16. Don't Leave Me

1K 124 17
                                    


Apo dan James kini berada di salah satu restoran. Tempat ini adalah ditempat dimana Ibu Nichya mengalami hal buruk yang tidak diinginkan, Apo dan James berusaha untuk mendapatkan informasi lebih mengenai kasus yang mereka tangani ini.

"Kau kenal orang ini?" Tanya Apo seraya menunjukkan satu foto kepada seorang kasir wanita.

"Ah iya. Beliau pelanggan setia kami," jawab wanita muda itu.

James mengangguk paham, "Kau tau kan apa yang terjadi padanya? Aih kau pasti tau. Kau diam disini saat kejadian itu terjadi, kan?" Tanya James beruntun membuat Apo mendelik malas.

Wanita muda itu terlihat kikuk. Terlebih saat Apo menatapnya dengan mata elang, begitu tajam dan mengerikan. "Bisa kau jawab dengan jujur, nona?" Tanyanya dengan nada rendah membuat wanita muda itu semakin salah tingkah.

"A-ah y-ya... Aku ada disini- t-tapi aku tidak tau apapun!!! Sumpah demi Tuhan!!"

"Sakral sekali ucapanmu," ucap James seraya berdecih pelan.

Apo menghela nafas panjang, "Kuharap kau jujur. Lalu siapa yang melayani beliau saat itu? Tolong pertemukan aku dengannya."

Wanita muda itu mengangguk cepat lalu kemudian berlari menuju ke belakang restoran. Apo dan James tidak berubah posisi sedikitpun, mereka tetap menunggu dengan posisi berdirinya seraya bersandar di meja kasir. Pandangan Apo beralih pada beberapa orang yang sedang menikmati hidangan restoran dengan khidmat, betapa indahnya kehidupan yang mereka jalani. Makan di restoran mahal tanpa harus memikirkan berapa uang yang harus mereka keluarkan, bercengkrama bebas bersama kekasih ataupun keluarga, dan tertawa lepas seakan beban dunia tidak ada apa-apanya.

Ingin sekali rasanya Apo menjalani kehidupan sesantai itu. Tapi mau sekeras apapun ia berusaha, ia tidak pernah bisa.

"Eum i-ini pelayan yang waktu itu mengantar minuman dan makanan kepada Nyonya Nichya."

Sebuah suara membuyarkan lamunan Apo. Seorang wanita cantik kini tertunduk dalam dihadapannya membuat Apo sontak menyipitkan kedua matanya untuk menelisik siapa wanita cantik tersebut.

"EVENA?!" Pekik James membuat Apo mengernyit kesal. Ah anak itu selalu percaya diri dengan pekikan ganasnya.

"Evelyna, bodoh!!" Umpat Apo pelan yang mana membuat James langsung mengulum bibirnya malu.

Apo menghela nafasnya berat, "Kau... Evelyna kan? Pemandu kami saat kami berada di Clu-"

"Iya!! I-iya, itu aku. Kita bicarakan hal ini didalam."

Apo dan James bertukar pandang sebelum akhirnya memutuskan untuk mengikuti Evelyna keruangan tertutup di belakang restoran. Apo lagi-lagi mengedarkan pandangannya, sepertinya ruangan ini dipakai untuk menyimpan seluruh stok makanan yang akan diolah.

Evelyna menarik nafas panjang sebelum memulai pembicaraannya dengan Apo dan juga James. Bisa Apo lihat bahwa wanita itu terlihat sangat gugup saat ini.

"A-aku... Mengaku."

"Mengaku apa?" Tanya James dengan sebelah alis hitamnya yang terangkat.

Evelyna menunduk dalam, "Nyonya Nichya... A-aku turut andil. Tapi aku diancam oleh seseorang!! Aku tidak bisa melakukan perlawanan karena adikku satu-satunya akan celaka," ucapnya gemetar ketakutan.

"Siapa yang mengancammu?" Tanya Apo penuh tuntutan.

Evelyna meneguk ludahnya berat. Beberapa menit Apo dan James setia menunggu jawaban dari Evelyna yang terlihat sangat ragu, sepertinya pelaku utama terjun langsung untuk memerintah Evelyna.

"Evena-"

"Evelyna, James."

James mendengus kasar lalu memutar bola matanya malas, "Cerewet sekali. Baiklah. Evelyna, harus berapa lama kami menunggu jawabanmu itu? Kau tidak perlu takut ataupun khawatir, setelah ini keselamatanmu menjadi tanggung jawab kami," ucapnya yang kali ini penuh keseriusan membuat Apo sedikit merinding.

VENDETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang