1.0

472 39 2
                                    

Pagi itu para petinggi immortal melakukan sebuah pertemuan. Herion yang mewakili klan vampir merasa bersalah pada klannya yang kian disudutkan beberapa pimpinan klan lainnya.

"Klan vampir tak pantas berada di dekat wilayah manusia, mereka pengangu!" Ucap pimpinan klan penyihir.

"Benar klan vampir hanya akan membuat manusia sengsara. Mereka penghisap darah!" Ucap klan elf membenarkan klan penyihir.

Klan vampir memang sudah menjadi sasaran empuk untuk hinaan para klan lain. Akibat ulah pendahulu klan vampir yang berusaha mencintai klan manusia dan malah membawa dampak kehancuran pada manusia. Hingga kini membuat klan vampir selalu tertuduh bila ada kematian manusia yang tak wajar.

Herion berdiri dari kursi pertemuan. Mengebrak meja kesal.

Brak...

"Hentikan pertemuan ini bila kalian hanya ingin membahas masa lalu klan vampir !" Herion meninggikan atensinya di ruangan pertemuan.

Petinggi yang awalnya menghina terdiam. Mereka terkejut akan atensi yang di berikan Herion. Tak menyangka seorang putera mahkota seperti Herion mampu membuat mereka gentar akan gebrakannya.

Terutama Damian sebagai petinggi klan werewolf yang saat itu tak ikut menghina klan Herion. Damian juga menghadiri pertemuan itu. Tapi, ia memilih diam dan tak ingin mengusik klan vampir.

Klan vampir memang dahulu kala membuat masalah yang besar di wilayah manusia. Tapi kini masalah itu selalu di kaitkan meski tanpa bukti yang membenarkan bahwa klan vampir yang membuat onar di wilayah manusia.

Semenjak kematian orang tuanya dan kutukan yang menimpa Herion. Herion selalu bekerja keras agar tak ada lagi masalah di kerajaan vampir maupun wilayah manusia. Namun beberapa klan ada yang menutup mata. Merasa bahwa klan mereka selalu benar dan tak ingin ikut dalam masalah yang terdahulu. Padahal dahulunya jelas sekali pihak klan lain ikut andil menyebabkan masalah itu.

"Tenangkan pikiran kalian wahai tetua immortal yang agung!" Ucap Damian berdiri dari kursinya.

Melerai kekacauan dari para petinggi immortal lain. Herion lantas tenang dan kembali duduk di tempatnya.

"Bila memang klan vampir terbukti menyerang manusia aku siap menanggung konsekuensinya, tapi bila klan lain yang terbukti menyerang manusia maka kalian harus siap menerima bahwa klan vampir tak bersalah dan mau menerima klan vampire di dunia manusia." Ucap Herion tegas lantas ia pergi meninggalkan aula pertemuan itu.

Beberapa tetua immortal menyetujuinya. Namun ada satu klan yang saat itu agak terintimidasi akan gertakan herion.

_

Aira kembali menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Ia bekerja di toko bunganya dan memantau peternakan ibunya.

Seusai acara pernikahan megah Ariela. Kini aira dan ibunya tinggal berdua saja. Mereka beraktifitas seperti dulu tampa kehadiran Ariela.

Suasana dirumah nampak sepi. Tak ada lagi tawa dan keluhan Ariela. Terkadang  Aira juga merasa rindu kepada Ariela.

"Apakah aku bisa berkunjung ke istana, dan mengunjungi Ariela?"gumam Aira.

Dikala Aira masih memikirkan kunjungan nya ke istana. Seseorang memasuki toko bunganya.

"Apa saya bisa membeli bunga mawar merah disini?" Tanya orang itu

"Tentu saja, berapa kah bunga mawar yang anda butuhkan. Apakah sebuket mawar cukup Tuan?" Tawar Aira dengan senyum ramah nya.

Yang di panggil tuan mengangukkan kepalanya. Ia melihat lihat area toko sambil tertarik di sebuah buket mawar yang saat itu telah jadi.

"Aku ambil buket mawar ini! Berapa harga yang nona berikan?" Tanya tuan pembeli.

Aira pun menjelaskan harga kepada sang tuan. Harga yang sepertinya bagi sang tuan pembeli puas. Lekas saja ia mengemas buket mawar itu dan melakukan transaksi.

Lalu seakan bagai penglaris. Tokonya kini menjadi ramai setelah tuan pembeli tadi keluar tokonya.

Aira dan karyawan sampai kualahan menerima pembeli yang ramai. Beberapa pembeli sampai ada yang memesan karena kehabisan stok bunga yang mereka cari.

Hari itu Aira yang awalnya termenung jadi sedikit melupakan rasa rindunya pada saudarinya Ariela. Kesibukan di toko membuatnya lelah dan semangat secara bersamaan.

_

"Hamba sudah melaksanakan titah pangeran" ucap sang pengawal

Seseorang yang berada dalam cafe di seberang jalanan yang menghadap sebuah toko bunga kini menatap puas sang pengawal yang sudah melakukan perintahnya.

"Kembalilah ke kerajaan, beristirahatlah kau memang tak pernah mengecewakanku." Ucapnya.

"Baik pangeran Herion. Hamba undur diri" lekas sang pengawal pergi dan mengucap hormat.

Selepas kepergian sang pengawal. Herion dengan santai menyesap sisa kopi di cangkirnya. Lantas ia pergi ke toko bunga di sebrangnya.

Melupakan semua masalah perdebatan kerajaan di pertemuan klan hari ini. Ia ingin menemui gadisnya yang saat ini nampak sibuk dengan pelanganya.


TBC


Trapped With Second Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang