝐧𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬." Dia yang terobsesi pada perasaan putus asa, menemukan 'surganya' yang sengaja di buat oleh sang kakak. Tempat dimana orang-orang mempertaruhkan mimpi mereka dan mati-m...