3. Meet Again

1K 145 18
                                    


Derap langkah yang terburu terdengar begitu mengganggu saat Apo dengan panik menggendong Kayana yang saat ini tak sadarkan diri. Beberapa orang yang sedang berdiam di lorong rumah sakit tersebut menatap Apo dengan prihatin namun juga kesal secara bersamaan, bagaimana tidak? Apo bahkan terus berteriak dengan suara besarnya untuk memanggil para perawat.

"Bocah ini terserempet mobil. Tolong periksa dia," ucapnya terengah-engah.

Pihak rumah sakitpun langsung mengambil Kayana dari gendongan Apo dan membaringkannya di sebuah brankar, setelah memastikan bahwa Kayana mendapat penanganan yang baik, Apo pun melangkah ke bagian resepsionis rumah sakit untuk menyuruhnya menelepon pihak keluarga dari gadis kecil itu.

"Sial. Jantungku hampir copot," keluh Apo seraya mendudukkan pantatnya di kursi tunggu pasien.

Beberapa waktu lamanya Apo habiskan hanya dengan duduk berdiam. Apo merasa bahwa Kayana seperti ini karena ulahnya yang sembarang menghampiri dan bertingkah seperti seorang penculik dimata anak itu, bahkan raut was-was nan ketakutan milik Kayana masih terbayang jelas didalam pikirannya. Apo benar-benar merasa bersalah akan hal ini.

Drrttt... Drrtttt

Sebelah tangan kurus itu merogoh sebuah handphone yang bergetar didalam saku celananya, Apo pun mendengus malas saat nama 'James' tertera dilayar handphone tersebut.

"Ya. Ada apa, James?"

"..."

Raut wajah Apo seketika mengkerut bingung, "Apa?! Aku tidak melakukan apapun pada wanita itu, James!!" Sergah Apo seraya mengusap kasar wajah tampannya.

"..."

"Aih sialan!! Jangan dengarkan wanita brengsek itu, yang pasti dia mengetahui banyak hal tentang Club tersebut. Jadi jangan pernah coba untuk melepaskannya. Itu berbahaya, James!!"

"..."

"Baiklah. Nanti setelah urusanku selesai, aku segera kesana."

Apo menutup sambungan telepon itu secara mendadak, membuat rekannya mengumpat pelan di seberang sana. Apo menutup kedua matanya saat dirasa kepalanya sedikit pening, Apo rasa hari ini adalah hari yang melelahkan bagi dirinya.

"Wali dari Kayana?"

Suara merdu seseorang membuat Apo spontan mendongak, pria berjubah putih dengan kacamata beningnya kini berdiri tepat di hadapan Apo. Pria itu nampak sedikit terkejut, terbukti dari raut wajahnya yang terlihat sedikit shock saat beradu tatap dengan Apo.

"K-kau...?"

Mendengar pria berjubah dokter itu terbata, Apo pun berusaha menguasai dirinya dan bertingkah selayaknya orang normal. Apo bangkit dari acara duduknya dan berdiri menghadap pria itu dengan tenang.

"Untuk saat ini saya adalah wali dari pasien bernama Kayana, jadi bagaimana kondisi anak itu?" Tanya Apo dengan sunggingan senyum kecilnya.

"A-apo... K-kau..."

"Cukup jawab pertanyaan saya, Dokter Jimmy." Bisik Apo rendah tepat di telinga kanan pria tersebut.

Kekehan rendah pun lolos dari kedua bilah bibir Apo. Melihat Jimmy yang menatapnya kaget adalah sebuah hiburan bagi pria berkulit cokelat terang yang menawan itu, bahkan senyum Apo kian melebar saat Jimmy menanyakan satu hal yang menurutnya sangat menarik.

"Apo, bagaimana bisa kau masih hidup?"

Apo tertawa pelan, "Kau bilang aku adalah seekor kucing, bukan? Dan kau pasti tau bahwa seekor kucing tidak akan mati semudah itu." Lugasnya.

VENDETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang