14. S*x with me?

1.1K 141 21
                                    


Beberapa botol wine kini berserakan diatas meja disebuah kamar mewah, lima orang penghuni kamar itu kini begitu sibuk beradu argumen satu sama lain membuat suasana disana sedikit menjengkelkan. Tidak ada yang ingin mengalah diantara mereka semua, terlebih wanita berambut cokelat bernama Jane dan juga seorang pria sipit berjas rapi bernama Kay.

"Sebenarnya apa yang kau takutkan, Jane? Dia merebut suami dan anakmu? Cih yang benar saja."

"Tapi itu kenyataannya, Jamie!! Kau tidak lihat? Manusia brengsek itu seringkali berinteraksi dengan suami dan anakku!!"

"Dia tidak akan merebutnya, Jane. Lagipula coba kau pikir, apa suamimu itu seorang gay? Jika iya, kenapa dia malah menikahimu? Sampai mempunyai anak pula."

"Shut the fuck up!! Kau tidak tau apapun, Shena."

Shena mendengus seraya menghela nafasnya panjang. Dua jam yang lalu, saat ia sedang sibuk merampungkan naskah novelnya, Jane menelpon lalu menyuruh Shena untuk segera datang ke apartemen miliknya. Bisa Shena ingat bagaimana kalutnya intonasi Jane saat menelponnya, wanita itu sepertinya benar-benar ketakutan.

"Kita harus cepat menyingkirkannya. Sebelum hal buruk terjadi pada kita semua," ujar Kay tenang walaupun sorot matanya menunjukkan suatu kekhawatiran yang sangat besar.

"Ow sorry to say, tapi hal buruk itu sudah terjadi padamu, Kay. Lihat, bahkan luka hasil pertengkaranmu dengannya belum sepenuhnya hilang, dan untuk selanjutnya mungkin luka itu akan hilang bersamaan dengan bisnis haram mu itu."

Kay menatap tajam pada Jamie yang baru saja berujar demikian, sedangkan Jamie hanya berdecih pelan lalu mendelik ke arah Kay seolah menantang rasa amarah pria kaya tersebut. "Sepertinya kau ingin aku merobek mulut tebalmu itu, ya?" Desis Kay tajam.

"Robek saja. Dengan begitu hukumanmu dipenjara akan semakin bertambah," jawab Jamie seraya mengedikkan bahunya acuh, "sounds good, right?"

"Jalang sialan!!"

Kay mengusap wajahnya kasar mendengar perkataan Jamie, dalam otaknya semua perkataan itu terproses dengan baik membuat Kay merasa lebih khawatir lagi. Susah payah ia melanjutkan bisnis keluarganya sampai melampaui batas kesuksesan, lalu apakah itu semua akan hancur begitu saja karena ulah satu orang?

Tentu Kay tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Brengsek. Apo Nattawin... Aku akan membunuhnya sekarang!!" Erang Kay seraya bangkit dari duduknya berniat untuk pergi dari sana.

Akan tetapi, langkah penuh amarahnya terhenti saat sebuah suara dari pria berkaca mata menginterupsi dirinya.

"Mau kemana kau? Membunuh 'Dia' dengan racun andalanmu? Kuharap kau tidak lebih bodoh dari itu, Kay."

Kay membalik badannya menatap Jimmy dengan tajam, "Apa maksudmu?"

Kekehan pelan terdengar dari bilah bibir Jimmy. Pria berkaca mata itu kemudian melangkah mendekati Kay dengan wajah menyebalkannya membuat Kay secara tidak sadar mengepalkan kedua tangan.

"Seorang detektif kepolisian selalu mencariku akhir-akhir ini, dan dia berhasil mendapatkan dokumen hasil pemeriksaan Ibu Nichya dari seorang asisten dokter. Menurutmu, apa yang akan terjadi jika kau membunuh Apo dengan racun yang sama? Ingin mempermudah penyelidikan mereka, hm?" Ujar Jimmy membuat semuanya terdiam.

Suasana hening sampai beberapa saat setelah Jimmy berujar demikian. Kay pun mengerang kesal sembari menendang meja kecil membuat gelas beserta botol yang berada diatasnya kini tercecer dibawah lantai. Jane selaku pemilik kamar tentu berteriak kesal, namun Kay tidak memperdulikan hal itu sama sekali.

"Ku akui rencana Kay memang sangat murahan. Kalian tenang saja, aku mempunyai rencana lain yang jauh lebih menarik." Jane berujar licik seraya tersenyum pongah membuat semua temannya menatap Jane penasaran.

VENDETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang