7. Bad Plan

842 128 22
                                    


Seorang wanita berambut coklat kini terlihat sangat gelisah. Raut wajahnya kadang mengerut kesal saat dua temannya menginterupsi, suasana di balkon megah itu sangat menjengkelkan ditemani dengan ocehan kesal yang tiada henti dari bibir merah merona milik Jane.

"Jane, bisakah kau diam sebentar? Kepalaku pusing melihatmu mondar-mandir."

"Apa kau bilang?! Diam?! Bagaimana bisa, Jamie!! Bajingan itu sudah memasuki ranah kehidupanku, bahkan anakku sendiri selalu menyebut namanya setiap hari!!"

"Kau memang bodoh sejak dulu," sahut satu temannya lagi. Jane yang dikatai seperti itu tentu tidak terima, wanita berambut coklat itu kemudian menghampiri temannya dan menendang tulang keringnya tanpa belas kasihan.

"OUCH!!"

"Berani kau mengataiku bodoh, Kay?! Justru yang bodoh itu kau!! Membunuh satu orang saja tidak becus," ucap Jane bersungut-sungut. Kay hanya bisa mendengus lalu mengacuhkan Jane begitu saja.

Jamie beranjak dari posisi duduknya, segelas wine kemudian ia teguk dengan sekali tembak. Wanita berambut hitam legam itu menghampiri Jane dan merangkul pundaknya ramah, "Apa rencanamu selanjutnya, Jane? Kurasa kau harus cepat menyingkirkan dia sebelum dia mengacau."

"Jika ingin bertindak, maka hati-hati. Posisi dia sekarang adalah anggota kepolisian, jangan dianggap remeh." Kay menyela setelah meneguk habis satu gelas penuh wine mahalnya itu. "Utus seseorang yang handal. Jika ingin posisimu tetap aman," katanya memberi solusi. Kay menyeringai tipis melihat beberapa foto yang tergeletak diatas meja, sepertinya ini akan menarik.

Jane terdiam dengan tatapan penuh amarahnya. Pemandangan kota menjadi titik pusat pandangan Jane kali ini, hatinya benar-benar dipenuhi kegundahan setiap ia mengingat foto Apo yang sedang tertawa riang bersama Kayana.

"Baiklah. Kali ini akan kuhabisi anak sialan itu," desis Jane disertai dengan seringai tajam membuat Jamie dan Kay mengerling puas.

***

"Satu... Dua... Tiga... Empat... Lima... Oke."

Apo berjalan santai setelah memastikan bahwa lima kotak susu sudah masuk kedalam troli. Kedua mata sayu itu berpendar seolah mencari sesuatu yang tak kunjung ia temukan, sesekali bibir tipisnya mengerucut tipis disaat kakinya mulai terasa pegal.

"Dimana ya..." Gumamnya pelan. Apo berdecak kesal karena tubuhnya benar-benar terasa lelah, namun hari ini adalah jadwal ia berbelanja. Apalagi besok adalah hari hibernasi bagi Apo.

Kedua tungkai kakinya berhenti, raut wajahnya begitu sumringah saat Apo menemukan sesuatu yang ia cari sejak tadi. Tiga bungkus besar nugget kini masuk kedalam troli belanjaan Apo, pria itu tersenyum puas saat troli yang ia dorong kini sudah penuh dan lengkap. Tanpa berlama-lama lagi, Apo membawa belanjaannya tersebut ke meja kasir.

Kesunyian kini menemani setiap langkah Apo dilorong basement, ketukan sepatu yang dipakai Apo bahkan sedikit menggema menandakkan bahwa basement tersebut sedang benar-benar sepi.

Tap

Tap

Tap

Apo mengerjap seiring dengan langkahnya yang melambat, tubuhnya berbalik spontan untuk melihat siapa yang tengah berjalan tepat dibelakangnya. Pupil mata Apo berpendar keseluruh sudut yang bisa ia capai, namun nahas tak ada satupun orang yang terlihat disekitar sana. Apo menarik nafasnya dalam, tatapannya kemudian semakin menajam, dengan penuh kehati-hatian Apo terus melangkah sampai tungkai kakinya berada tepat dihadapan mobilnya.

Beep beep!!

Pintu belakang mobil terbuka, Apo menyimpan dua kresek belanjaannya keatas jok belakang mobil. Tanpa kecurigaan apapun, Apo kembali menutup pintu belakang mobilnya lalu berbalik badan.

VENDETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang