Dua minggu berlalu sejak Luna kembali ke Indonesia bersama Ibunya. Jungkook masih uring-uringan, moodnya cukup buruk.
Ketika ia bekerja, ia akan bekerja sampai kelelahan dan tak ada waktu untuk memikirkan hal yang lain.
Ketika ia harus istirahat, ia merasa begitu frustasi, ia selalu sibuk dengan ponselnya atau melamun entah memikirkan apa.
Dan ketika ia berada di rumah, ia akan seperti mayat hidup yang kehilangan otaknya. Karena rumah yang biasanya ada suara tangis JungMin, harum bedak bayi, kini sudah menghilang.
Jungkook mulai merasa kesepian, ia juga mulai kehilangan sosok Luna dalam kehidupannya. Saat ia pulang, rumah begitu gelap.
Tidak ada senyuman hangat yang menyambutnya atau menunggunya pulang, tidak ada yang mengantarkannya pergi...
ChaeYoung yang berusaha untuk membuatnya ceria, terus menemani Jungkook dalam beberapa hari ini juga tidak mampu mengembalikan keceriaan di wajahnya. Jungkook malah semakin sensitif dan mudah marah.
Malam itu, salju turun dengan lebat. Jungkook duduk di tepi ranjangnya, pandangannya kosong menatap salju di jendela.
Jungkook meremas tangan kosongnya, merasa kekosongan dan penyesalan yang mendalam. Dia mulai mengingat bagaimana sebelumnya Luna selalu ada di sampingnya, tapi ia tidak pernah peduli.
Dengan kepergian Luna, Jungkook baru merasa kehilangan sebagian dari dirinya sendiri.
Jungkook yang selama ini terus berkata tidak ingin kehilangan ChaeYoung, telah berubah dan merengek pada Tuhan agar Luna dan JungMin dapat kembali ke kehidupannya.
Dia merindukan aroma bayi JungMin yang polos, suara tawanya yang menggemaskan, dan kehangatan keluarga yang selalu hadir di sekitarnya.
Jungkook mencoba untuk mengikuti perkataan ChaeYoung, mencoba melupakan Luna dan JungMin.
Tapi pada akhirnya, ia tetap merasa kosong.
Tidak peduli seberapa keras Jungkook bekerja, kekosongan itu tidak bisa diisi dengan kesuksesan profesional.
Dia menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya yang tidak bisa digantikan oleh materi atau prestasi.
Tanpa Luna dan JungMin yang berkeliaran di sekitarnya, ia merasa ada yang hilang dalam hidupnya.
Bahkan kembali pada ChaeYoung pun tidak bisa memperbaiki apa yang membuat hati Jungkook resah saat ini.
"ChaeYoung, bisa kita bicara sebentar?" Jungkook mengajak ChaeYoung berbicara serius sebelum ia naik ke atas panggung untuk mengisi acara MMA.
MMA, acara tahunan yang biasa di selenggarakan pada akhir tahun. Banyak idol yang berkumpul untuk memberikan performance akhir tahun, termasuk BTS dan Blackpink.
Semua orang yang berada di backstage saling bertukar pandang, mereka bisa merasakan adanya suatu bencana yang akan terjadi, mengingat belakangan ini Jungkook tidak pernah tertawa lagi di depan kamera dan terus menerus memiliki aura yang tidak bersahabat ketika di balik layar.
"Kenapa?" Tanya ChaeYoung perhatian.
"Maaf, aku mau kita putus... Mulai hari ini, detik ini juga, hubungan kita berakhir sampai di sini saja... Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini..." Jelas Jungkook serius.
ChaeYoung langsung melotot, ia merasa kesal ketika Jungkook mengucapkan kata-kata itu.
Amarahnya memuncak dan ia mulai menyalahkan Luna atas retaknya hubungannya dengan Jungkook.
Emosinya kian memuncak ketika Jungkook membela Luna dan melimpahkan semua masalah yang terjadi pada sasaeng.
"Aku tahu akhirnya akan seperti ini ketika kau berkata BigHit memaksamu untuk menikahinya. Apa yang dia lakukan sampai membuatmu berpaling? Apa yang membuatmu jatuh hati padanya? Katakan padaku! Putus? Sudah berapa lama kita bersama? Kau bercanda? Kau kira aku bisa menerima semua ini?" Oceh ChaeYoung dengan sorot mata yang tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Arcturus - Jungkook x Reader [Fanfiction]
Fanfic⚠️SEMUA YANG ADA DI DALAM CERITA INI HAYALAH FIKSI.⚠️ Luna, seorang wanita biasa yang tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terjerat dalam lingkaran roda takdir yang terus membuatnya berada di dalam masalah. Pertemuannya dengan idol favoritnya se...