0.8

532 62 0
                                    

"Yang mulia! Perbatasan kita di serang oleh para Rogue!"

Xander yang menjabat sebagai panglimanya memberi informasi kepada Herion. Terpaksa Herion harus rela tak mengejar sang mate. Setidaknya ia harus mementingkan urusan kerajaannya.

Matanya memutar malas, selalu saja ada pengangu ketika ia mendapat kebahagiaan.

Berani sekali para serigala liar itu berulah di wilayahnya. Segera ia pergi meninggalkan festival Halloween. Ia menuju Hutan dimana portal dunia immortal berada.

"Segera bawa beberapa prajurit tangguh mu. Kita akan segera menginvasi para serigala busuk itu!" Perintah Herion. Ia segera berteleportasi menuju desa yang diserang.

Dengan kecepatan larinya Xander menerobos portal dunia immortal dan menuju kerajaan vampir ia membawa beberapa prajurit dan Evan bawahannya yang setia.

Mereka segera menuju ke tempat yang di duga telah diserang Rogue.

"Desa ini sudah nampak mengenaskan!" Ucap salah satu prajurit

"Benar sepertinya kita terlambat, segera lakukan evakuasi korban dan kejar para Rogue itu.  Jangan biarkan mereka hidup!" Perintah Herion.



_







Ariela yang kesal akan sikap Aira pergi berlari tak tentu arah. Ia berhenti pada sebuah bangku taman yang saat itu sepi dengan orang orang.

Ia menangis sesenggukan. Sebenarnya ia lelah berpura pura baik baik saja. Emosionalnya memang kacau. Akibat rasa kecewanya pada orang tua, ia jadi sedikit bergantung pada Aira dan sang Bibi. Namun ia terkadang terbawa emosi dan menjadi kesal bila ia dikecewakan oleh mereka.

Salahkah Ariela jika ingin mendapat perhatian lebih dari orang terdekatnya.

Suasana yang mendukung tidak membuat Ariela berhenti menangis. Hingga ia terkejut sebuah tangan mengulurkan sebuah kain. Ia lantas mendongak dengan hidung sedikit tersumbat dan suara sesenggukan tangis. Ia terkejut pria yang baik hati membeli semua bunga lah yang memberi sebuah kain sapu tangan padanya.

"Menangis hum!" Tentu saja apa pria itu kira ia sedang melakukan apa.

Dilihat dari jauh saja mata bengkaknya ini terlihat seperti orang yang banyak menangis.

Pria itu ikut duduk disampingnya. Ia tak banyak bertanya dan menungguku sedikit tenang. Ia hanya menepuk pundak Ariela dan sesekali mengusap kepalanya lembut. Ia seperti anak kecil saja.

Namun ajaibnya perlakuan Damian padanya. Membuat hatinya sedikit tenang. Perlahan ia menghapus air matanya. Ia menghalau tangan Damian yang masih nyaman mengelus kepalanya.

"Hentikan Damian kau kira aku anak kecil?"

Yang ditanyai malah tertawa. Tawanya menyebar kepadaku. Damian selalu membuatku nyaman padanya. Sikapnya seolah membuatku nyaman. Ia tak memaksa dan selalu berusaha membuatku tersenyum hanya dengan perilaku sederhananya.

"Aku senang kau mengingat namaku, kalau kau tertawa kau semakin cantik Ariela!"  Ucap Damian tulus

Pujian itu seolah menambah rasa GeEr memuncak. Hilang sudah kesedihan Ariela. Tawanya tak bisa ia bendung lagi. Bisa bisanya Damian menggombal di saat wajahnya sembab sehabis menangis. Jelas saja wajahnya sangat amat jelek saat ini dan bukannya cantik.

"Kau malah tertawa, apa kepalamu bergeser karena terlalu banyak menangis"

Damian menatap Ariela khawatir takut takut gadisnya kerasukan sehabis terlalu banyak menangis. Tangannya menggoyangkan kepala Ariela.

"Diamlah kau ini mengapa baik sekali. Pujian mu itu benar benar tulus atau hanya agar hatiku menjadi senang saja huh?!" Mataku menatap mata Damian tajam. Pusing sekali kepalanya di goyang goyang.

"Tentu saja karena aku tulus menyukaimu Ariela kau memang cantik bahkan meski dalam keadaan menyedihkan pun" ucapnya tulus.

Ucapan Damian membuat kelegaan hatiku. Ia menyukai ku? Sedikit tercengang hingga perutnya terasa kupu-kupu yang berterbangan. Rasa hangat menjalar di pipinya. Ia harap Damian tak melihat wajahnya yang memerah.

Ariela lantas menurunkan pandangan wajahnya. Malu sekali rasanya dipuji orang setampan Damian. Apalagi jika tau ia menyukainya.

Damian melihat Ariela malu malu lantas menggenggam tangan nya erat. Ia berdiri dan duduk bersimpuh di depan Ariela ia menatap wajah Ariela dari bawah.

Denyut jantung Damian semakin berdebar kencang. Ia menghela nafas, ia bersungguh sungguh ingin melakukan ini pada Ariela. Menatap Ariela tegas ia menggenggam erat tangan Ariela.

"Ariela Stones fo'e Heard maukah kau menerimaku, mau kah engkau menikah denganku?"






Tbc






Trapped With Second Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang