Definisi wanita

1.1K 83 5
                                    

Terlalu panjang untuk mendefinisikan wanita, sebab ia begitu berharga. Bahkan sekalipun jika ia merasa hina, tapi bagi Allah ia tetap makhluk yang paling istimewah.

-Adhias Baithar Al-Thafatan-

~🌗~

Para santri berkumpul di lapangan, mendengarkan pengumuman yang disampaikan oleh Kyai Abbas mengenai tentang liburan semester satu. Biasanya setelah ujian, santri akan diliburkan selama dua minggu dan akan masuk pada tahun ajaran baru. Santri yang mendengar berita tentang liburan membuat mereka bahagia, bersorak ria karena liburan yang selama ini mereka tunggu akhirnya tiba.

"Pesan buyah, jaga sholat. Sesibuk apapun kalian jangan pernah tinggalin sholat, kali ini bukan sebagai santri tapi jadilah hamba yang melaksanakan kewajibannya. fahimtum?" ucap Kyai Abbas.

"Fahimna!" jawab seluruh santri.

Kyai Abbas mengakhiri pengumuman dengan membaca doa, para santri membubarkan diri termasuk para pengajar pondok, Ameera meninggalkan tempat berniat akan pergi ke ndalem. Saat Ameera berjalan tiba-tiba seorang santri putri menghampirinya dengan tergesah-gesah.

"Ning...itu..disana.." ucap Laila terbata-bata karena dia seperti seseorang yang lari maraton.

"Coba tarik nafas dulu, kamu tenang dulu baru ngomong." Ameera mencoba menenangkan dan Laila mengikuti apa yang dikatakan oleh Ameera.

"Fatma sama Sela berantem ning!" ucap Laila setelah tenang.

Mata Ameera membulat, tidak percaya baru saja selesai berkumpul sekarang sudah membuat ulah. "Astagfirullah, sekarang dimana mereka?"

"Disana Ning!" tunjuk Laila kearah depan kelas santriwati.

Ameera berjalan cepat kearah mereka yang sedang melalukan perdebatan, Laila yang merasa takut memilih berjalan di belakang Ameera. Setelah melewati beberapa gedung akhirnya Ameera sampai di depan kelas, banyak santri putri yang berkumpul untuk melihat perdebatan yang sedang berlangsung, melihat Fatma maupun Sela saling bercekcok.

"Awqafah!" teriak Ameera, semua santri melihat kearah belakang dan mereka langsung mundur untuk memberikan jalan, Fatma memegang kerudungnya yang sempat ditarik oleh Sela.

Ameera melihat Fatma dan Sela bergantian, mengatur nafas karena merasa tidak percaya jika mereka tidak merasa malu bertengkar di tempat umum. Santri yang lain juga merasa takut, takut jika mereka akan terkena hukuman. Karena hidup di pesantren adalah sebuah kebersamaan, bukan hanya makan, belajar, tidur, mandi bersama tapi juga dihukum bersama sering kali terjadi, meski yang melakukan satu orang tapi akan imbas kepada semua santri.

Bahkan tatapan Ameera begitu menakutkan meskipun mereka belum pernah melihat Ningnya marah, tapi yang jelas mereka melihat bahwa tatapan Ameera saat marah sama seperti gus Adhias, menakutkan.

"Apa-apaan kalian ini, kalo punya masalah itu dibicarakan baik-baik bukan kaya gini caranya, dimana marwah kalian?!" tanya Ameera melihat kearah Fatma dan Sela, tidak ada yang bersuara dari mereka berdua, semuanya hanya diam dan menundukkan kepala.

"Ada yang mau jelasin ke saya kalian punya masalah apa sampai jadi kaya gini atau kalian mau saya laporin kebagian keamanan?" tanya Ameera yang kedua kalinya hingga kali ini membuat Fatma dan Sela langsung melihat kearah Ameera.

"Jangan ning!" ucap Fatma dan Sela bersamaan. Ameera melihat kesamping mereka berdua, terlihat Rina yang sedang menundukkan kepala. "Rina, kasih tau saya kenapa Fatma dan Sela berantem?"

Rina yang merasa namanya terpanggil langsung melihat kearah Ameera dengan perasaan takut, takut jika ia salah bicara dan membuat Fatma kesal karena membongkar rahasianya. Fatma dan Sela hanya bisa pasrah, karena mereka berdua mengenal Rina dan pasti Rina mengatakan semuanya termasuk rahasia yang selama ini dipendam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang