Tentang Cinta

6.4K 281 4
                                    

Cinta, cinta itu bukan hanya ketertarikan antara lawan fisik. Namun cinta adalah rasa yang kamu rasakan, yang terpenting adalah cinta itu menyembuhkan bukan menyakiti.

-Kyai Abbas Fatih Al-Thafatan-

~♡~

Dikediaman pak Abbas sedang membicarakan hal penting antara pak kyai, Bu nyai dan Gus Adhias. Jujur Adhias paling tidak suka jika membahas tentang pernikahan, memang nikah adalah ibadah tapi Adhias masih ingin fokus kepada pesantren sebelum ke hal yang lain.

"Soal pesantren itu gampang, lagipula abimu masih sanggup mengurus semuanya. Sekarang kamu haru mikirin hidup kamu kedepannya, Adhias." Ucap Bu nyai lembut, ia tau sifat dan karakter Adhias seperti apa. Tapi ini semua juga demi kebaikan nya.

"Tapi umi, Abi itu gak sepenuhnya bisa ngurus semuanya. Abi juga butuh istirahat." Kata Adhias yang masih kekeuh.

"Yaudah kalo gitu, kamu ngurus pesantren sama punya istri, apa susahnya?" Tanya pak kyai.

Entah ini pembahasan yang keberapa kalinya dan pasti jawaban Adhias menolak dengan segala alasan, bahkan pak kyai sampai ingin meng-ruqyah Adhias, bisa-bisanya dia tidak ingin menikah padahal dia sudah siap segalanya, menurut pandangan pak kyai. Memang aneh satu anaknya ini.

"Gak bisa bi." Tolak Adhias.

Pak Abbas sudah habis kesabaran, ia sangat kesal dengan sikap anaknya yang tidak dewasa. "Ini untuk kesekian kalinya kamu menolak untuk menikah, maka Abi putuskan akan menjodohkan kamu!"

Adhias maupun Bu Aisyah terkejut dengan keputusan pak Abbas, Adhias melihat ke arah abinya dengan tatapan tidak percaya. Perjodohan bukan cara yang baik, bagaimana jika Adhias tidak bisa menerima dan mencintai calon istrinya nanti.

"Tapi bi___" belum sempat melanjutkan, pak Abbas sudah berbicara kembali.

"Enggak ada tapi-tapian, tidak ada penolakan, Tidak boleh di ganggu gugat." Ucap pak Abbas langsung pergi

Bu Aisyah yang mendengar ucapan suaminya hanya tersenyum. " sudah terima aja, lagian juga pilihan abimu itu 100% terbaik buat kamu" kata Bu Aisyah diakhir tawa, karena melihat wajah anaknya yang kesal.

Adhias menghela nafas, kenapa kedua orangtuanya seperti memojokkan anaknya untuk menikah, lagipula nanti ada saatnya Adhias menikah tapi bukan sekarang, Adhias mengusap wajahnya dengan kasar karena kesal dengan pembahasan yang baru saja selesai dan dia akan dijodohkan.

Kenapa harus pernikahan yang selalu dibahas, Adhias memilih di rumit kan oleh kitab-kitab daripada membahas tentang menikah. Adzan telah berkumandang, waktunya untuk shalat isya. Adhias bergegas ke masjid, setiap jalan semua santri yang melihat Adhias menundukkan kepalanya.

Tidak ada yang berani mendahului jalan Adhias, karena semua ini tentang adab. Ilmu itu bisa dicari, tapi adab tidak bisa dimiliki semua orang. Ada yang berilmu tapi tidak beradab dan ada yang beradab tapi dia tidak terlalu pintar, tapi pada hakikatnya adab lebih tinggi daripada ilmu. Lebih baik lagi jika adab diiringi dengan ilmu.

Setelah berwudhu Adhias masuk kedalam masjid, pak Abbas langsung memerintah Adhias untuk menjadi imam. Lantunan ayat suci Al-Quran satu persatu terdengar, suara yang merdu dan hangat, membuat para jama'ah hampir meneteskan air mata.

"فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ"

Seperti satu ayat ini, ayat yang selalu dibacakan oleh Gus Adhias setiap sholat. Ayat yang memiliki arti paling penting baginya yang membuat nya selalu ingat kepada Allah dan nikmat-nikmatnya.

Aksara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang